78
Bakau kelompok masyarakat maupun perorangan yang terjadi untuk areal tambak maupun kebunladang serta sawah.
b. Terjadi tumpang tindih penggunaan lahan akibat hukum dan peraturan
tidak ditaati, diantaranya: -
Kawasan hutan pantai hutan mangrove sekarang sudah berubah menjadi areal pertambakan udang, khususnya di Pantai Timur Laut
Kabupaten Langkat yang meliputi Tanjung Pura Utara, Langkat Timur Laut dan Brandan Barat Laut.
- Daerah sempadan sungai sudah sebagai sebagai permukiman dan
pengambilan bahan galian. c.
Tingkat partisipasi dan pendayagunaan RTRW masih rendah, baik oleh aparat pemerintah maupun masyarakat.
d. Lemahnya penegak hukum, kurangnya ketegasan aparat pemerintah
dalam pengendalian tata ruang. e.
Tingkat pelayanan pusat pengembangan wilayah masih kurang terhadap wilayah penyanggap hinterland.
142
B. Kebijaksanaan dan Pengendalian Pemanfaatan Penataan Ruang di
Kebupaten Langkat
Dasar kebijaksanaan pertanahan adalah Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut dalam UU No 5 tahun 1960 UUPA. Pokok-pokok
kebijakan pertanahan tersebut antara lain adalah pasal 1 ayat 1 UUPA yang menyatakan bahwa “seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari
seluruh rakyat Indonesia, yang berstatus sebagai bangsa Indonesia” dan ayat 2
142
Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
79
yang menyatakan bahwa “seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai
karunia Tuhan YME adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”. Agar pemanfaatannya dapat memberikan sebesar-
besar kemakmuran rakyat maka dalam pasal 2 ayat 1 digariskan bahwa “Bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu
pada tingkatan tertinggi dikuasai negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”. Ayat 3 dan dipertegas oleh pasal 1 ayat 2 UUPA Nomor 5 Tahun 1960.
Pada prosesnya, ternyata kebijakan penataan ruang memperlihatkan aspek-aspek yang memberikan peluang terjadinya alih fungsi lahan pertanian, yakni di tingkat
pelaksana kebijakan dan di tingkat petani sasaran kebijakan. Penyelenggaraan penataan ruang di tingkat pelaksana mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian terhadap aturan tata ruang yang telah ditetapkan. Kebijakan agraria diharapkan bisa memberi jawaban mengenai siapa yang
akan menguasai tanah dan seberapa besar, kemudian bagaimana tanah diadministrasikan, dan yang tidak kalah penting adalah untuk tujuan apa. Ada tiga
komponen yang harus dianalisis dalam pengembangan kebijakan pertanahan sebagaimana telah disebutkan di atas, yaitu komponen penguasaan tanah,
komponen administrasi pertanahan, dan komponen penggunaan tanah. Komponen kebijakan penguasaan tanah merumuskan bagaimana tanah
dikategorikan berdasarkan siapa yang berhak menguasai tanah tersebut. Kategori umum yang sering dipakai adalah tanah negara dan bukan tanah negara yakni
tanah individu atau komunal. Berdasarkan kategorisasi penguasaan tanah tersebut kemudian ditentukan jenis hak atas tanah atas penguasaan tersebut. Seberapa luas
80
tanah yang dapat dikuasai dan bagaimana distribusi penguasaan tanah menjadi domain dari kebijakan penguasaan tanah. Komponen kebijakan administrasi
pertanahan akan merumuskan bagaimana penguasaan tanah dicatat berdasarkan jenis hak atau status kepemilikan tanah tersebut misal hak milik atau hak pakai,
dsb.
143
Kebijaksaan dasar pengembangan ditetapkan sebagai berikut:
144
1. Kebijaksanaan fisik
a. Tata Ruang
Kebijaksanaan tata ruang Kabupaten Langkat meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu:
- Meneruskan kebijaksanaan tata ruang lama, yaitu pembagian fungsi
utama kawasan menjadi kawasan lindung dan budidaya. -
Pengembangan tata ruang Kabupaten Langkat berdasarkan atas tata ruang yang lama dengan memperhatikan perkembangan keruangan
aktual. -
Mengarahkan pembangunan pusat-pusat permukiman berdasarkan tata ruang RTRW lama yaitu ke Kota Kuala, Tanjung Pura dan Pangkalan
Susu. b.
Kawasan Lindung Kebijaksanaan dalam pengembangan kawasan lindung adalah:
- Memantapkan fungsi kawasan lindung berdasarkan hasil analisis fisik
wilayah yang terdapat di Kecamatan : Baharok, Salapian, Sei Bingei
143
http:ferdyanjahja.blogspot.com2011_01_01_archive.html, diakses tanggal 16 Februari 2015 pukul 11.00 Wib
144
Op.Cit, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat 2013-2033, Laporan Akhir 2013
81
Batang Serangan, Sawit Seberang, Secanggang, Tangjung Pura, Gebong, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang dan Pangkalan Susu.
- Relokasi pemukiman dan kegiatan budidaya lainnya di kawasan
lindung. -
Memantapkan kawasan penyangga sehingga berfungsi untuk mengamankan kawasan lindung dan kawasan bawahannya.
- Pemantapan kawasan lindung menjadi prioritas utama, mengingat
banjir yang melanda wilayah hilir Kabupaten Langkat mengakibatkan kerugian materi dalam jumlah yang besar.
2. Kebijaksanaan kawasan budidaya
Kebijaksanaan kawasan budidaya adalah:
145
- Peningkatan pengelolaan kawasan hutan sebagai suatu kekayaan alam
sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan tetap menjaga fungsi dan kemampuannya dalam melestarikan lingkungan
hidup. -
Peningkatan produksi tanaman pangan untuk mempertahankan memantapkan swasembada pangan di Kecamatan Babalan, Sei Bingei,
Secanggang dan Tanjung Pura. -
Pengembangan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi dan peningkatan
kontribusi terhadap pembangunan sehingga dapat mengatasi berbagai masalah ekonomi, sosial, tenaga kerja, pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan.
145
Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
82
- Peningkatan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
gizi Kabupaten Langkat serta meningkatkan ekspor melalui usaha budidaya perikanan air asinpayau di daerah pesisir Pantai Timur Kabupaten Langkat
dan bududaya perikanan air tawar. -
Peningkatan produksi ternak yang berorientasi pada peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan
peternakan, efisiensi usaha dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta ekspor ternak pada setiap kecamatan.
3. Kebijaksanaan sosial
Kebijaksanaan dibidang social Kabupaten Langkat bagi tercapainya kesejahteraan penduduk adalah:
146
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, melalui pelatihan-pelatihan
dan penyuluhan oleh pemerintah dan instansi terkait -
Penambahan fasilitas-fasilitas sosial pendidikan dan kesehatan di daerahkecamatan yang masih yang kekurangan fasilitas.
4. Kebijaksanaan ekonomi
Kebijaksanaan ekonom bagi pengembangan Kabupaten Langkat meliputi: -
Pengembangan peluang di bidang investasi seperti agrobisnis dan pariwisata.
- Pengembangan industry yang berbasis pada pengolahan hasil pertanian.
- Pengembangan keterkaitan industry pertanian mulai dari hulu produksi,
distribusi dan pengolahan hilir.
146
Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
83
- Pengembangan kepariwisataan secara menyeluruh dan terpadu baik obyek
wisata sejarah, budidaya alam dan bahari. -
Pengembangan industry agro baik perkebunan dan perikanan secara selektif dalam pengertian berorientasi pada pembangunan yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Kecamatan Stabat, Padang Tualang, Gebong, Selapian dan Kecamatan Besitang.
- Memberikan kemudahan perijinan bagi usaha galian.
147
5. Kebijaksanaan transportasi
Untuk mendukung pergerakan kegiatan usaha Kabupaten Langkat diambil kebijaksanaan sebagai berikut:
148
- Pengembangan pelayanan angkutan kereta api penumpang tidak hanya
mencapai Kota Binjai, namun dikembangkan menjadi Medan-Binjai- Stabat.
- Peningkatan pelayanan kereta api barang dan jaringan kereta api menuju
Kabupaten Langkat. -
Peningkatan pembangunan jalan yang rusak berat yang meliputi Kecaamatan Salapian, Sei Bingei, Stabat, Wampu, Batang Serangan,
Padang Tualang, Hinai, Secanggang dan Besitang. -
Meningkatkan fungsi pelabuhan Pangkalan Susu sebagai pelabuhan pengumpan lokal dan pengembangan pelabuhan perikanan di kawasan
pantai Langkat sesuai dengan arahan tata ruang RTRW Sumatera Utara. Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan
zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
149
147
Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
148
Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
84
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang disusun untuk mewujudkan tertib tata ruang dan agar pelaksanaan pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRWK.
150
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah meliputi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif; dan
arahan pengenaan sanksi.
151
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.
152
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
153
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan danatau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi
hukum.
154
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
155
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.
156
Pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan hukum dan ketentuan perundang-undangan, sehingga dalam
pelaksanaannya dibutuhkan adanya institusi dan instrumen pengendalian. Di
149
Pasal 35 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
150
Pasal 43 ayat 1 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
151
Pasal 43 ayat 2 Peraturan Daerah No.9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Langkat
152
Pasal 36 ayat 2 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
153
Pasal 37 ayat 2 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
154
Pasal 37 ayat 3 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
155
Pasal 37 ayat 4 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
156
Pasal 37 ayat 7 Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
85
wilayah kabupaten penyelenggaraan pengendalian pemanfaatan ruang selain melalui kegiatan pengawasan dan penertiban juga meliputi mekanisme
perijinan.
157
1. Pengawasan
Kegiatan pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan, pemanfaatan dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan
sebagai upaya menjaga tercapainya kesesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten Langkat.
a. Pelaporan
Bentuk laporan dalan pengawasan adalah berupa pemberian informasi mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai dan tidak sesuai dengan
fungsi yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Langkat. Hasil laporan masyarakat harus dikoordinasikan oleh pemerintah Kabupaten
Langkat agar tercapai pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif. Koordinasi antar lembaga terkait perlu ditingkatkan dan dilaksanakan
secara rutin. b.
Pemantauan Bentuk pemantauan adalah usaha atau perbuatan mengamati,
mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten
Langkat. Usaha pemantauan yang dilakukan merupakan tindak lanjut dari laporan yang berasal dari stake holder pembangunan. Kegiatan
mengamati, mengawasi, dan memeriksa perubahan kualitas tata ruang
157
Op.Cit, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat
86
dan lingkungan merupakan kewajiban pemerintah Kabupaten Langkat. Pada tahap ini masyarakat juga berperan serta dalam melakukan
pemantauan tata ruang, yang kemudian secara bersama-sama dengan perangkat pemerintah Kabupaten Langkat ditindaklanjuti dengan
proses dan prosedur yang berlaku. c.
Evaluasi Evaluasi dimaksudkan sebagai usaha untuk menilai kemajuan kegiatan
pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dan setiap akhir tahun yang
digambarkan melalui gambaran kondisi tata ruang. Evaluasi merupakan fungsi dan tugas rutin perangkat pemerintah Kabupaten
Langkat dengan masukan dan bantuan aktif dari stake holder pembangunan. Kegiatan utama dalam evaluasi adalah membandingkan
dan menilai antara temuan hasil pemantauan lapangan dengan RTRW Kabupaten Langkat.
2. Penertiban
Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rancana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk sanksi yang dikenakan adalah sanksi administrasi, sanksi perdata dan sanksi pidana.
Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan ketentuan tentang sanksi baik pelanggaran maupun kejahatan yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
87
RTRW Kabupaten Langkat berbentuk rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang sehingga belum memuat secara langsung pemberian
perijinan pembangunan. Oleh karena itu, tindakan penertiban dengan pengenaan sanksi harus mengacu pada rencana tata ruang yang lebih rinci
dan atau pedoman penataan ruang dan penataan bangunan sesuai dengan penggunaannya sebagai acuan operasional pelayanan perijinan
pemanfaatan ruang, namun dengan tetap memperhatikan rencana struktur dan arahan yang ditetapkan di dalam RTRW Langkat.
3. Perjinan Pemanfaatan Ruang
Perijinan dimaksud sebagai konfirmasi atas pemanfaatan ruang dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang. Perijinan harus disesuaikan
dengan tingkat rencana tata ruang yang dipacu, seperti ijin prinsip, ijin perencanaan, IMB, ijin UUGHO, AMDAL, ijin tetap, ijin usaha dan ijin
tempat usaha.
158
D. Peran Pemerintah Kabupaten Langkat Dalam Mengatasi Masalah