6
B. Perumusan Masalah
Atas uraian seperti yang dikemukakan di dalam latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini yakni sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Penataan Ruang dalam Undang-undang Nomor
26 Tahun 2007? 2.
Bagaimana pelaksanaan pemanfaatan penataan ruang di Kabupaten Langkat? 3.
Apa peran pemerintah Kabupaten Langkat dalam melaksanakan Penataan ruang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yakni sebagai berikut:
a Untuk mengetahui penataan ruang dalam Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007. b
untuk mengetahui pelaksanaan pemanfaatan penataan ruang di Kabupaten Langkat.
c untuk mengetahui peran pemerintah Kabupaten Langkat dalam
melaksanakan Penataan ruang. 2.
Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan ada 2 dua manfaat yang dapat dihasilkan
yaitu yang bersifat teoritis dan bersifat praktis yaitu: a
Bersifat teoritis, yakni hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan berbagai konsep kajian yang dapat
7
memberikan andil bagi peningkatan pengetahuan dalam disiplin Ilmu Hukum khususnya dalam hal Pelaksanaan Penataan Ruang Menurut
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007. b
Bersifat Praktis, yakni hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi kepada masyarakat luas khususnya Penataan Ruang di
Kabupaten Langkat tentang peran Pemerintah Daerah Kabupaten
Langkat dalam pelaksanaan Penataan Ruang Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007.
D. Tinjauan Kepustakaan
Pengertian tanah menurut pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA. “tanah adalah
permukaan bumi atau kulit bumi”. Selanjutnya pasal 4 ayat 2 menjelaskan pengertian hak atas tanah, yang menyatakan : “Hak atas tanah adalah hak untuk
menggunakan tanah sampai batas-batas tertentu meliputi tubuh bumi, air, dan ruang angkasa diatasnya sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah”. Hal ini, dipertegas kembali dalam pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, yang menyatakan bahwa “semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.
5
Dasar hukum penataan kota mengacu pada dasar hukum penataan ruang antara lain diatur dalam Pasal 14 ayat 1 UUPA, yang dalam peruntukan dan
penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Penatagunaan tanah ini diwujudkan dalam suatu rencana tata ruang.
5
Supriadi, Hukum Agraria, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal 3
8
Penataan ruang di atur dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dalam tindakan penataan ruang sesuai dengan rencana tata ruang akan
menimbulkan akibat-akibat hukum sesuai dengan hak atas tanah. Ruang sebagai satu sumber daya alam tidak mengenal batas wilayah. Namun ruang dikaitkan
dengan pengaturan, maka harus jelas batas, fungsi dan sistemnya dalam satu kesatuan. Istilah tanah dan agraria tidak selalu dipakai dalam arti dan pemahaman
yang sama. Hal demikian, pada akhirnya membawa konsekuensi dan permasalahan tersendiri pada pengaturan dan kedudukannya dalam sistem hukum Indonesia.
6
Aspek pertanahan dan penataan ruang, mempunyai hubungan penting, karena tanah sebagai salah satu sumber daya kegiatan penduduk yang dapat dinilai
sifat, proses dan penggunannya, ini sesuai dengan yang dikemukakan Firey, “Tanah dapat menunjukan pengaruh budaya yang besar dalam adaptasi ruang, dan
selanjutnya dikatakan ruang dapat merupakan lambang bagi nilai-nilai sosial misalnya penduduk sering memberi nilai sejarah yang besar kepada sebidang
tanah.
7
Penataaan ruang dan tata guna tanah, dalam Pasal 16 UUPA, mewajibkan pemerintah untuk menyusun rancangan umum mengenai persediaan, peruntukan,
dan penggunaan tanah untuk berbagai macam keperluan pembangunan. Dalam penataaan ruang terkait pengelolaan, mengacu pada rencana umum peruntukan
tanah, didasarkan pada kondisi obyektif fisik tanah dan keadaan lingkungan, baik Dalam Pasal 18 UUPA, bahwa hak atas tanah adalah hak dan kewajiban,
kewenangan-kewenangan dan manfaat dalam menggunakan tanah yang dengan sendirinya meliputi fisik tanah dan lingkungannya serta ruang diatasnya.
6
Ida Nurlida, Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria : Perspektif Hukum, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm 35
7
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Penerbit Kencana, Jakarta, 2011, hlm 58
9
di tingkat propinsi, dan kabupatenkota harus memiliki kesamaan. Berdasar Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Perpres No.36 Tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, hal ini dalam pelaksanaan penetapan rencana pembangunan kepada
kepentingan umum, sesuai dengan dan berdasarkan kepada Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang ditetapkan lebih dahulu, termasuk dalam penetapan
kawasan wilayah pengelolaan tata ruang. Ruang merupakan sarana yang sangat menunjang terwujudnya masyarakat
yang adil dan makmur, mengingat segala aktivitas kehidupan manusia di dalam masyarakat akan selalu membutuhkan ruang dan sebaliknya ruang itu sendiri
merupakan tempat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya untuk melangsungkan kehidupannya.
8
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
9
Tata ruang adalah wujud struktural ruang dan pola ruang.
10
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11
Pemahaman tentang ”tata ruang” dalam arti luas mencakup keterkaitan dan keserasian tata guna lahan, tata guna air, tata guna udara serta alokasi sumber daya
8
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Cetakan kedua, Penerbit Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm 23
9
Pasal 1 angka 7 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
10
Pasal 1 angka 8 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
11
Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
10
melalui koordinasi dan upaya penyelesaian konflik antar kepentingan yang berbeda.
12
Penataan ruang merupakan instrumen untuk mengkaji keterkaitan antar fenomena tersebut serta untuk merumuskan tujuan dan strategi pengembangan
wilayah terpadu sebagai landasan pengembangan kebijakan pembangunan sektoral
dan daerah, termasuk sebagai landasan pengembangan sistem kota-kota yang
efisien sesuai dengan fungsi-fungsi yang telah ditetapkan.
13
Pada dasarnya tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak. Sementara penataan ruang adalah proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Proses perencanaan tata ruang merupakan rangkaian tahapan kegiatan mulai dari
pengumpulan data pendukung, pengolahan data sampai dengan penetapan zona peruntukan ruang. Pemanfaatan ruang dilakukan dalam penggunaan ruang harus
sesuai dengan peruntukannya.
14
Dalam upaya mengaktualisasikan ruang merupakan common goods melalui sistem kontrak sosial dilakukan pemberian kedaulatan kepada negara yang pada
realitasnya dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan penyelenggaraan penataan ruang melalui aktifitas-aktifitas pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang Pasal 1 angka 6 UU No 26 tahun 2007. Perwujudan dari pengaturan sebagai bagian integral dari sistem penyelenggaraan penataan
ruang dilakukan dengan perwujudan pengaturan dalam peraturan perundang-
12
Eko Budihardjo. Tata Ruang Perkotaan. Bandung: Penerbit Alumni, 1997, hlm 68
13
Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah, Pengembangan Wilayah Dan Penataan Ruang Di Indonesia : Tinjauan Teoritis Dan Praktis,
Makalah ini disajikan dalam Studium General Sekolah Tinggi Teknologi Nasional STTNAS di Yogyakarta, 2003, hlm 13
14
Hasni, Op.Cit, hlm 123
11
undangan mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, sampai ke Peraturan Daerah.
Secara umum penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan yakni kawasan lindung dan kawasan budi daya. Namun demikian sebelum membahas
tentang pengelolaan dan pemanfaatan ruang, alangkah baiknya diuraikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan tata ruang. Sementara tata ruang adalah wujud
struktur ruang dan pola ruang sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 2 UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Selanjutnya asas penataan ruang menurut undang-undang penataan ruang meliputi sebagai berikut:
a. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan
berhasil guna, serasi dan seimbang dan berkelanjutan; b.
Keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Dengan demikian asas tersebut di atas memberi isyarat 3 tiga aspek
pokok yang harus diperhatikan dalam penataan ruang yaitu: 1
Aspek lingkungan hidup fisik umumnya dan sumber daya alam khususnya yang dimanfaatkan;
2 Aspek masyarakat termasuk aspirasi sebagai pemanfaat;
3 Aspek pengelola lingkungan fisik oleh pemerintah yang dibantu masyarakat,
yang mengatur pengelolaannya dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi dan potensi lingkungan fisik serta kebutuhan
masyarakat agar pemanfaatan ruang tersebut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
12
Menurut Wiratni Ahmadi sebagai suatu manajemen untuk mengatasi konflik, maka tujuan penataan ruang meliputi sebagai berikut:
15
1 Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan ruang, baik sebagai sumber daya alam
maupun sebagai wadah kegiatan; 2
Meminimalisir konflik dari berbagai kepentingan; 3
Mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah dampak negatif terhadap lingkungan;
4 Melindungi kepentingan nasional dalam rangka pertahanan dan keamanan.
Inti dari penataan ruang adalah mengembangkan tata ruang meningkatkan fungsi kawasan dan mengatur pemanfaatan ruang. Penataan ruang dilakukan oleh
pemerintah dengan peran serta masyarakat yang tata cara dan bentuk peran serta masyarakat itu diatur oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
. Selanjutnya, dalam Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah
No. 327KPTS2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah:
“Wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya dan
melakukan serta memelihara kelangsungan hidupnya.” Lahirnya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan
turunannya berupa rencana tata ruang merupakan upaya penting dalam menertibkan penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia yang diwujudkan
melalui beberapa aspek penting, diantaranya pengendalian pemanfaatan ruang.
15
Wiratni Ahmadi, Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang U.U. no. 26 tahun 2007: dilengkapi permasalahan dalam perencanaan tata ruang perkotaan dan kebijakan tata
ruang di beberapa negara lain. Mandar Maju, 2008, hlm 100
13
Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan secara sistematik melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta sanksi.
Kegiatan penataan ruang terdiri dari 3 tiga kegiatan yang saling terkait, yaitu: perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang, dengan produk rencana tata ruang berupa Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang secara hirarki terdiri dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
RTRWN, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RTRWP, dan Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenKota RTRW Kabkota.
Ketiga rencana tata ruang tersebut harus dapat terangkum di dalam suatu rencana pembangunan sebagai acuan di dalam implementasi perencanaan
pembangunan berkelanjutan di wilayah Indonesia. Sebagai payung hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka Undang-Undang Penataan Ruang ini
diharapkan dapat mewujudkan rencana tata ruang yang dapat mengoptimalisasikan dan memadukan berbagai kegiatan sektor pembangunan, baik dalam pemanfaatan
sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan. Pendekatan top-down dan partisipatif dalam perencanaan pembangunan
yang ada dalam UU No. 252004 terwujud dalam bentuk rangkaian musyawarah perencanaan pembangunan Musrenbang yang dilakukan secara berjenjang dari
mulai tingkat KabupatenKota sampai dengan Nasional. Rangkaian forum ini menjadi bagian dalam menyusun sistem perencanaan dan alokasi anggaran untuk
pelaksanaan kegiatan pembangunan setiap tahun. Secara top down, Pemerintah telah menetapkan rencana kerja pemerintah berikut alokasi anggaran yang
ditetapkan dan akan digunakan dalam membiayai kegiatan pembangunan secara nasional.
14
Secara partisipatif, proses perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholder di pusat dan daerah. Perencanaan pembangunan
adalah suatu proses yang bersifat sistematis, terkoordinir dan berkesinambungan, sangat terkait dengan kegiatan pengalokasian sumberdaya, usaha pencapaian
tujuan dan tindakan- tindakan di masa depan. Segala bentuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya harus diatur di dalam rencana tata ruang seperti yang tercantum di
dalam UU No. 262007, bahwa penataan ruang terbagi atas kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Dengan demikian keterkaitan antara perencanaan pembangunan dan penataan ruang sangat penting dalam rangka optimalisasi sumberdaya alam dan
buatan yang terbatas dan mengurangi resiko bencana yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia.
16
Selanjutnya dalam penjelasan Bab II pasal demi pasal khususnya Pasal 33 ayat 2 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan makna
penyusunan neraca penatagunaan tanah, air, udara dan sumber daya alam lain meliputi aktifitas-aktifitas berikut ini Pertama, Penyajian neraca perubahan
Pola penggunaan tanah perlu disertai pedoman berupa ketentuan penggunaan tanah untuk berbagai kebutuhan pembangunan menurut potensi dan
fungsi tanah, baik fisik maupun ekonomi. Secara keseluruhan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang mengatur aspek-aspek pengaturan penguasaan tanah,
penatagunaan tanah, pengurusan hak-hak atas tanah, serta pengukuran dan pendaftaran tanah.
16
http:www.pusdiklat-geologi.esdm.go.idindex.phpartikelpublikasi-ilmiah73-tata- ruang-dan-pengelolaan-lingkungan-kabupaten-tobasa-sumatera-utara diakses tanggal 20 November
2014 pukul 12.00 Wib
15
penggunaan dan pemanfaatan tanah, sumber daya air, udara dan sumber daya alam lain pada rencana tata ruang wilayah. Kedua, Penyajian neraca kesesuaian
penggunaan dan pemanfaatan tanah, sumber daya air, udara dan sumber daya alam lain pada rencana tata ruang wilayah. Ketiga, Penyajian ketersediaan tanah, sumber
daya air, udara dan sumber daya alam lain dan penetapan prioritas penyediaannya pada rencana tata ruang wilayah.
Sementara Pasal 33 ayat 3 UU No 26 tahun 2007 menyatakan perihal penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan sarana dan
prasarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari
pemegang hak atas tanah. Dalam penjelasan Pasal 33 ayat 3 UU No 26 tahun 2007 menyebutkan juga hak prioritas pertama bagi Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dimaksudkan agar dalam pelaksanaan pembangunan kepentingan umum yang sesuai dengan rencana tata ruang dapat dilaksanakan dengan proses
pengadaan tanah yang mudah. Sesungguhnya Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 mengandung implikasi politik hukum yang membahayakan
hak atas tanah khususunya subjek hak yang lemah aksesnya atas ekonomi, sosial, politik sehingga akan dapat kehilangan hak atas tanah dengan mudah ketika
berhadapan dengan Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang dengan alasan demi penataan ruang untuk pembangunan prasarana dan sarana bagi kepentingan umum
seperti fenomena penggusuran di hampir setiap daerah di Indonesia setidak sepuluh tahun terakhir.
Pelaksanaan penataan wilayah di Indonesia terutama di daerah padat penduduknya saat ini, baik ditinjau dari aspek kepentingan pembangunan maupun
16
untuk kepentingan lingkungan hidup sebenarnya masih belum optimal seperti apa yang diharapkanterkandung dalam Undang-undang Penataan Ruang.
E. Metode Penelitian