D. Masyarakat Kota
1. Pengertian Masyarakat Kota
Beberapa ahli sosiologi mengatakan masyarakat memiliki banyak arti, tergantung dari mana melihat sudut pandangnya
52
. Ada yang memandang masyarakat dari sudut kebudayaan dengan alasan bahwa unsur kebudayaan
merupakan unsur terpenting dari masyarakat, ada yang memandang masyarakat sebagai kelompok-kelompok karena berkelompok adalah unsur yang menentukan
kehidupan masyarakat. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi,
53
masyarakat berasal dari kata Latin Socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata bahasa Arab Syaraka, yang berarti ikut serta.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat bisa disebut juga sebagai suatu perwujudan kehidupan bersama
manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan
manusia berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Kota merupakan suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen,
dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Kota bisa dibilang
52
Dr. Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam, Ciputat: Lembaga Sosiologi Agama, 2008 hal. 126
53
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta, Aksara Baru, 1989 hal. 146
sebagai tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang
sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berpendapat bahwa masyarakat kota adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah atau daerah yang cukup
besar, padat dan permanen serta sebagian besar individu mempunyai ciri-ciri mendasar yang sama.
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri yang berbeda dengan
masyarakat perdesaan. Antara warga masyarakat pedesaaan dan masyarakat perkotaan terdapat perbedaan dalam perhatian, khususnya terhadap keperluan
hidup. Di desa yang di utamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan utama kehidupan, hubungan-hubungan untuk memperhatikan fungsi pakaian,
makanan, rumah, dan sebagainya. Lain dengan orang kota yang mempunyai pandangan berbeda. Orang kota sudah memandang penggunaan kebutuhan hidup,
sehubungan dengan pandangan masyarakat sekitarnya..Selain itu ada beberapa ciri lagi yang menonjol pada masyarakat kota yang dikemukakan oleh Soerjono
Soekanto, antara lain:
54
Pertama, kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa. Penulis memahami bahwa kurangnya kehidupan
54
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, cet ke-38, hal. 129
keagamaan di masyarakat kota disebabkan karena pola pikir yang rasional dan didasari pada perhitungan eksak yang berhubungan dengan realita masyarakat.
Memang di kota-kota, orang juga beragama, tapi pada umumnya hanya tampak pada tempat-tempat ibadah saja. Di luar itu kehidupan masyarakat kota berada
dalam lingkungan ekonomi, perdagangan dan sebagainya sehingga terkesan hanya ke arah keduniawian.
Kedua, Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain, yang penting di sini adalah manusia perseorangan
atau individu. Berdasarkan pemahaman penulis, karena di kota kehidupan keluarga sering sukar disatukan karena perbedaan kepentingan, politik, agama,
dan lain-lain. Meskipun kebebasan itu nyata diberikan kepada individu, namun individu tersebut tidak dapat memberikan kebebasan yang sebenarnya kepada
yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena kurang berani untuk seorang diri menghadapi orang laing dengan latar belakang yang berbeda, pendidikan yang
berbeda serta kepentingan yang berbeda. Selanjutnya, Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya
batas-batas nyata. Di kota tinggal orang-orang dengan aneka warna latar belakang sosial dan pendidikan yang menyebabkan individu memperdalami suatu bidang
kehidupan khusus. Ini melahirkan suatu gejala bahwa warga kota tidak mungkin hidup sendirian secara individualistis. Penulis menganggap dengan banyaknya
individu di kota yang terdiri dari berbagai macam latar belakang yang berbeda, maka pasti akan dihadapi persoalan-persoalan hidup yang berada di luar
jangkauan kemampuan sendiri dan gejala demikian menimbulkan kelompok-
kelompok kecil yang diberdasarkan profesi, kedudukan sosial dan lain-lain. Yang membentuk batasan-batasan di dalam pergaulan hidup.
Ciri-ciri masyarakat kota yang menonjol keempat adalah, kemungkinan- kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh oleh
warga kota daripada warga desa, karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut diatas. Penulis memahami peluang terbesar untuk mendapatkan pekerjaan
kemungkinan lebih banyak diperoleh masyarakat kota, hal itu terjadi karena terbentuknya batasan-batasan pergaulan hidup yang disebutkan pada point
sebelumnya. Lalu yang kelima, jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
Berikutnya, jalan kehidupan yang cepat di kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. Ciri yang menonjol terakhir, perubahan-perubahan sosial tampak dengan
nyata di kota-kota, karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan
muda, oleh karena golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih senang mengikuti pola-pola baru dalam kehidupan.