Pemanfaatan Penataan Ruang Kabupaten Langkat

39

BAB III PELAKSANAAN PEMANFAATAN PENATAAN RUANG

DI KABUPATEN LANGKAT

A. Pemanfaatan Penataan Ruang Kabupaten Langkat

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Program pemanfaatan ruang disusun berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh masing-masing pemangku kepentingan sesuai dengan kewenangannya. Dalam penyusunan dan pelaksanaan program masing-masing pemangku kepentingan tetap harus melakukan koordinasi dan sinkronisasi untuk menciptakan sinergi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang. 78 78 Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta, 2010, hlm 31 40 Program pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berupa program pembangunan sektoral danatau program pengembangan wilayahkawasan. 79 Program pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dituangkan dalam rencana pembangunan jangka panjang daerah kabupaten, rencana pembangunan jangka menengah kabupaten, dan rencana kerja tahunan pemerintah kabupaten. 80 Program pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dapat berupa: a program pembangunan sektoral wilayah kabupaten, b program pengembangan wilayah kabupaten, c program pengembangan kawasan perkotaan, d program pengembangan kawasan perdesaan; danatau, e program pengembangan kawasan dan lingkungan strategis yang merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. 81 Salah satu tujuan penataan ruang adalah tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negative terhadap lingkungan. Hal ini berarti dalam penggunaan tanah yang yelah diambil alih diperoleh hak atas tanahnya harus mengacu pada tujuan penataan ruang yang telah ditentukan. Di samping itu, setiap orang berhak untuk memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang dan berkewajiban untuk menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. 82 79 Pasal 113 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 80 Pasal 113 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 81 Pasal 115 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 82 Adrian Sutedi, Implementasi prinsip Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah untuk Pembangunan, Cetakan kedua, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 228 39 41 Pemanfaatan RTRW tidak bisa dilepaskan dengan pemanfaatan permukaan guna lahan, karena pada umumya pemanfaatan ruang yang terjadi adalah pemanfaatan daratan atau permukaan tanahlahan. Oleh karena itu pengendalian pemanfaatan ruang bisa dikatakan identik dengan pengendalian pemanfaatan lahan atau pengendalian alih fungsi lahan itu sendiri. Pengendalian dan pengawasan pengembangan tanahlahan adalah suatu upaya untuk dapat secara kontinyu dan konsisten mengarahkan pemanfaatan, penggunaan dan pengembangan tanah secara terarah, efisien dan efektif sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. 83 Sebagaimana disampaikan pada bagian sebelumnya, penataan ruang terdiri atas perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.Tahap perencanaan tata ruang, berdasarkan pengetian dalam Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang, perencnaan tata ruang Pemanfaatan ruang pada dasarnya merupakan realisasi dari Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang telah disusun. Namun demikian, kompleksitas permasalahan dalam proses perkembangan wilayah dapat mengakibatkan terjadinya pemanfaatan ruang yang menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW. Kesesuaian dalam pemanfaatan ruang terlihat dari kesesuaian antara aktifitas penggunaan ruang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW. Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW bertujuan untuk mengetahui apakah pemanfaatan ruang yang telah dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW yang telah disusun sebagai dasarpedoman pelaksanaan pemanfaatan ruang. 83 Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Penerbit ITB Bandung, Bandung, 1986, hlm. 149. 42 merupakan proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang mencakup proses penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. Rencana tata ruang berisi rencana struktur ruang dan rencana pola pemanfaatan ruang. Indikasi adanya deviasi antara RTRW Kabupaten Langkat dengan kondisi eksisting secara umum dapat dilihat dari komponen rencana tata ruang wilayah yang meliputi tinjauan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yaitu: 84 1. Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Dalam RTRW Kabupaten Langkat luas kawasan lindung Kabupaten Langkat adalah 233.231,15 Ha. Arahan lokasi kawasan lindung menyebar di 8 delapan Kecamatan meliputi Kecamatan Bahorok 66.179,80 Ha, Selapian 15.890,63 Ha, Sei Bingei 8.218,23 Ha, Padang Tualang 65.753,11 Ha, Secanggang 5.314,59 Ha, Tanjung Pura 4.205,41 Ha, Sei Lepan 29.522,44 Ha, dan Besitang 42.352,35 Ha. Dikawasan lindung telah terjadi perambahan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan di lima kecamatan yaitu Kecamatan Bahorok 8.375,49 Ha, Batang Serangan 17.839,31 Ha, Besitang 26.217,61 Ha, Selapian 3.495,74 Ha, Sei Bingei 2.440,29 Ha, Secanggang dan Tanjung Pura 1.381 Ha, dengan luas total 59.749,45 Ha atu 25,62 dari luas kawasan lindung. 85 84 Laporan Akhir RTRW Kabupaten Langkat Tahun 2013, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat, 2012. 85 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 43 Adanya perambahan hutan yang merubah fungsi hutan dari kawasan lindung menjadi kawasan budidaya permukiman, perikanantambak, perkebunan dan pertanian tanaman pangan, bahkan mejadi lahan kritis, telah menimbulkan dampak negatif dengan adanya banjir yang melanda Kabupaten Langkat khususnya daerah hilir bencana banjir tersebut kemungkinan diakibatkan oleh dua faktor utama, yakni rendahnya tingkat peresepan air di kawasan resepan danatau tidak mencukupinya saluran air dan drainase di wilayah hilir. Dalam kaitannya dengan tata ruang, rendahnya volume dan kualitas vegetasi di kawasan hulu terutama kawasan lindung menjadi faktor terpenting yang mengakibatkan bencana banjir. Kondisi tersebut menunjukkan adanya penyimpangan dalam pemanfaatan ruang yang telah direncanakan dalam RTRW Kabupaten Langkat. 86 2. Kawasan Budidaya Tinjauan kawasan budidaya meliputi kawasan budidaya hutan, kawasan budidaya pertanian dan pengembangan pariwisata. a. Budidaya hutan Kawasan budidaya hutan terdiri dari kawasan hutan produksi tetap HPT dan hutan produksi konversi HPK. Dalam RTRW Kabupaten Langkat luas kawasan hutan produksi tetap Kabupaten Langkat adalah seluas 48.511,41 Ha. Luas kawasan budidaya hutan di Kabupaten Langkat adalah 74.338,95 Ha yang terddiri dari hutan produksi tetap HPT dengan luas 65.851,45 Ha dan hutan produksi HP 10.487,50 Ha. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa luas kawasan budidaya hutaan 86 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 44 mengalami penambahan seluas 15.340,04 Ha dari rencana RTRW Kabupaten Langkat. Penambahan luas kawasan ini disebabkan adanya selisih tata ruang Provinsi Sumatera Utara dengan Kabupaten Langkat dalam batas poduserasi. 87 b. Budidaya Pertanian Budidaya pertanian dibagi tiga sub sektor, meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan dan perikanan. Kawasan tanaman pangan sawah pada RTRW Kabupaten Langkat meliputi seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Salapian, Kuala dan Besitang dengan luas total 48.017,52 Ha. Kawasan pertanian tanaman pangan sawah meliputi seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Sawit Seberang, dengan luas lahan 49.337 Ha yang terdiri dari sawah irigasi teknis 3.803 Ha, irigasi setengah teknis 4.625 Ha, irigasi sederhana PU 1.104 Ha dan sawah tadah hujan 39.896 Ha. Lokasi tanaman perkebunan menurut RTRW Kabupaten Langkat menyebar diseluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Tanjung Pura, dengan luas total 106.000 Ha. Luar terbesar berada di Kecamatan Padang Tualang 49.591,81 Ha dan Bahorok 15.948,12 Ha dan kondisi eksisting lokasi perkebunan Kabupaten Langkat mencakup seluruh wilayah kecamatan dengan luas total 185.475,80 Ha. Budidaya perikanan Kabupaten Langkat menurut RTRW, luas perikanan tambak yang direncanakan adalah sebesar 2.632,40 Ha yang meliputi Kecamatan Secanggang 2.059,06 Ha dan Kecamatan Gebang 573,34 Ha. Luas areal pertambakan di Kabupaten Langkat adalah 7.169,21 Ha menyebar di 87 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 45 Kecamatan Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Besitang, Brandan Barat, Sei Lepan dan Pangkalan Susu. 88 c. Pengembangan Pariwisata Menurut RTRW Kabupaten Langkat pengembangan aspek pariwisata diarahkan pada pengamanan dan pelestarian, peningkatan mutu dan pelayanan dan fasilitas penunjang serta pemantapan peran kawasan wisata. Pariwisata yang berkembang diantaranya Rehabilitas Mawas di Bukit Lawang, Hutan Wisata Gunung Leuser, Mesjid Azizi, Pemandian air panas, gua dan air terjun, pemandian alamsungai dan wisata bahari. Perkembangan kawasan wisata Kabupaten Langkat yang memiliki potensi tinggi hanya kawasan Bahorok dengan alokasi luas penggunaan lahan seluar ± 51.900 Ha. 89 d. Pengembangan sektor PertambanganPenggalian Pengembangan sektor pertambangan dan bahan galian perlu perlakuan yang sangat hati-hati, terutama berkaitan dengan aspek lingkungan. Jenis bahan tambang di Kabupaten Langkat diantaranya minyak bumi yang dijumpai di Kecamatan Babalan, Pangkalan Susu dan Sawit Seberang, Faspat di Kecamatan Bahorok, Pasir Kuarsa di Kecamatan Pangkalan Susu, Batu bara material di Kecamatan Bahorok dan Batang Serangan, dan Kuala, Batu Gamping di Kecamatan Bahorok dan Salpian. Potensi pertambangan yang telah dijumpai menurut RTRW belum ditindaklanjuti. 90 88 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 89 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 90 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 46 e. Pengembangan Industri Pengembangan industri di Kabupaten Langkat menurut RTRWK dialokasikan di Kecamatan Gebang, Stabat dan Selesai dengan luas lahan 600 Ha. Jenis industri yang diarahkan meliputi industri agribisnis industri pengolahan hasil perkebunan terutama kelapa sawit dan karet dan industri kecil industri makanan dan minuman serta industri bahan bangunan. Kecamatan Stabat, Gebang dan Selesai akan dikembangkan menjadi kawasan industri dengan pembuangan limbahnya ke Sei Wampu dan Gebang. 91 3. Sistem Kota-kota Suatu pusat wilayah dicirikan oleh tingkat kelengkapan fasilitas pelayanan seperti fasilitas sosial ekonomi dan fasilitas produksi. Mekanismenya sendiri akan banyak tergantung pada tingkat kemudahan pencapaian. Baik dalam rangka pelayanan ke wilayah belakang maupun interaksi antar pusat-pusat tersebut. Pusat pelayanan biasanya memiliki ciri utama sebagai pengelompokkan penduduk. Hal ini disebabkan fungsinya sebagai pusat kegiatan perekonomian dan pusat pelayanan administrasi. Untuk menentukan hirarti kota-kota di Kabupaten Langkat terdapat beberapa faktor penunjang yaitu jumlah dan kepadatan penduduk, panjan jalan, kelengkapan fasilitas sosial dan kelengkapan fasilitas ekonomi. 92 4. Transportasi 91 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 92 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 47 Transportasi yang ada di Kabupaten Langkat selain transportasi darat terdapat juga transportasi sungai, laut dan kereta api. Untuk pelayanan kereta api masih melayani angkutan barang, terutama pergerakan barang dari kota Medan ke Kabupaten Langkat. Dikabupaten Langkat banyak terdapat sungai yang dapat dilalui kapal motor kecil. Bila dilihat dari status pengelolaan jalan di Kabupaten Langkat terdiri dan jalan Nasional, jalan Propinsi dan jalan Kabupaten. Perbandingan panjang jalan antara RTRW dengan kondisi eksisting mengalami perubahan. 93 5. Kependudukan Berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk menurut RTRW, jumlah penduduk Kabupaten Langkat tahun 2013 adalah 947.068 jiwa dengan kepadatan penduduk bruto 142 Km 2 dan kepadatan penduduk Netto 246 Km 2 . Jumlah penduduk Kabupaten Langkat antara RTRW dengan kondisi eksisting mengalami penyimpangan sebesar 3.29 30.168 jiwa. 94 Dalam arti yang lebih sempit pembangunan didefinisikan sebagai pekerjaan-pekerjaan konstruksi, yang berhubungan dengan perubahan penggunaan Pemanfaatan tanah merupakan unsur dari hak atas tanah, yang\ dimaksud dengan hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya. Perkataan mempergunakan mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu dipergunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan, sedangkan perkataan mengambil manfaat mengandung pengertian bahwa hak atas tanah itu dipergunakan untuk kepentingan bukan untuk mendirikan bangunan. 93 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 94 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 48 tanah atau dengan bangunan diatasnya yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta, dalam bentuk terorganisir maupun tidak. Dalam berinteraksi pembangunan dan tata ruang, mempunyai beberapa masalah. Asumsi yang harus selalu ada bahkan menjadi dasar dari perencanaan pembangunan.Asumsi-asumsi perencanaan Planning Assumption merupakan bagian dari kerangka logis untuk pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan yang menyangkut hubungan-hubungan berbagai fungsi dan kegiatan dalam ruang dan waktu tertentu. 95 Adapun alokasi pemanfaatan RTRW Kabupaten Langkat adalah kawasan lindung mempunyai luas 266.185 Ha, kawasan budidaya mempunyai luas 343.678 Ha, kawasan penyangga di Kabupaten Langkat adalah kawasan hutan yang terletak diluar dan berbatasan langsung dengan TNGL dan kawasan tertentu. Kawasan lindung di Kabupaten Langkat terdiri dari: Sesuai dengan jenjang dan skala RTRW yang ada, pada dasarnya dapat ditegaskan bahwa RTRW yanga dapat dijadikan sebagai acuan untuk menerbitkan suatu ijin dalam pemanfaatan ruang adalah RTRW di tingkat Kecamatan dan atau RTRW kawasan fungsional beserta jenjang berikutnya yang lebih rinci dengan skala yang besar. 96 1. Kawasan yang secara fisik wilayah memiliki karakteristik yang layak untuk dikategorikan kawasan lindung berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku 2. Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL 3. Kawasan Pantai berhutan bakau 95 Robinson Tarigan. Perencanaan Pembangunan Wilayah.Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm 24 96 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 49 4. Kawasan perlindungan setempat Adapun kawasan budidaya di Kabupaten Langkat terdiri dari: 97 1. Kawasan hutan produksi terbatas dan hutan produksi tanaman mangrove 2. Kawasan pertanian 3. Kawasan peruntukan industri 4. Kawasan pariwisata 5. Kawasan permukiman 6. Kawasan lainnya Sedangkan kawasan penyangga merupakan kawasan hutan yang terletak diluar dan berbatasa dengan TNGL terdapat di Kecamaatan Besitang, Sei Lepan, Batang Serangan, Sawit Seberang, Bahorok, Salapian dan Sei Bingei dengan luas 16.466 Ha. Kemudian kawasan tertentu di Kabupaten Langkat adalah kawasan Ekosistem Leuser KEL. Kawasan tertentu terdapat di Kecamatan Sei Bingei, Selapian, Bahorok, Batang Serangan, Sawit Seberang, Sei Lepan, Wampu, Hinai, Pematang Jaya dan Besitang. Pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser KEL diselenggarakan dengan memperhatikan tujuan pelestarian dan pemulihan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 98 a mewujudkan struktur ruang dan pola ruang yang direncanakan untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat secara berkualitas; dan Pelaksanaan pemanfaatan RTRW diselenggarakan untuk: 97 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 98 Ibid, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Langkat 50 b mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan dilaksanakan secara terpadu. 99 Pelaksanaan pemanfaatan ruang merupakan pelaksanaan pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, harus mengacu pada rencana tata ruang. 100 Pelaksanaan pemanfaatan ruang dilakukan melalui: a penyusunan dan sinkronisasi program pemanfaatan ruang; b pembiayaan program pemanfaatan ruang; dan c pelaksanaan program pemanfaatan ruang. 101 Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 102 Rencana tata ruang berisi rencana struktur ruang dan rencana pola pemanfaatan ruang. Rencana struktur ruang adalah arahan pengembangan elemen-elemen pembentuk struktur ruang yang terdiri dari sistem pusat-pusat permukiman, sistem jaringan transportasi darat, laut, udara, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan prasarana sumber daya air yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat. Adapun rencana pola pemanfaatan ruang berisi arahan distribusi peruntukan ruang untuk berbagai kegiatan baik peruntukan ruang untuk fungsi lindung maupun fungsi budidaya. 103 99 Pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 100 Pasal 94 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 101 Pasal 94 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 102 Rinaldi Mirsa. Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2011, hlm 15 103 Rahardjo Adisasmita.Op.Cit, hlm 33 51 Dalam pemanfaatan ruang dilakukan: a perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang; b perumusan program sektoral dan kewilayahan dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang; dan c pelaksanaan pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah sesuai dengan program pemanfaatan ruang. 104 Dalam pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang ditetapkan kawasan budi daya yang dikendalikan dan didorong pembangunannya. 105 Program pemanfaatan ruang merupakan program yang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang meliputi; a program penataan ruang, b program pengembangan wilayah, c program pengembangan perkotaan, termasuk pengendalian kota besar dan metropolitan, d program pengembangan perdesaan, e program pengembangan kawasan dan lingkungan, f program pembangunan sektoral dan g program lainnya yang dibutuhkan dalam mewujudkan rencana tata ruang. 106 Pelaksanaan program pemanfaatan ruang merupakan kegiatan pelaksanaan rencana pembangunan. 107 Pelaksanaan program pemanfaatan ruang harus memperhatikan; a standar kualitas lingkungan, b aspek kelayakan ekonomi dan financial, d aspek kelayakan teknis; dan e standar pelayanan minimal. 108 104 Pasal 95 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 105 Pasal 95 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 106 Pasal 97 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 107 Pasal 98 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 108 Pasal 98 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Dalam pelaksanaan program sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat disusun rencana induk masing-masing sektor sebagai acuan pelaksanaan pembangunan 52 fisik. 109 Pelaksanaan pembangunan fisik dilakukan secara terpadu, yang lokasinya harus mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. 110 Pelaksanaan program pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. 111 Tahap pertama yang dilakukan adalah penetapan kawasan lindung. Selanjutnya pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan yang akan ditampung, kesesuaian lahan dan potensi lahan. Dalam rangka pemanfaatan ruang, para pemangku kepentingan termasuk masyarakat dan dunia usaha dituntut untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi yang mencakup jenis dan besaran program, lokasi pembangunan, serta pembagian peran dan tanggung jawab termasuk pembagiansharing pembiayaan. Dalam pembangunan infrastruktur jalan misalnya, perlu dikoordinasikan dengan sektor- sektor yang akan memanfaatkan jalan, sehingga jaringan jalan yang dibangun dapat memberikan manfaat yang jauh lebih besar daripada sekedar menghubungkan dua titik. Arahan pemnafaatan ruang bagi Kabupaten Langkat didasari atas prinsip pemanfaatan sumberdaya alam berdasarkan kelestarian lingkungan menuju pembangunan yang berkelanjutan. Arahan ini diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan, perkembangan dan pemerataan antara bagian wilayah Kabupaten Langkat secara proporsional tanpa menganggu kelestarian lingkungan. 109 Pasal 98 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 110 Pasal 98 ayat 4 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 111 Pasal 99 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 53 Secara umum kegiatan terbentuk menurut 3 tiga bentuk satuan ruang yaitu kawasan perkotaan, kawasan perdesaan dan kawasan tertentu. Arahan pemanfaatan ruang wilayah terdiri dari indikasi program utama jangka menengah lima tahunan, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan. 112 Indikasi pelaksana kegiatan terdiri dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, swasta dan masyarakat. 113 Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang disusun untuk mewujudkan tertib tata ruang dan agar pelaksanaan pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRWK. 114

B. Pelaksanaan RTRW di Kabupaten Langkat