FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK.

(1)

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IVSD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Novi Sanggra Pangestika NIM 11108241151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

―Tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan belajar dari guru yang baik dan metode yang benar‖


(6)

PERSEMBAHAN

1. Kedua orang tua dan saudaraku yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa.

2. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, Bangsa, dan Agama.


(7)

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR SISWA BERPRESTASI RENDAH DI KELAS IV SD NEGERI SE-KECAMATAN NGEMPLAK

Oleh

Novi Sanggra Pangestika NIM 11108241151

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Faktor penyebab kesulitan belajar dilihat dari faktor internal meliputi aspek fisiologi dan psikologi serta faktor eksternal meliputi aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian survey explorative dengan pendekatan kuantitatif. Subjek peneltian ini adalah siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD dengan sampel 89 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dengan presentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal aspek psikologi dan faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat dominan menyebabkan kesulitan belajar. Sedangkan faktor internal aspek fisiologi, faktor eksternal aspek lingkungan sekolah, serta aspek lingkungan keluarga masuk kategori kurang menyebabkan kesulitan belajar. Faktor internal aspek fisiologi yang paling dominan adalah kondisi fisik siswa mudah lelah ketika belajar sebesar 63%. Faktor internal aspek psikologi yang paling dominan adalah siswa kurang termotivasi dalam belajar sehingga siswa tidak bersemangat ketika memperoleh soal yang sulit sebesar 83%. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga yang paling dominan adalah manajemen waktu belajar di rumah yang masih kurang sebesar 51%. Faktor eksternal aspek lingkungan sekolah yang paling dominan adalah hubungan interaksi siswa dengan guru dimana siswa masih merasat akut dan canggung untuk berbicara kepada guru sebesar 57%. Faktor eksternal aspek lingkungan masyarakat tersebut yang paling dominan adalah keberadaan teman bermain yang cenderung mengajak bermain terus menerus sehingga kegiatan yang mendukung proses belajar seperti belajar kelompok masaih jarang dilakukan yaitu sebesar 61%.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Ngemplak‖. Penulisan skripsi bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bimbingan, bantuan, motivasi dan arahan serta nasehat kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dibawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rohmat Wahab, M.Pd. M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di UNY. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr.

Haryanto, M.Pd. yang telah memberi ijin dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Suwarjo, M.Si yang telah memberi ijin dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Ketua jurusan PSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Drs. Suparlan, M.Pd.I yang telah memberi motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Dosen pembimbing akademik, P. Sarjiman M.Pd yang telah memberikan bimbingannya selama masa perkuliahan.

6. Dosen pembimbing skripsi, Dr. Ali Mustadi, M.Pd dan Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, serta saran kepada penulis sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. 7. Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu pengetahuan, sehingga

ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan sebagai bekal dalam penyusunan dalam skripsi ini.


(9)

8. Kepala sekolah SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan penelitian.

9. Guru Kelas SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan bagi kelancaran penulisan tugas akhir skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat lebih bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Yogyakarta, 14 Februari 2016 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Belajar ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Ciri-ciri Belajar ... 10

B. Kajian tentang Prestasi Belajar ... 12

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 12

2. Fungsi Prestasi Belajar ... 14

3. Indikator Prestasi Belajar ... 16

4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar ... 17


(11)

C. Kajian tentang Kesulitan Belajar ... 22

1. Pengertian Kesulitan Belajar ... 22

2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar ... 24

3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar ... 26

4. Pengajaran Remedial Bagi Anak Berkesulitan Belajar ... 33

D. Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 38

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Populasi Penelitian ... 39

E. Sampel Penelitian ... 40

F. Definisi Operasional Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Instrumen Penelitian ... 42

I. Skala Pengukuran ... 44

J. Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 46

K. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian... 49

1. Deskripsi Populasi Penelitian ... 49

2. Deskripsi Data Penelitian ... 49

a. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Fisiologi ... 50

b. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikologi ... 52

c. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga ... 56

d. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah ... 59

e. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat ... 62

B. Pembahasan ... 65


(12)

2. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Psikis... 67

3. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Keluarga ... 69

4. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Sekolah ... 72

5. Faktor Kesulitan Belajar Siswa pada Aspek Lingkungan Masyarakat ... 74

C. Keterbatasan Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi ...17 Tabel 2. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba ... 43 Tabel 3. Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa

Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba ... 44 Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 47 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor Internal pada Aspek Fisiologi ... 50 Tabel 6. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Fisiologi .... 51 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aspek Psikologi ... 53 Tabel 8. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Internal Aspek Psikologi ... 54 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Keluarga ... 56 Tabel 10. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek

Lingkungan Keluarga ... 57 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Sekolah ... 59 Tabel 12. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek

Lingkungan Sekolah ... 60 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Aspek Lingkungan Masyarakat ... 62 Tabel 14. Tabel Data Hasil Penelitian pada Faktor Eksternal Aspek


(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 37


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1.Surat Pernyataan Validator Instrumen ... 84

Lampiran 2. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Uji Coba ... 85

Lampiran 3. Angket Hasil Uji Coba Instrumen ... 88

Lampiran 4. Data Uji Coba Angket Faktor Kesulitan Belajar ... 91

Lampiran 5. Tabel Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 93

Lampiran 6. Angket Faktor Kesulitan Belajar untuk Penelitian ... 98

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 100

Lampiran 8. Angket Hasil Penelitian ... 121

Lampiran 9. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Fisiologi ... 123

Lampiran 10. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Internal Aspek Psikologi ... 125

Lampiran 11. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Keluarga ... 128

Lampiran 12. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah ... 131

Lampiran 13. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat ... 135


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap individu berhak dan wajib mendapatkan pendidikan yang layak. Hal tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang didalamnya dijelaskan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 31 ayat (2) dijelaskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya (Arif Rohman, 2011: 46).

Seiring berkembangnya jaman, teknologi berkembang dengan pesat, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan yang ada. Untuk mengikuti perkembangan tersebut, pendidikan dibutuhkan guna mengembangkan diri individu agar dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki kedudukan istimewa yang menentukan pembangunan pribadi individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Terdapat istilah belajar dan pembelajaran dalam pendidikan. Keduanya memiliki hubungan erat dan tidak dapat dipisahkan. Belajar merupakan kegiatan yang pokok bagi setiap siswa. Oleh sebab itu, siswa diharapkan dapat belajar secara maksimal agar keberhasilan dalam pembelajaran dapat tercapai. Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah sering dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin Syah (2006:


(17)

213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tardif dkk (dalam Muhibbin Syah, 2006: 195) evaluasi merupakan proses penilaian yang disesuaikan dengan kriteria yang ditetapkan guna menggambarkan prestasi yang dicapai siswa.

Berbagai pihak baik itu guru, orang tua, maupun siswa tentunya mengharapkan adanya perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa. Kenyataannya dalam suatu kelas tidak semua siswa dapat memiliki prestasi belajar yang tinggi. Beberapa siswa masih memiliki prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar yang rendah dapat dilihat dari belum tercapainya standar yang ditetapkan atau belum terpenuhinya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang berlaku.

Menurut sebaran data nilai hasil ujian nasional (UN) tahun 2015 di kabupaten sleman, tercatat 14.856 siswa yang mengikuti ujian nasional dan 26 siswa yang tidak mengikuti ujian. Dari 14.856 siswa yang mengikuti ujian tersebut, diantaranya masih terdapat 2.688 siswa yang memiliki prestasi yang cukup rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Dengan demikian, berdasarkan data nilai hasil ujian nasional (UN) tahun 2015 diperoleh persentase siswa berprestasi rendah dengan jumlah 18.1% (www.dikpora.jogjaprov.go.id)


(18)

Sedangkan data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas 4 masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 di Kecamatan Ngemplak, menunjukkan bahwa terdapat siswa yang memiliki prestasi rendah. Dari 22 Sekolah Dasar Negeri yang terdapat di kecamatan tersebut, terdapat 19 Sekolah Dasar Negeri diantaranya masih ditemukan adanya siswa berprestasi rendah. Di 19 Sekolah Dasar Negeri tersebut, terdapat siswa dengan jumlah 489 siswa yang diantaranya terdapat 137 siswa memiliki prestasi rendah dengan rata-rata nilai di bawah 65. Data tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak yaitu mencapai 28,01%.

Siswa dengan prestasi belajar rendah sering kali dianggap bodoh atau malas padahal belum tentu demikian. Setiap individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat dengan cepat memahami dan menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan aktifitas belajar yang tidak selalu dapat berjalan lancar bagi setiap individu siswa. Dengan kata lain, masih sering dijumpai bahwa siswa yang berprestasi rendah tersebut mengalami kesulitan dalam belajar. Menurut Dalyono (2005: 229), kesulitan belajar merupakan keadaan yang membuat siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Oleh karena itu, agar seorang guru dapat memberikan bimbingan yang tepat maka perlu adanya pemahaman terkait hal-hal yang berhubungan dengan kesulitan belajar.

Pada dasarnya proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Seperti halnya faktor yang berpengaruh dalam belajar, faktor-faktor tersebut juga


(19)

dapat menjadi faktor penyebab adanya kesulitan belajar. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) (Muhibbin Syah, 2013: 184—185). Faktor internal meliputi faktor fisiologi yang berkaitan dengan kesehatan dan kondisi tubuh serta faktor psikologis yaitu berkaitan dengan tingkat intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang ada di sekitar siswa, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Moh. Surya (dalam Sugihartono, 2007: 154—155) mengemukakan bahwa beberapa ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar yaitu; menunjukkan hasil belajar yang rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, serta menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil.

Adanya siswa yang berkesulitan belajar menjadikan guru dituntut untuk peka terhadap kesulitan-kesulitan belajar yang dialami siswa. Di samping itu, guru juga perlu mengetahui faktor penyebab munculnya kesulitan belajar tersebut. Berdasarkan fakta di lapangan masih ditemukan beberapa guru yang kurang menyadari adanya sebab-sebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa


(20)

memperhatikan kebutuhan khusus siswa. Padahal setiap individu siswa membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda, sehingga tindakan-tindakan yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran pun harus berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa.

Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pada Pasal 16 Ayat (1) Angka 1 bahwa ―Siswa mempunyai hak mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya‖. Dengan mengetahui faktor penyebab kesulitan belajar yang dialami siswa, diharapkan seorang guru dapat menentukan cara yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Di samping itu, guru juga akan lebih mudah dalam memilih dan menentukan cara-cara mengajar yang lebih tepat dan dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan tersebut, penulis ingin mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa yang memiliki prestasi rendah di Kecamatan Ngemplak khususnya kelas 4. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar siswa yang berprestasi rendah di kelas 4, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai masukan dalam menyusun strategi pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu penulis ingin melakukan penelitian dengan judul ―Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak‖


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil TKM kelas 3 semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan Ngemplak, masih ditemukan 137 siswa berprestasi rendah. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar sehingga memiliki prestasi yang

rendah.

3. Guru cenderung memperlakukan siswa dengan sama tanpa memperhatikan kebutuhan khusus siswa.

4. Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada ―Belum diketahuinya faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.‖

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa yang dominan menyebabkan


(22)

kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dominan menyebabkan kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, di antaranya: 1. Guru

Bagi guru sebagai pendidik, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa dan pemilihan strategi belajar yang sesuai dengan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

2. Siswa

Bagi siswa sebagai pelajar, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada siswa dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang timbul dalam proses belajar, sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar dan mampu merencanakan arah tujuan selanjutnya.

3. Orang Tua

Bagi orang tua selaku pembimbing siswa di rumah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan terkait kesulitan belajar yang dialami oleh siswa


(23)

sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan bimbingan dan sarana kepada siswa agar dapat menghadapi kesulitan belajar yang dialaminya.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Belajar 1. Pengertian Belajar

Banyak ahli psikologi yang mengemukakan pengertian belajar. Menurut Slameto (2013: 2) belajar adalah proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dari hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses yang didalamnya dibutuhkan usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan secara utuh dan menyeluruh pada tingkah laku yang baru dan belum dikuasai sebelumnya sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar.

Senada dengan pendapat tersebut, Cornbach (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13) mengartikan belajar sebagai suatu aktivitas yang menunjukkan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Oleh karena itu, suatu aktifitas dikatakan belajar apabila aktivitas tersebut dapat memunculkan perubahan tingkah laku yang baik akibat adanya pengalaman yang diperoleh akibat aktivitas tersebut. Selanjutnya Skinner (dalam Bimo Walgito, 2010: 184) mendefinisikan belajar sebagai proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Jadi, belajar merupakan suatu proses yang menyebabkan munculnya perubahan


(25)

perilaku akibat adanya adaptasi atau penyesuaian yang bersifat progresif yaitu terus berkembang ke arah yang lebih baik.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru dan meyeluruh. Perubahan tersebut akan terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal tersebut dapat terjadi akibat dari adanya pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitar.

2. Ciri-ciri Belajar

Hakikat belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Namun tidak setiap perubahan pada diri seseorang merupakan hasil belajar. Terdapat ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar (Slameto, 2013: 3—5),

a. Perubahan terjadi secara sadar

Seorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya dapat merasakan adanya perubahan yang terjadi dalam dirinya, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang terjadi dalam keadaan tidak sadar tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Suatu


(26)

perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar jika perubahan yang terjadi bersifat positif dan aktif. Diaktakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan dalam belajar juga bersifat aktif, artinya perubahan tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena adanya usaha dari individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi akibat proses belajar bersifat menetap dan permanen. Sehingga keterampilan seorang anak setelah belajar tidak akan hilang begitu saja, melainkan akan terus dimiliki dan semakin berkembang apabila terus dipergunakan dan dilatih.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai oleh individu itu sendiri dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Sehingga apabila seseorang belajar sesuatu maka sebagai hasilnya aka nada perubahan


(27)

tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait belajar, belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang berkembang kearah yang lebih baik akibat dari adanya pengalaman dalam aktifitas belajar. perubahan tingkah laku tersebut terjadi secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, memiliki tujuan yang terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

B. Kajian tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar sering dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Istilah prestasi merupakan terjemahan dari achievement yang dalam Oxford Advanced Larner’s Dictionary diartikan sebagai sesuatu yang telah dilakukan dengan sukses, terutama dengan usaha dan keterampilan (A.S. Hornby, 1995:10). Hal senada juga dijelaskan oleh Ali Mustadi (2012: 257) bahwa learning achievement dapat diartikan hasil yang telah dicapai setelah seseorang mengalami proses belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu. Dengan demikian, prestasi dalam belajar merupakan hasil yang dicapai dengan baik dalam proses pembelajaran yang dalam proses tersebut


(28)

dibutuhkan usaha-usaha dan keterampilan dalam belajar melalui praktek dan pengalaman tertentu.

Hal tersebut senada dengan yang tertulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Selanjutnya, prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru ( Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005: 895). Jadi, prestasi belajar adalah hasil pencapaian dari adanya proses belajar yang ditunjukkan dengan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan baru yang belum dipahami dan dikuasai sebelumnya. Hasil pencapaian tersebut biasanya ditunjukkan dalam bentuk nilai yang memiliki skala tertentu.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Nana Syaodih (2009: 102—103) bahwa prestasi belajar dapat dilihat dari perilaku siswa, baik dalam betuk penguasaan materi, ketrampilan berpikir, maupun ketrampilan motorik sebagai hasil dari pengausaan siswa terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya dan dilambangkan dengan nilai berupa angka atau huruf. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Muhibbin Syah (2006: 213) bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi ranah psikologis yang berubah akibat adanya pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil


(29)

yang diperoleh siswa dari adanya pengalaman dan proses belajar sehingga terjadi perubahan pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai mencakup ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor yang belum dikuasai sebelumnya. Hal tersebut terjadi akibat adanya pengalaman dan usaha-usaha dalam proses belajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai yang berupa angka atau huruf.

2. Fungsi Prestasi Belajar

Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama. Zainal Arifin (2013: 12—13) menyebutkan lima fungsi utama prestasi belajar, yaitu: 1. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator kualitas maupun kuantitas

pengetahuan yang sudah mampu dikuasai oleh siswa.

2. Prestasi belajar dijadikan sebagai lambang pemuasan hasrat rasa keingintahuan yang merupakan kebutuhan umum manusia.

3. Prestasi belajar dijadikan sebagai bahan informasi dalam melakukan inovasi di bidang pendidikan. Dapat diasumsikan bahwa prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan sebagai umpan balik dalam peningkatan mutu pendidikan.

4. Prestasi belajar dijadikan sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern yaitu, prestasi belajar dapat


(30)

dijadikan indikator tingkat produktivitas dalam institusi pendidikan. Indikator ekstern yaitu, prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan siswa di masyarakat.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran, siswa mejadi fokus utama yang harus diperhatikan dan diharapkan siswa dapat menyerap seluruh materi pembelajaran dengan maksimal.

Prestasi belajar juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di samping itu, dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan diagnosis, penempatan maupun bimbingan bagi siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cornbach (dalam Zainal Arifin, 2013: 13) yang menyatakan bahwa prestasi belajar memiliki banyak manfaat, antara lain ―sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah‖.

Berdasarkan fungsi prestasi belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa sangatlah penting. Hal tersebut dikarenakan prestasi belajar tidak hanya menjadi indikator keberhasilan siswa dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas suatu institusi pendidikan dan dapat juga


(31)

dijadikan sebagai umpan balik bagi guru dalam menentukan tindakan-tindakan yang tepat bagi siswa dalam proses pembelajaran.

3. Indikator Prestasi Belajar

Mengukur perubahan tingkah laku pada seluruh ranah psikologis, khususnya ranah afektif siswa adalah hal yang sulit. Hal tersebut dikarenakan perubahan sebagai hasil belajar siswa ada yang bersifat intangible atau tidak dapat diraba. Sehingga guru hanya dapat mengambil cuplikan perubahan tingkah laku siswa yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi akibat adanya proses belajar, baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Muhibbin Syah (2013: 148), kunci pokok dalam memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator sebagai penunjuk adanya prestasi tertentu yang dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur. Selanjutnya, untuk memudahkan dalam penggunaan alat dan kiat evaluasi yang dianggap tepat, reliabel, dan valid (Muhibbin Syah, 2013: 148—150) disajikan sebuah tabel dari berbagai sumber rujukan (Surya, 1982; Barlow, 1985; Petty, 2004) dengan penyesuaian seperlunya sebagai berikut;


(32)

Tabel 1.Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/ Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Kognitif 1.Pengamatan 2.Ingatan 3.Pemahaman 4.Aplikasi/ Penerapan 5.Analisis

1. Dapat menunjukkan 2. Dapat membandingkan 3. Dapat menghubungkan 1. Dapat menyebutkan

2. Dapat menunjukkan kembali 1. Dapat menjelaskan

2. Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri

1. Dapat memberikan contoh 2. Dapat menggunakan secara tepat 1. Dapat menguraikan

2. Dapat mengklasifikasikan

1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 3. Observasi 1. Tes lisan 2. Tes tertulis 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas B. Ranah Afektif

1.Penerimaan

2.Sambutan

3.Apresiasi (Sikap Menghargai)

4.Internalisasi (pendalaman) 5.Karakterisasi

(penghayatan)

1. Menujukkan sikap menerima 2. Menunjukkan sikap menolak 1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat 2. Kesediaan memanfaatkan 1. Menganggap penting dan

bermanfaat

2. Menganggap indah dan harmonis 3. Mengagumi

1. Mengakui dan meyakini 2. Mengingkari

1. Melembagakan atau meniadakan 2. Menjelmakan dalam pribadi dan

perilaku sehari-hari

1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala peilaian

sikap

2. Pemberian tugas 3. Observasi 1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas

ekspresif dan proyektif 1. Pemberian tugas

ekspresif dan proyektif 2. Observasi C. Ranah Psikomotor

1.Keterampilan 2.Kecakapan

ekspresi verbal dan non verbal

Kecakapan mengkoordinasikan gerak anggota tubuh

1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan 2. Kecakapan membuat mimic dan

gerakan jasmani

1. Observasi 2. Tes tindakan 1. Tes lisan 2. Observasi 3. Tes tindakan

4. Pendekatan Evaluasi Prestasi Belajar

Terdapat dua pendekatan yang sering digunakan dalam melakukan evaluasi atau mengukur prestasi belajar siswa. Pendekatan tersebut yaitu:


(33)

referencing atau criterian-referenced assessment (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan-pendekatan tersebut pada umumnya sering disebut dengan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

a. Penilaian Acuan Norma (norm-referenced assessment)

Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan norma (PAN) dilakukan dengan cara membandingkan prestasi belajar seorang siswa dengan prestasi belajar yang dicapai oleh teman-teman sekelas atau sekelompoknya (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 216). Pendekatan penilaian acuan norma juga disebut dengan pendekatan faktual atau apa adanya (Eko Putro Widoyoko, 2014: 249). Dalam arti bahwa standar pembanding diambil dari fakta-fakta dari hasil pengukuran, sehingga penilaian ini tidak dikaitkan dengan standar yang berasal dari luar hasil pengukuran sekelompok siswa.

Hal tersebut senada dengan pendapat Muhibbin Syah (2006: 217) yang menjelaskan bahwa dalam pendekatan ini juga dapat dilakukan dengan cara menghitung dan membandingkan persentase jawaban benar yang dihasilkan oleh seorang siswa dengan persentase jawaban benar yang dihasilkan oleh siswa-siswa yang lain. Kemudian persenatse tersebut dikonversikan ke dalam nilai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan ini pemberian nilai bagi setiap siswa berdasar pada hasil perbandingan antara skor yang diperoleh


(34)

individu siswa dengan skor yang diperoleh siswa lain dalam satu kelas.

b. Penilaian Acuan Kriteria (criterian-referenced assessment)

Penilaian dengan mengguanakan pendekatan penilaian acuan kriteria (PAK) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian siswa dengan perilaku ranah yang telah ditetapkan dengan baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan yang tetap (Tardif dkk. dalam Muhibbin Syah, 2006: 218). Oleh sebab itu, dalam penerapannya diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran baik secara umum maupun khusus. hal tersebut senada dengan pendapat Eko Putro Widoyoko (2014: 249) bahwa dalam menafsirkan atau menginterpretasikan skor hasil pengukuran dengan menggunakan standar yang tetap yaitu skor ideal.

Pendekatan ini umumnya digunakan untuk sekelompok siswa yang mengikuti tes atau ujian yang sama, kapanpun dan dimanapun ujian tersebut dilaksanakan. Dengan demikian patokan atau standar penilaian dalam pendekatan ini ditentukan atas dasar jumlah butir soal. Siswa dianggap mampu menguasai pengetahuan yang diujikan apabila dapat menjawab sejumlah butir soal dengan benar, sehingga nilai yang diperoleh memenuhi standar yang ditetapkan.


(35)

5. Siswa Berprestasi Rendah

Untuk menentukan apakah seorang siswa memiliki prestasi yang rendah, guru perlu menentukan terlebih dahulu batas minimal keberhasilan belajar siswa yang ditunjukkan melalui KKM. KKM merupakan kependekan dari Kriteria Ketuntasan Minimal yang menjadi kriteria paling rendah untuk menyatakan ketuntasan siswa dan ditetapkan sebelum awal tahun ajaran baru (Eko Putro Widoyoko, 2014: 264). Oleh karena itu, siswa dengan nilai yang berada di bawah KKM akan dinyatakan tidak tuntas atau memiliki prestasi yang rendah.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan bab F tentang Penilaian oleh Satuan Pendidikan Pasal 1 disebutkan bahwa, ―Dalam menentukan KKM setiap mata pelajaran adalah dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik‖ (dalam Eko Putro Widoyoko, 2014: 265). Berdasarkan peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan KKM disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing, sehingga KKM yang berlaku di sekolah yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda.

Disamping pendapat tersebut di atas, Muhibbin Syah (2013: 151) menggolongkan prestasi ke dalam lima kelompok, yaitu:

a. 8,0 – 10 = sangat baik; b. 7,0 – 7,9 = baik;


(36)

c. 6,0 – 6,9 = cukup; d. 5,0 – 5,9 = kurang; e. 0 – 4,9 = gagal.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan ukuran standar penggolongan prestasi sebagai berikut:

a. 8,0 – 10 = tinggi; b. 6,6 – 7,9 = sedang; c. 0 – 6,5 = rendah.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa dikatakan memiliki prestasi rendah apabila hasil belajar yang dicapainya berada di bawah kriteria ketuntasan minimal yang berlaku. Namun, KKM pada setiap sekolah berbeda-beda sehingga siswa berprestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan melalui standar penggolongan prestasi yang ditetapkan di atas.

Dengan demikian berdasarkan penjabaran terkait prestasi belajar, prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai akibat adanya pengalaman dalam proses belajar mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan.


(37)

C. Kajian tentangKesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar

Setiap siswa pada prinsipnya berhak mendapat peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun, pada kenyataannya setiap individu tidaklah sama. Perbedaan individual tersebut menyebabkan munculnya tingkah laku belajar yang berbeda pada setiap siswa. Oleh sebab itu, tidak semua siswa dapat memperoleh kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai kapasitas yang dimilikinya. Dengan demikian, muncul kesulitan belajar atau yang dalam Bahasa Inggris sering disebut dengan istilah learning difficulties.

Difficulty memiliki arti keadaan atau kemampuan yang dalam keadaan sulit akibat adanya gangguan atau usaha-usaha yang terdapat di dalamnya. Dalyono (2005: 229) mendefinisikan kesulitan belajar sebagai keadaan yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan semestinya. Dengan demikian, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya.

Selanjutnya Mulyadi (2010: 6) menambahkan, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan munculnya hambatan-hambatan dalam mencapai hasil belajar, sehingga hasil yang didapatkan kurang maksimal. Dalam situasi tersebut, hambatan yang muncul akam membuat siswa merasa kesulitan dalam proses belajar dan hal tersebut menghambat atau mengganggu siswa dalam pencapaian


(38)

hasil belajar secara maksimal. Oleh sebab itu siswa yang mengalami kesulitan belajar biasanya memiliki hasil belajar yang cenderung rendah dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Pendapat tersebut senada dengan pendapat Nini Subini (2012: 57) bahwa kesulitan belajar merupakan kondisi yang menunjukkan pencapaian kompetensi atau prestasi tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, baik dari segi pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan, ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam pencapaian hasil belajar. Dengan demikian, perolehan nilai siswa yang mengalami kesulitan belajar akan berada di bawah standar atau ketentuan yang ditetapkan. Hal tersebut diperjelas dengan pendapat Sugihartono, dkk. (2007: 149) bahwa kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang muncul pada siswa yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan sehingga prestasi belajar siswa berkesulitan belajar akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan prestasi belajar teman-temannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari prestasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar. Oleh sebab itu, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan memperoleh prestasi


(39)

belajar yang rendah atau dibawah standar yang telah ditetapkan, sehingga prestasinya akan lebih rendah dibandingkan dengan prestasi teman-temannya atau prestasi belajarnya akan cenderung menurun dari sebelumnya.

2. Ciri-ciri Siswa Berkesulitan Belajar

Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui dengan mengamati ciri-ciri atau gejala yang muncul pada diri siswa. Sumadi Suryabrata (dalam Sugihartono, 2007: 153—154) mengemukakan bahwa adanya kesulitan belajar pada siswa dapat diketahui atas dasar:

a. Grade Level, yaitu apabila siswa tersebut pernah tinggal kelas.

b. Age Level, yaitu apabila usianya tidak sesuai dengan kelasnya. Namun bukan disebabkan karena keterlambatan dalam masuk sekolah.

c. Intelegensi Level, yaitu apabila siswa tersebut memiliki prestasi yang rendah.

d. General Level, yaitu apabila siswa tersebut dapat mencapai prestasi sesuai harapan namun terdapat beberapa mata pelajaran yang tidak sesuai harapan diakrenakan hasil yang diperoleh rendah. Oleh sebab itu pada mata pelajaran yang prestasinya rendah tersebut siswa dianggap mengalami kesulitan belajar.

Lebih lanjut Sumadi Suryabrata mengemukakan ciri-ciri siswa berkesulitan belajar yaitu menunjukkan adanya gangguan: aktivitas


(40)

motorik, emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, memuat dan menangkap simbol, perhatian, dan ingatan.

Gejala kesulitan belajar akan Nampak dalam aspek-aspek kognitif, afektif, dan motoris, baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Secara lebih rinci, Mulyadi (2010: 7—8) menjelaskan ciri-ciri siswa berkesulitan belajar antara lain:

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah yaitu berada di bawah rata-rata nilai kelas atau di bawah potensi yang dimiliki.

b. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, seperti siswa yang sudah berusaha untuk rajin belajar namun nilainya masih selalu rendah.

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar dan selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas sesuai waktu yang sudah ditentukan.

d. Meunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dan sering berdusta.

e. Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti membolos, dating terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu dalam proses pembelajaran, tidak mau mencatat, kurang tertib, sering mengasingkan diri, dan kurang mau bekerja sama.

f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah tersinggung, mudah marah, kurang gembira, dan tidak


(41)

menunjukkan perasaan sedih atau menyesal dalam menghadapi nilai yang rendah.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar yaitu menunjukkan hasil belajar rendah, hasil belajar yang tidak sesuai dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam kegiatan belajar, menunjukkan sikap dan perilaku yang kurang wajar, dan menunjukkan gejala-gejala emosional yang cenderung labil. Ciri-ciri termasuk gejala tersebut dialami oleh semua siswa yang memiliki kesulitan belajar pada semua jenjang pendidikan termasuk pada siswa sekolah dasar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat peka terhadap gejala-gejala yang muncul pada siswa.

3. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Secara umum faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa.

a. Faktor Internal

Faktor internal digolongkan menjadi dua yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi (Dalyono, 2005: 230—231). Faktor fisiologi merupakan faktor-faktor yang bersifat fisik atau menyangkut kondisi


(42)

jasmaniah, seperti kesehatan tubuh dan cacat tubuh atau kurang berfungsinya organ tubuh. Sedangkan faktor psikologi merupakan faktor-faktor yang bersifat psikis, contohnya seperti intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.

1) Faktor Fisiologi a) Kesehatan tubuh

Seseorang yang sakit atau kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar. Hal tersebut dikarenakan seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik sehingga dapat menyebabkan hal-hal seperti mudah lelah, pusing, mengantuk, sulit berkonsentrasi, kurang semangat dan pikirannya terganggu. Kondisi yang demikian akan menyebabkan penerimaan dan respon terhadap pelajaran menjadi berkurang. Saraf otak tidak dapat bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterpretasi, dan mengorganisasi bahan pelajaran yang diterima melalui indranya. Oleh karena itu perintah dari otak ke saraf motoris yang berupa ucapan, tulisan, atau hasil pemikiran juga menjadi lemah (Dalyono, 2005: 231—232).

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh merupakan sesuatu yang dapat menyebabkan kurang sempurnanya anggota tubuh (Slameto, 2013: 55). Keadaan ini dapat mengganggu proses pembelajaran dan


(43)

menyebabkan kesulitan belajar. Cacat tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu cacat tubuh ringan dan cacat tubuh berat (Dalyono, 2005: 232). Cacat tubuh ringan dapat berupa kurangnya pendengaran, lemahnya penglihatan, maupun gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh berat yang bersifat tetap seperti buta, tuli, bisu, atau anggota gerak yang tidak lengkap. 2) Faktor Psikologi

a) Intelegensi

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Slameto (2013: 55—56) menjelaskan bahwa intelegensi yang tinggi memiliki potensi yang tinggi pula dalam keberhasilan belajar. Namun siswa yang memiliki intelegensi tinggi belum tentu terhindar dari kesulitan belajar. Sugihartono (2007: 150) menegaskan, kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang intelegensinya rendah. Sejalan dengan pendapat tersebut Dalyono (2005: 232) menambahkan, meskipun siswa yang memiliki intelegensi rendah lebih berpotensi mengalami kesulitan dalam belajar. Kemampuan intelegensi dapat dilihat dari segi pemahaman, ingatan, kemampuan dalam menyelesaikan soal, dan intensitas mengikuti remidi (Meizuvan Khoirul Arief, 2012: 6-9).


(44)

b) Bakat

Bakat merupakan potensi atau kemampuan dasar untuk belajar yang dibawa sejak lahir. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata apabila sudah belajar atau berlatih (Slameto, 2013: 57). Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu apabila hal tersebut sesuai dengan bakatnya. Namun apabila seorang siswa harus mempelajari bahan yang tidak sesuai dengan bakatnya maka siswa tersebut akan cenderung cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak merasa senang (Dalyono, 2005: 234—235). Oleh karena itu tidak sesuainya bakat dengan apa yang dipelajari dapat menyebabkan kesulitan belajar.

c) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang suatu kegiatan, sehingga kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan secara terus-menerus dan disertai dengan rasa senang (Slameto, 2013: 57). Tidak adanya minat seorang siswa terhadap suatau pembelajaran dapat menimbulkan rasa tidak tertarik dan tidak senang. Hal tersebut berakibat pada timbulnya problema pada diri siswa sehingga muncul kesulitan belajar (Dalyono, 2005: 235). d) Motivasi


(45)

Motivasi merupakan faktor yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menjadi penentu baik atau tidaknya pencapaian suatu tujuan. Siswa dengan motivasi tinggi akan menunjukkan sikap giat berusaha, gigih, dan tidak mudah menyerah. Sebaliknya motivasi yang rendah akan menyebabkan siswa menjadi malas, kurang memperhatikan pelajaran, mudah putus asa, dan mudah menyerah. Hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar (Dalyono, 2005: 235—236).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan di sekitar siswa yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Muhibbin Syah (2011: 185) membagi faktor eksternal kedalam tiga bagian, yaitu:

1) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap anak. Oleh sebab itu, lingkungan keluarga memberikan pengaruh besar terhadap proses belajar siswa. Dengan demikian, lingkungan keluarga juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada siswa. Contohnya: a) hubungan antar anggota keluarga; b) kondisi ekonomi keluarga; c) perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya;


(46)

d) kelengkapan fasilitas belajar; e) managemen waktu belajar di rumah; dan f) kenyamanan suasana dirumah (Dalyono, 2005: 238). 2) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang secara aktif digunakan untuk proses pembelajaran. Oleh sebab itu, hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekolah juga dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa, contohnya: a) cara mengajar guru; b) hubungan interaksi guru dengan siswa; c) hubungan interaksi siswa dengan siswa lain; dan d) sarana dan prasarana sekolah (Dalyono, 2005: 242—244).

3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat berpengaruh dalam munculnya kesulitan belajar karena keberadaan siswa di dalam suatu masyarakat tersebut. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh dari lingkungan di sekitar. Contohnya seperti kondisi lingkungan tempat tinggal dan keberadaan teman bermain (Dalyono, 2005: 246—247) .

Selain faktor-faktor yang bersifat umum tersebut, terdapat pula faktor lain yang dianggap sebagai faktor khusus yang juga dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Muhibbin Syah (2011: 185— 186) menambahkan, di antara faktor-faktor yang dianggap sebagai faktor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar. Sindrom merupakan suatu gejala yang timbul


(47)

sebagai indikator adanya keabnormalan psikis, sehingga dapat menimbulkan kesulitan belajar. Sindrom psikologis berupa learning disability atau ketidakmampuan belajar tersebut terdiri atas:

a. Diseleksia (dyselexia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam membaca; b. Disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam menulis; c. Diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar dalam

matematika.

Namun, siswa yang memiliki sindrom tersebut secara umum sebenarnya memiliki IQ yang normal. Oleh sebab itu, kesulitan belajar siwa yang memiliki sindrom-sindrom tersebut mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction atau gangguan ringan pada otak (Lask, Reber, dalam Muhibbin Syah, 2011: 186)

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pendapat dari Dalyono (2005: 230—231) dan Muhibbin Syah (2011: 185) bahwa ada banyak faktor yang menjadi penyebab munculnya kesulitan belajar. Diantara faktor-faktor tersebut terdapat faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan berasal dari luar diri siswa yaitu lingkungan sekitar siswa yang mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat tempat tinggal. Selain itu terdapat faktor khusus yaitu sindrom psikologis yang berupa ketidakmampuan belajar.


(48)

4. Pengajaran Remedial bagi Siswa Berkesulitan Belajar

Bagi siswa yang memiliki prestasi rendah akibat mengalami kesulitan belajar, sangatlah perlu untuk diberikan layanan bimbingan belajar. Oleh sebab itu, guru sebagai penanggung jawab keberhasilan belajar siswa harus memberikan layanan bimbingan belajar yang baik. Pemberian layanan bimbingan belajar bagi siswa berkesulitan belajar dikenal dengan pengajaran remedial. Kegiatan pengajaran remedial sifatnya penting dalam keseluruhan program pembelajaran, sehingga seorang guru harus mampu untuk melaksanakan program pengajaran remedial. Hal tersebut dikarenakan secara umum setiap proses pembelajaran di kelas, selalu ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Mulyono (2003: 20) bahwa setiap akhir dari kegiatan pembelajaran dalam suatu unit pembelajaran, guru melakukan evaluasi formatif dan setelah adanya evaluasi tersebut siswa yang belum menguasai materi pelajaran diberikan pengajaran remedial. Dengan demikian, pengajaran remedial pada dasarnya adalah kewajiban bagi setiap guru setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan bahwa ada siswa yang belum mampu mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut pendapat Sugihartono, dkk. (2007: 171—172) remedial merupakan suatu bentuk pengajaran khusus bagi setiap individu yang sifatnya kuartif (penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Dengan


(49)

demikian, pengajaran remedial merupakan bentuk pengajaran khusus yang bersifat individual dan bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran. Hal tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau yang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses belajar siswa, sehingga siswa tersebut dapat mengikuti pelajaran secara klasikal di kelas dan dapat mencapai prestasi belajar secara optimal.

Apabila dijumpai siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran dan tidak segera diatasi, maka dapat berpengaruh dalam penguasaan materi pelajaran berikutnya. Oleh karena itu, siswa tersebut akan semakin banyank mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran berikutnya. Sugihartono, dkk. (2007: 172) menegaskan bahwa pelaksanaan pengajaran remedial seharusnya disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pengajaran remedial pada setiap siswa belum tentu sama dikarenakan perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Hal tersebut diharapkan dapat menangani masalah kesulitan belajar pada setiap siswa secara maksimal.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengajaran remedial adalah pengajaran khusus yang bersifat individual, sehingga dalam pelaksanaanya perlu adanya penyesuaian terhadap karakteristik kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Pengajaran remedial memiliki


(50)

tujuan untuk memperbaiki atau mengatasi hal-hal yang menjadi hambatan atau menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa. Pengajaran remedial penting dilakukan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran setelah diadakannya evaluasi formatif dan ditemukan adanya siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan adanya pengajaran remedial, diharapkan semua siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas secara maksimal, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan penjabaran terkait kesulitan belajar, kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dan berkembang dengan maksimal. Hal tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian kesulitan belajar menyebabkan siswa tidak dapat memperoleh prestasi belajar yang baik.

D. Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah di Kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak

Belajar merupakan kegiatan yang pokok bagi setiap siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa diharapkan dapat belajar secara maksimal, sehingga keberhasilan dalam belajar dapat diperoleh. Keberhasilan belajar pada umumnya sering dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar dapat dilihat dari nilai-nilai yang merupakan


(51)

hasil evaluasi dari proses belajar siswa. Berbagai pihak tentunya mengharapkan perolehan prestasi belajar yang tinggi bagi setiap siswa.

Kenyataanya, setiap individu siswa memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki prestasi belajar yang tinggi/ baik. Masih terdapat pula siswa yang memiliki prestasi belajar yang tergolong rendah di setiap kelas, meskipun dengan jumlah yang tidak banyak. Siswa dengan prestasi rendah tersebut diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu, siswa tersebut tidak dapat belajar dengan sebagaimana mestinya. Sementara itu, ditemui di lapangan bahwa masih terdapat guru yang kurang memahami akan hal tersebut.

Oleh karena itu perlu diteliti tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa yang berprestasi rendah. Diharapkan dengan diketahuinya faktor penyebab kesulitan belajar tersebut, guru dapat menentukan tindakan yang tepat untuk membantu siswa mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Disamping itu, akan mempermudah guru dalam menentukan cara-cara mengajar yang tepat dan menjamin kemudahan siswa dalam belajar agar perolehan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hal tersebut, maka untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka digambarkan bagan kerangka pikir tentang faktor-faktor penyebab kesulitan belajar pada siswa berprestasi rendah dilihat dari faktor internal dan eksternal. Indikator penelitian ini adalah seberapa besar suatu faktor menyebabkan siswa yang berprestasi rendah mengalami kesulitan belajar. Faktor tersebut meliputi faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri


(52)

siswa, mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri siswa/lingkungan sekitar siswa, mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Gambar 1. Kerangka berpikir Siswa Berprestasi Rendah

Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan

Belajar

Kesimpulan

Internal

Fisiologi Psikologi

Eksternal

Lingkungan Keluarga Lingkungan

Sekolah Lingkungan


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008: 7) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan dianalisis dengan menggunakan statistik. Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey exploratif. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) penelitian survey merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu. Data tersebut kemudian dikelompokkan menurut jenis, sifat, dan kondisinya untuk selanjutnya dibuat kesimpulan. Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 82) menambahkan, penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang suatu populasi yang cukup besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.

Berdasarkan penjabaran tersebut, secara lebih singkat penelitian survey merupakan peneitian yang memaparkan apa yang terjadi di suatu wilayah secara objektif dengan pengumpulan data yang menggunakan sampel. Survey pada penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor


(54)

kesulitan belajar siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kelas 4. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman terdapat 22 Sekolah Dasar (SD) Negeri yang tersebar di Kecamatan Ngemplak. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2015.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa berprestasi rendah.

D. Populasi Penelitian

Tujuan dari penelitian pendidikan yaitu untuk mempelajari sesuatu tentang sekelompok besar manusia dengan belajar dari sekelompok manusia yang lebih kecil. Sekelompok besar yang diharapkan untuk dapat dipelajari disebut dengan populasi, sedangkan kelompok kecil yang benar-benar dipelajari disebut sampel (Brog dan Gall, 1979: 176—177). Berdasarkan paparan tersebut, maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa yang berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak. Jumlah populasi diketahui dari data hasil Tes Kendali Mutu (TKM) ketika siswa kelas


(55)

4 tersebut masih berada di kelas 3 semester 1 tahun ajaran 2014/ 2015 dengan jumlah 137 siswa. Namun, terdapat siswa yang tinggal kelas, pindah sekolah, dan berhenti sekolah sehingga jumlah populasi berkurang menjadi 114 siswa.

Jumlah populasi tersebut tersebar di sembilan belas sekolah, yaitu SDN Kejambon 1 berjumlah 4 siswa, SDN Kejambon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Krawitan berjumlah 3 siswa, SDN Krapyak 1 berjumlah 7 siswa, SDN Krapyak 2 berjumlah 8 siswa, SDN Pokoh 1 berjumlah 3 siswa, SDN Pokoh berjumlah 11 siswa, SDN Jaten berjumlah 10 siswa, SDN Koroulon 1 berjumlah 5 siswa, SDN Koroulon 2 berjumlah 4 siswa, SDN Karanganyar berjumlah 4 siswa, SDN Umbulwidodo berjumlah 6 siswa, SDN Banjarharjo berjumlah 11 siswa, SDN Ngemplak 1 berjumlah 5 siswa, SDN Ngemplak 2 berjumlah 7 siswa, SDN Ngemplak 4 berjumlah 5 siswa, SDN Malangrejo berjumlah 8 siswa, SDN Randusari berjumlah 3 siswa, dan SDN Sempu berjumlah 6 siswa.

E. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008: 81). Sampel dapat digunakan apabila suatu populasi tersebut besar dan ada keterbatasan dalam penelitian, baik dari segi tenaga, biaya, maupun waktu. Pemilihan jumlah subjek dari populasi yang telah ditentukan disebut dengan sampling (Brog dan Gall, 1979: 176— 177). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportional Random Sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan secara


(56)

acak dengan menggunakan undian. Teknik pengambilan sampel ini digunakan agar setiap individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus Slovin (Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2007: 49) yaitu:

Keterangan: n : Sampel N : Populasi

d : Nilai presisi 95% atau Sig.= 0,05

Jumlah sampel dari populasi sebanyak 114 siswa ditentukan dengan Rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 5%, sehingga jumlah sampel yang didapat sebanyak 89 siswa berprestasi rendah di kelas 4 SD Negeri se-Kecamatan Ngemplak.

F. Definisi Operasional Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah

Faktor kesulitan belajar merupakan sesuatu yang menyebabkan siswa tidak dapat belajar dengan maksimal. Faktor tersebut tersebut meliputi faktor internal atau yang berasal dari dalam diri siswa mencakup aspek fisiologi dan aspek psikologi dan faktor eksternal atau yang berasal dari luar diri siswa mencakup aspek lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.


(57)

Prestasi belajar dalam penelitian ini mencakup prestasi pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar umumnya dilambangkan dalam bentuk nilai, baik berupa angka maupun huruf. Prestasi belajar dikatakan rendah apabila nilai yang diperoleh dari hasil belajar berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Prestasi rendah dalam penelitian ini ditentukan dari nilai rata-rata di bawah 65.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau sering disebut dengan metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2013: 203). Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa angket. Metode ini dipilih mengingat jumlah responden yang cukup besar. Melalui angket ini, diharapkan peneliti dapat meperoleh informasi mengenai variabel yang diukur dengan lebih efektif dan efisien.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup. Angket tertutup merupakan pertanyaan yang mengharapkan responden memberi jawaban secara singkat atau memilih salah satu alternatif jawaban yang sudah tersedia pada setiap pertanyaan (Sugiyono, 2008: 143). Angket faktor kesulitan belajar siswa disusun dalam bentuk skala. Setiap butir pernyataan mengandung masing-masing empat alternatif respon yang diberikan bobot antara 1 sampai


(58)

4. Sebelum menyusun instrumen, terlebih dahulu disusun kisi-kisi untuk mempermudah pembuatan butir-butir instrumen dalam angket. Masing-masing indikator terdiri dari beberapa sub-indikator yang diwakili beberapa butir pernyataan sebagai alat ukurnya. Berikut ini merupakan kisi-kisi angket tertutup:

Tabel 2.Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Sebelum Uji Coba

No Faktor Indikator No. Item Jumlah

Unfavorable Favorable

1. Internal/ Diri Sendiri

1. Fisiologi 1 2, 3, 4, 5 5 2. Psikologi 6, 9, 10, 11,

13

7, 8, 12, 14 9 2. Eksternal/

Lingkungan

1. Lingkungan Keluarga

15, 17, 18, 19, 20, 21, 22

16, 23 9 2. Lingkungan

Sekolah

24, 26, 28, 30, 31

25, 27, 29 8 3. Lingkungan

Masyarakat

32, 34 33, 35 4

Jumlah 35

Kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan teori tentang faktor-faktor kesulitan belajar yang dikemukakan oleh Dalyono (2005: 230–231) dan Muhibbin Syah (2011: 185) dengan jumlah item sebanyak 35 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 15 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 5 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 9 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 8 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 4 butir item.


(59)

Tabel 3.Kisi-kisi Instumen Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Berprestasi Rendah Setelah Uji Coba

No Faktor Indikator

No. Item No.

Item yang Gugur

Jml Unfavorable Favorable

1. Internal/ Diri Sendiri

1. Fisiologi 1 2, 3, 4 5 4 2. Psikologi 6, 9, 10, 11,

13

7, 8, 12, 14

- 9 2. Eksternal/

Lingkunga n

1. Lingkungan Keluarga

15, 17, 18, 19, 20, 21, 22

16 23 8 2. Lingkungan

Sekolah

24, 26, 28, 30, 31

25, 27 29 7 3. Lingkungan

Masyarakat

32, 34 35 33 3

Jumlah 31

Setelah dilakukan uji coba terdapat 4 butir item yang gugur, diantaranya item nomor 5, 23, 29, dan 31. Dengan demikian jumlah item yang digunakan dalam penelitian yaitu berjumlah 31 butir. Terdiri dari 20 butir item unfavorable dan 11 butir item favorable. Faktor internal pada aspek fisiologi terdiri dari 4 butir item dan aspek psikologi terdiri dari 9 butir item. Faktor eksternal aspek lingkungan keluarga terdiri dari 8 butir item, aspek lingkungan sekolah terdiri dari 7 butir item, dan aspek lingkungan masyarakat terdiri dari 3 butir item.

I. Skala Pengukuran

Skala pengukuran disepakati sebagai acuan yang digunakan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dapat menghasilkan data berupa data


(60)

kuantitatif (Sugiyono, 2008 : 92). Dengan demikian, nilai variabel yang diukur dengan suatu instrumen dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga data akan menjadi lebih akurat, efisien, dan komunikatif.

Jawaban pada setiap item instrumen yang menggunakan skala, mempunyai gradasi dari jawaban yang sangat positif sampai dengan yang sangat negatif. Penelitian ini menggunakan 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan alternatif jawaban yang sifatnya ragu-ragu. Alternatif jawaban yang digunakan adalah selalu, sering, jarang sekali, tidak pernah. Alternatif jawaban pada setiap butir merupakan data kualitatif yang kemudian ditransformasikan menjadi menjadi data kuantitatif menggunakan simbol angka. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut :

Untuk pernyataan favorable:

1. Selalu : 4

2. Sering : 3

3. Jarang sekali : 2 4. Tidak pernah : 1 Untuk pernyataan unfavorable:

1. Selalu : 1

2. Sering : 2

3. Jarang sekali : 3 4. Tidak pernah : 4


(61)

Untuk mendeskripsikan hasil penelitian ini, maka dibuatlah kategori menurut pengelompokan skor hasil penelitian. Dalam Riduan (2004:71-79) dijelaskan bahwa skor hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan nilai persentase yang didapat dari pengolahan skala, kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. 76%-100% : sangat menyebabkan kesulitan belajar 2. 51%-75% : menyebabkan kesulitan belajar

3. 26%-50% : kurang menyebabkan kesulitan belajar 4. 0%-25% : tidak menyebabkan kesulitan belajar

J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Dalam suatu penelitian dibutuhkan instrumen yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan tersebut yaitu validitas dan reliabilitas. Oleh sebab itu, setelah instrumen selesai dibuat maka perlu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reabilitas instrumen. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil pengukuran dapat menggambarkan segi atau aspek yang diukur (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 228).

Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Validitas internal instrumen harus memenuhi construct validity. Untuk menguji validitas konstruksi (construct validity) dapat menggunakan pendapat dari ahli (judgment expert), untuk menentukan apakah instrumen tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau perombakan total (Sugiyono, 2008: 125).


(1)

Lampiran 12. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar

pada Faktor Eksternal Aspek Lingkungan Sekolah

No Resp Skor Perolehan Jumlah Persentase Kategori

22 23 24 25 26 27 28

1 4 4 4 2 2 1 4 21 75% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

2 1 2 4 3 1 1 3 15 54% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

3 2 4 1 4 2 2 1 16 57% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

4 1 3 1 1 4 3 1 14 50% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

5 1 4 4 2 1 3 4 19 68% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

6 1 4 3 4 1 3 1 17 61% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

7 1 3 3 4 1 3 3 18 64% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

8 1 3 4 3 1 3 2 17 61% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

9 1 1 3 3 3 1 1 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

10 1 1 2 3 2 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

11 2 2 1 2 1 1 2 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

12 2 3 4 3 2 2 2 18 64% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

13 2 1 2 3 2 1 1 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

14 1 1 1 3 3 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

15 1 1 2 1 4 2 2 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

16 1 1 1 1 4 1 1 10 36% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

17 1 3 2 3 1 1 3 14 50% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

18 2 1 4 4 4 1 3 19 68% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

19 3 1 3 1 4 3 4 19 68% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

20 1 1 3 2 3 2 1 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

21 3 1 3 2 4 4 3 20 71% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

22 1 2 4 1 4 4 4 20 71% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

23 1 1 3 3 2 1 1 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

24 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

25 1 1 1 4 1 1 1 10 36% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

26 2 2 4 1 2 2 2 15 54% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

27 4 2 1 4 4 4 3 22 79% Sangat Menyebabkan


(2)

28 4 1 3 3 3 4 4 22 79% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

29 3 3 2 3 2 1 1 15 54% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

30 3 3 2 3 3 3 2 19 68% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

31 1 1 2 1 1 2 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

32 1 1 2 1 4 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

33 2 1 3 1 2 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

34 1 1 1 1 2 1 1 8 29% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

35 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

36 1 2 1 1 1 3 1 10 36% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

37 4 1 3 1 3 4 1 17 61% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

38 1 2 2 3 1 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

39 1 3 1 3 2 1 2 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

40 1 1 2 1 3 3 3 14 50% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

41 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

42 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

43 1 1 4 1 1 1 2 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

44 1 1 1 1 1 3 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

45 1 1 4 4 4 3 1 18 64% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

46 2 4 4 2 4 1 4 21 75% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

47 1 4 2 4 2 1 2 16 57% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

48 1 1 3 4 1 1 2 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

49 1 1 3 4 1 1 1 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

50 1 1 2 1 2 1 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

51 1 1 2 2 2 2 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

52 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

53 2 2 2 1 2 1 2 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

54 1 2 2 2 2 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

55 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

56 1 1 4 3 2 1 1 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

57 1 4 4 4 4 1 1 19 68% Cukup Menyebabkan


(3)

58 4 4 3 4 1 1 1 18 64% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

59 1 2 1 4 1 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

60 1 1 2 4 1 2 1 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

61 1 1 2 1 2 1 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

62 1 1 3 2 2 2 2 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

63 2 3 2 3 2 2 2 16 57% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

64 2 3 3 2 2 2 3 17 61% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

65 1 1 2 2 2 1 4 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

66 1 1 3 2 3 1 1 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

67 1 3 2 3 2 1 1 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

68 1 1 2 1 3 1 1 10 36% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

69 2 2 3 1 3 1 2 14 50% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

70 2 3 2 1 2 2 2 14 50% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

71 1 3 2 1 2 1 2 12 43% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

72 1 1 1 3 1 1 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

73 1 1 2 4 1 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

74 1 1 1 1 2 1 2 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

75 1 2 1 2 3 2 4 15 54% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

76 1 1 1 2 3 2 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

77 1 4 4 1 1 1 1 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

78 1 2 2 3 2 1 2 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

79 1 1 1 2 1 2 3 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

80 2 1 2 2 2 2 2 13 46% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

81 1 1 2 1 2 1 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

82 1 1 2 1 2 1 1 9 32% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

83 2 4 4 3 4 3 3 23 82% Sangat Menyebabkan

Kesulitan Belajar

84 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan

Kesulitan Belajar

85 1 4 2 1 1 1 1 11 39% Kurang Menyebabkan

Kesulitan Belajar

86 2 1 2 3 1 3 3 15 54% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar

87 3 1 4 1 3 4 3 19 68% Cukup Menyebabkan


(4)

88 1 1 1 1 1 1 1 7 25% Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

89 3 1 3 3 2 2 2 16 57% Cukup Menyebabkan

Kesulitan Belajar jumlah 132 161 203 194 185 150 157 1182

persentase

item 37% 45% 57% 54% 52% 42% 44% persentase

aspek 41% 56% 52% 43%

persentase


(5)

Lampiran 13. Tabel Data Hasil Penelitian Faktor Kesulitan Belajar pada Faktor

Eksternal Aspek Lingkungan Masyarakat

No Resp Skor Perolehan Jumlah Persentase Kategori

29 30 31

1 1 4 4 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

2 1 1 2 4 33% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

3 3 2 3 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

4 4 4 4 12 100% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

5 4 4 2 10 83% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

6 4 4 2 10 83% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

7 4 4 3 11 92% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

8 4 4 1 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

9 4 2 1 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

10 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

11 3 1 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

12 3 2 3 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

13 2 2 2 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

14 4 2 2 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

15 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

16 4 4 4 12 100% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

17 2 2 4 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

18 1 3 1 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

19 4 4 1 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

20 3 1 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

21 3 3 1 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

22 4 4 4 12 100% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

23 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

24 1 4 4 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

25 1 2 1 4 33% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

26 1 2 3 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

27 4 4 2 10 83% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

28 4 1 1 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

29 4 2 3 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

30 3 1 4 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

31 3 2 2 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

32 4 4 3 11 92% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

33 2 1 2 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

34 2 2 1 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

35 1 2 2 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

36 1 1 2 4 33% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

37 4 3 2 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

38 1 2 4 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

39 1 2 4 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

40 1 3 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

41 1 1 1 3 25% Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

42 4 1 4 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

43 1 1 1 3 25% Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

44 4 1 2 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

45 1 1 4 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

46 3 1 1 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

47 1 2 3 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar


(6)

49 1 2 2 5 42%

50 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

51 1 1 3 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

52 3 4 2 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

53 3 4 2 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

54 3 3 2 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

55 1 3 1 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

56 1 4 2 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

57 1 4 4 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

58 4 4 3 11 92% Sangat Menyebabkan Kesulitan Belajar

59 4 1 2 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

60 1 4 1 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

61 3 2 4 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

62 1 1 3 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

63 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

64 2 3 3 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

65 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

66 2 2 2 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

67 1 1 3 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

68 1 2 2 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

69 1 3 1 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

70 3 1 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

71 4 1 3 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

72 3 3 1 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

73 3 1 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

74 1 2 2 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

75 3 3 2 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

76 1 4 1 6 50% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

77 1 1 1 3 25% Tidak Menyebabkan Kesulitan Belajar

78 1 3 4 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

79 2 1 2 5 42% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

80 2 2 3 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

81 2 3 3 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

82 2 4 3 9 75% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

83 4 2 2 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

84 2 1 1 4 33% Kurang Menyebabkan Kesulitan Belajar

85 2 2 4 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

86 1 2 4 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

87 3 4 1 8 67% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

88 2 3 2 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

89 2 3 2 7 58% Cukup Menyebabkan Kesulitan Belajar

jumlah 206 210 218 634 persentase

item 58% 59% 61% Persentase

aspek 58% 60%

persentase