87
RTRW Kabupaten Langkat berbentuk rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang sehingga belum memuat secara langsung pemberian
perijinan pembangunan. Oleh karena itu, tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi harus mengacu pada rencana tata ruang yang lebih rinci
dan atau pedoman penataan ruang dan penataan bangunan sesuai dengan penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan
pemanfaatan ruang, namun dengan tetap memperhatikan rencana struktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RTRW Langkat.
3. Perjinan Pemanfaatan Ruang
Perijinan dimaksud sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang. Perijinan harus disesuaikan
dengan tingkat rencana tata ruang yang dipacu, seperti ijin prinsip, ijin perencanaan, IMB, ijin UUGHO, AMDAL, ijin tetap, ijin usaha dan ijin
tempat usaha.
158
D. Peran Pemerintah Kabupaten Langkat Dalam Mengatasi Masalah
Pemanfaatan Penataan Ruang
Wewenang pemerintah daerah KabupatenKota dalam rangka penataan ruang berdasarkan Undang-undang Penataan ruang sebagai berikut:
159
1 Wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam penyelenggaraan
penataan ruang meliputi: a
Pengaturan, pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupatenkota dan kawasan strategis kabupatenkota.
158
Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
159
Pasal 11 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
88
b Pelaksanaan penataan yang wilayah kabupatenkota.
c Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota, dan
d Kerja sama penataan ruang antarkabupatenkota.
2 Wewenang pemerintah daerah kabupatenkota dalam pelaksanaan penataan
ruang wilayah kabupatenkota meliputi: a.
Perencanaan tata ruang wilayah kabupatenkota. b.
Pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota c.
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupatenkota. 3
Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kabupatenkota pemerintah daerah kabupatenkota melaksanakan;
a. penetapan kawasan strategis kabupatenkota;
b. perencanaan tata ruang kawasan strategis kabupatenkota;
c. pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupatenkota; dan
d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupatenkota.
Untuk mengatasi berbagai kendala hambatan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang pemerintah dan pemerintah daerah melakukan berbagai
langkah guna memenuhi presentase pelaksanaan pemanfaatan ruang. Pengendalian pemamfaatan ruang merupakan upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang yang
dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Agar pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah, dapat diberikan insentif danatau disinsentif oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah meliputi : a kegiatan yang dibolehkan, dibolehkan bersyarat, dan tidak boleh; b intensitas pemanfaatan
89
ruang; c prasarana dan sarana minimum yang disediakan; dan d hal-hal khusus berdasarkan karakter wilayah dan zona.
160
Bentuk insentif dan disinsentif dapat berupa fiskal seperti keringananpemotongan pajak atau kenaikan pajak,
pemberianpembebanan prasarana dasar lingkungan, atau kemudahan pembatasan proses perizinan.
161
Perizinan pemanfaatan ruang meliputi izin prinsip, izin lokasi, izin penggunaan tanah, dan izin mendirikan bangunan.
162
Izin penggunaan tanah diberikan berdasarkan rencana tata ruang wilayah kabupaten, rencana detail tata ruang kabupaten, danatau peraturan zonasi sebagai
persetujuan terhadap kegiatan budidaya secara rinci yang akan dikembangkan dalam kawasan.
163
Setiap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan ruang harus mendapatkan izin penggunaan tanah.
164
Izin penggunaan tanah berlaku selama 1 tahun, serta dapat diperpanjang 1 kali berdasarkan permohonan yang
bersangkutan.
165
Izin penggunaan tanah yang tidak diajukan perpanjangannya dinyatakan gugur dengan sendirinya.
166
Untuk memperoleh izin penggunaan tanah permohonan diajukan secara tertulis kepada instansi yang ditentukan dengan
tembusan kepada pemerintah kabupaten.
167
160
Pasal 44 ayat 2 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
161
Pasal 46 ayat 1 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
162
Pasal 47 ayat 3 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
163
Pasal 50 ayat 1 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
164
Pasal 50 ayat 2 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
165
Pasal 50 ayat 3 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
166
Pasal 50 ayat 4 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
167
Pasal 50 ayat 6 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
Permohonan izin penggunaan tanah ditolak apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten, rencana
90
detail tata ruang kabupaten, danatau peraturan zonasi, serta persyaratan yang ditentukan atau lokasi yang dimohon dalam keadaan sengketa.
168
Besarnya retribusi izin penggunaan tanah ditetapkan berdasarkan fungsi lokasi, penggunaan,
ketinggian tarif dasar fungsi, luas penggunaan, dan biaya pengukuran.
169
Pengenaan sanksi dapat berupa sanksi administratif, sanksi perdata, dan sanksi pidana.
170
1. Penyusunan Pendetailan rencana tata ruang wilayah RTRW Strategis
Kabupaten Langkat. Selanjutnya dalam mengatasi beberapa kendala yang ada dalam pelaksanan
pemanfaatan ruang di Kabupaten Langkat terdapat beberapa upaya, antara lain:
2. Melakukan konsultasi publik mengenai rencana tata ruang wilayah RTRW
Kabupaten Langkat. 3.
Pembuatan perencanaan deleniasi kawasan gunung dan pantai. 4.
Penyusunan peta hijau Kabupaten Langkat. 5.
Pembuatan rencana teknik kawasan sempadan sungai. 6.
Aturan-aturan di rencana tata ruang wilayah RTRW yang bersifat makro akan di buat lebih detail.
7. Memberikan somasi kepada pengusaha wisata yang melanggar ketentuan
sempadan pantai.
168
Pasal 50 ayat 8 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
169
Pasal 50 ayat 11 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
170
Pasal 52 ayat 2 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
91
Dalam rangka menyerasikan penatagunaan tanah dengan rencana tata ruang, dilaksanakan upaya yang meliputi:
171
1. Revisi peta kawasan lindung yang telah ada di Badan Pertanahan Nasional
dengan mempergunakan criteria kawasan lindung serta memperhatikan kriteria ketinggian.
2. Menyiapkan konsep rencana penatagunaan tanah, baik di kawasan lindung
maupun kawasan budidaya. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah pemanfaatan penataan ruang
merupakan konsekuensi dari tugas negara untuk menguasai sumber daya alam untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Dalam menjalankan
perannya, pemerintah berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, serta meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para
pengambil keputusan dan masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung dan budidaya. Hal itu dapat dilakukan dengan mengembangkan dan menerapkan
kebijakan yang memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya pengendalian
kawasan lindung, budidaya, penyangga dan kawasan tertentu hingga peraturan daerah, dan keputusan gubernurbupatiwalikota telah banyak disiapkan bersamaan
dengan perangkat pendukungnya. Kebijakan pemerintah Kabupaten Langkat dalam melaksanakan peran
pengendalian kawasan lindung, budidaya, penyangga dan kawasan tertentu dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat No.9 Tahun
2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah untuk mengatur pemanfaatan ruang
171
Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran: Seputar Masalah Hukum Tanah, Penerbit Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 24
92
dan lahan, untuk mengendalikan dampak negatif pemanfaatan ruang dan lahan. Kemudian
Peraturan daerah tersebut ditindaklanjuti oleh pemerintah kabupatenkota dengan menetapkan peraturan terkait pengaturan detail tata ruang
dan prosedur perizinan untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas pembangunan di level kabupatenkota. Walaupun berbagai kebijakan
yang berupaya mengendalikan kawasan lindung, budidaya, penyangga dan kawasan tertentu sudah tersedia, fenomena peningkatan kawasan lindung,
budidaya, penyangga dan kawasan tertentu makin bertambah parah. Hal ini diakibatkan karena tidak ada koordinasi yang sinergis antara pemerintah, swasta,
dan masyarakat, sehingga kerusakan yang terjadi terus bertambah. Peran pemerintah yang direpresentasikan melalui pemerintah daerah dalam
menggali potensi sumber daya alam untuk sebanyak-banyaknya dilakukan demi kemakmuran masyarakat. Selanjutnya rencana operasional pemanfaatan ruang
dapat dijadikan acuan dalam setiap kegiatan pembangunan di kawasan tersebut. Pedoman tersebut dapat digunakan untuk mengoordinasikan, mengintegrasikan,
dan melaksanakan program pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh pemerintah, industriswasta, dan masyarakat secara operasional. Dengan kebijakan
zonasi yang jelas, mekanisme pemanfaatan ruang yang terkait pemberian perizinan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang memiliki kepastian bagi
masyarakat, pemerintah, dan sektor industriswasta . Peran pemerintah dalam menunjang aspek pengendalian kawasan lindung,
budidaya, penyangga dan kawasan tertentu dapat lebih terarah dengan adanya kebijakan zonasi kawasan karena pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang
lebih terukur seperti dalam prosedur perizinan dan pengawasan serta penindakan
93
hukum. Apabila dalam penerapan kebijakan peraturan perundangan, aspek penegakan hukum yang dilaksanakan secara konsisten, degradasi kawasan lindung,
budidaya, penyangga dan kawasan tertentu akan dapat dikurangi sampai batas yang dapat diterima oleh daya dukung RTRW.
Peran pemerintah dalam mengatur pemanfaatan zonasi kawasan sangat menentukan perkembangan kawasan tersebut. Kepatuhan terhadap kebijakan tata
ruang wilayah dalam memanfaatkan potensi sumber daya alam dapat dijadikan ukuran terhadap komitmen pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Peta zonasi pemanfaatan kawasan dapat memudahkan peran pemerintah dalam pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan. Pemanfaatan kawasan sesuai dengan kesepakatan zonasi tersebut akan memberikan implikasi positif terhadap aspek pengendalian kawasan lindung,
budidaya, penyangga dan kawasan tertentu. Hal ini disebabkan penetapan zonasi tersebut telah disepakati oleh para pihak terkait dalam upaya mengidentifikasi
penggunaan-penggunaan yang diperbolehkan atas kepemilikan lahan dan peraturan-peraturan yang berlaku atasnya. Dalam melaksanakan perannya,
pemerintah memiliki kewenangan dalam pengaturan kebijakan pemanfaatan potensi sumber daya yang tersedia yang pada umumnya dikelola oleh kelompok
industri atau bisnis. Pendapatan hasil pemanfaatan potensi sumber daya digunakan kembali untuk sebanyak-banyaknya dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat,
khususnya masyarakat pesisirnelayan yang pada umumnya berada dalam kondisi yang marginal.
Pemerintah Kabupaten Langkat juga harus segera merekrut sumber daya manusia sehingga dapat membantu dalam melakukan peninjauan terhadap
94
penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat. Oleh karena tersedianya tenaga yang dibutuhkan, sehingga
dapat mengatasi masalah yang terjadi dalam bidang penggunaan ruang wilayah di Kabupaten Langkat. Dengan demikian penggunaan ruang wilayah di Kabupaten
Langkat dapat sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat.
BAB V PENUTUP