Respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham

(1)

RESPON MAHASISWA

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ ARIFIN ILHAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh : FAHRIZAL NIM : 109051000193

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H


(2)

KOMUNIKASI

DAN PENYIARAN

ISLAM

TERHADAP

METODE DAKWAH USTADZARIF,IN

ILHAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh :

FAHRIZAL

NIM:

109051000193

Pembimbing:

L-Dr. Sunandar,IVIA

NIP: 1962 0626 1994 031 002

PROGRAM STUDI

KOMUNIKASI

DAN PENYIARAN

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

DAKWAH DAN

ILMU

KOMUNIKASI

TINIVERSITAS

ISLAM NE'

GERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

SKTiPSi YANg bCTJUdUI ..RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN

ISLAM

TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ

ARIFIN

ILHAM''

tEIAh diUJiKAN

dalam sidang Munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, padatanggal 25 Februari2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.l.) pada .Iurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

J akarta, 25 Februari 201 4

Sidang Munaqasyah Ketua Sidang

n"

Drs. Jumroni" M.Si NIP: I 9630515199203 1006

Penguji I

NIP: 1 97 1 0 5201999032002

Anggota

Pembimbing

NIP: I 97 08161997 032002

Penguji 2

WatiNilamsari. M.Si nuns Khairivah

NIP: 1 972012520070120 I 8

unandar


(4)

i FAHRIZAL

109051000193

RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM TERHADAP METODE DAKWAH USTADZ ARIFIN ILHAM

Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapan pun dan dimana pun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan, melainkan harus dengan metode. Karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pikiran dan pendirian. Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah.

Ustadz Arifin Ilham merupakan salah satu da’i yang populer di masyarakat. Salah satu faktor yang menarik ratusan hingga ribuan jamaah karena beliau dalam berdakwah bertutur kata baik, lembut dan banyak memberi nasehat-nasehat kepada jamaahnya. Ciri-ciri dakwah tersebut termasuk dalam bentuk metode dakwah mauidzah al hasanah. Dalam surat an-Nahl ayat 125, metode dakwah terdapat tiga bentuk, yaitu bi al hikmah, mau’idzoh hasanah, dan

mujadalah.

Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu, bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR yaitu kepanjangan dari Stimulus-Organism-Respon menerangkan bahwa efek yang muncul tergantung diterima atau ditolak. Komunikasi sendiri berlangsung jika ada perhatian dari komunikan mengerti, mengolah dan menerimanya sehingga muncul efek dengan wujud kesediaan merubah sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah Mauidzah al Hasanah yang digunakan Ustadz Arifin Ilham mampu menghasilkan respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif yang baik pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2011-2012.


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmaannirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan nikmat dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, yang tidak pernah lelah mengajak umatnya kepada jalan kebenaran untuk menyelamatkan umatnya di dunia dan di akhirat.

Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham”. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang dihadapi, baik itu bersifat malas, lalai dan lainnya. Sungguh sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, walaupun penelitian ini mungkin masih banyak kekurangan. Semua ini dapat terwujud karena banyaknya dukungan serta motivasi kepada penulis.

Untuk itu penulis mengucakan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed selaku Pembantu Dekan I bidang akademik, Drs. Jumroni, M.Si selaku pembantu Dekan II bidang administrasi umum dan Dr. Sunandar, MA selaku Pembantu Dekan III bidang kemahasiswaan.

2. Pembimbing skripsi, Dr. H. Sunandar, MA yang dalam kesibukannya beliau masih berkenan untuk membimbing penulisan skripsi ini.


(6)

iii MA.

4. Seluruh staff Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu mempermudah segala urusan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Pengurus dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang banyak

membantu penulis dalam mendapatkan bahan skripsi. Pengurus Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis mendapatkan bahan dan memberikan tempat yang nyaman bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Orang tua tercinta, ayahanda Alm. H. Bahrudin dan ibunda Hj. Muanah. Serta seluruh keluarga besar yang telah memberi dukungan penuh hingga selesainya skripsi ini.

7. Kakak Aan Aulia Rahman, Dewi Pratiwi, Herdian, Alinda Jaya dan adik saya Ahmad Bustomi yang telah memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan skipsi ini.

8. Dini Nurul Haq, Amd yang tidak lelah memberi semangat, dukungan dan masukan saat terdapat kejenuhan dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir.

9. Teman-teman KPI angkatan 2009 yang khususnya pada KPI F, Echa, Slamet, Eron, Indra, Imam, Aryo, Amir, Rama, Abil, Ilham, Kamaludin, Anas, Ari, Andhika, Afriza, Rizki, Ucim, Silvi, Finti, Yanti, Popi, Yunita, Tuti, kalian sungguh luar biasa!


(7)

iv kekeluargaan dan tanggung jawab.

11.Teman-teman Dep-Sel Matic Center, PONDSEL, dan J-RACING yang selalu menghibur dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis walaupun tidak

disebutkan satu persatu. Akhir kata, penulis berdo’a dan berharap kepada Allah

SWT, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 4 Februari 2014


(8)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodelogi Penelitian ... 7

F. Sumber Data ... 12

G. Teknik Pengumpulan Data ... 13

H. Teknik Pengolahan Data... 14

I. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN TEORI A. Ruang Lingkup Respon ... 17

1. Pengertian Respon ... 17

2. Teori S-O-R ... 18

3. Macam-Macam Respon ... 20

4. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Respon ... 20

B. Ruang Lingkup Dakwah ... 21

1. Pengertian Dakwah ... 21


(9)

vi BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sekilas Tentang Ustadz H. Muhammad Arifin Ilham ... 34

1. Riwayat Hidup ... 34

2. Aktivitas Dakwah ... 36

3. Watak dan Akhlak ... 40

4. Karya-Karya Ustadz Arifin Ilham ... 43

B. Profil Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) ... 44

1. Sejarah berdirinya FIDIKOM ... 44

2. Visi dan Misi FIDIKOM ... 45

3. Sejarah Singkat Jurusan KPI ... 46

4. Visi dan Misi Jurusan KPI ... 47

5. Tujuan dan Sasaran jurusan KPI ... 48

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS DATA LAPANGAN A. Identitas Responden ... 51

B. Uji Validitas... 54

C. Uji Reliabilitas ... 55

D. Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

vii

Tabel 1 Komposisi Porsi Penarikan Sampel ... 10

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas ... 49

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan ... 50

Tabel 5 Uji Validitas ... 54

Tabel 6 Uji Reliabilitas... 55

Tabel 7 Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham ... 57

Tabel 8 Chi Square Test Respon Kognitif, Afektif dan Konatif ... 58

Tabel 9 Chi Square Test Terhadap Responden Perempuan ... 58


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan kewajiban setiap individu muslim kapan pun dan diamana pun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan alasan-alasan, melainkan harus dengan metode. Karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pikiran dan pendirian.1

Dakwah adalah ajaran yang ditujukan sebagai rahmat untuk semua, yang membawa nilai-nilai positif, seperti rasa aman, dan tentram, sejuk.

Dakwah juga merupakan kegiatan utama dalam syiar Islam. Keberhasilan syiar Islam ditentukan pada keberhasilan dakwah. Namun, bukanlah suatu hal yang mudah untuk mencapai keberhasilan dakwah. Maka, untuk mencapai keberhasilan dalam dakwah perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu apa yang diserukan atau disampaikan oleh siapa, kepada siapa, dengan cara bagaimana, melalui media apa, dan untuk apa. Hal ini sejalan dengan definisi komunikasi, yakni “Who says what to whom in which channel with what effect.”2

Berdakwah dalam Islam merupakan kegiatan yang mempunyai cakupan yang sangat luas. Berdakwah di dalamnya terdapat unsur-unsur penting yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu da’i, mad’u, metode, materi dan tujuan. Dan dalam pelaksanaannya dapat melalui berbagai cara, yaitu: melalui lisan (bil lisan), tulisan (bil qalam), dan perbuatan nyata (bil hal).3

1

Nana Rukman, Masjid dan Dakwah, (Jakarta : Almawardi, 2002), Cet. Ke-1, h. 164

2

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan (Bandung: CV.PUSTAKA SETIA, 2002), h.23

3 Hamzah Ya’qub,

Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung: Dipenogoro, 1981), h.47


(12)

Menyeru manusia ke jalan Allah SWT merupakan kewajiban sekaligus ibadah yang bisa mengantar pelakunya untuk dekat dengan Tuhannya. Dakwah juga mengantar pelakunya bahwa kedudukannya di hadapan Allah SWT adalah tinggi, Allah akan mengangkat kedudukannya di dunia maupun di akhirat.4 Maka sangat beruntunglah bagi mereka yang telah mengikhlaskan dirinya untuk meniti jalan dakwah sebagai upaya mencapai ridha-Nya dunia dan akhirat.

Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam tataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya. Agar terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan di dunia maupun di akhirat, serta jauh dari siksa neraka.

Tujuan umum tersebut harus dirumuskan ke dalam tujuan yang lebih operasional dan dapat dievaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapainya. Misalnya, tingkat keistiqomahannya didalam mengerjakan shalat, tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan, ramainya zikir bersama, dan lain sebagainya.

Dalam berdakwah aspek yang bisa ditinjau adalah dari segi sarana dan prasarana. Dalam hal ini berdakwah bisa dilakukan dengan kegiatan apa saja yag bernilai positif. Pemilihan cara atau metode yang tepat, menjadi bagian strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri.5 Sehingga seorang da’i hendaknya memiliki cara atau metode tertentu dalam penyampaian dakwah yang disukai dan mudah dipahami oleh mad’u.

4

Muhammad Sulton, Menjawab Tantangan Zaman: Desain Ilmu Dakwah Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003) Cet. 1, h.14

5


(13)

3

Salah satu da’i yang melakukan dakwah dan ditambahkan dengan zikir

adalah Ustadz Arifin Ilham. Beliau tidak hanya berdakwah bil lisan tetapi juga mengajak para jamaahnya untuk berzikir bersama disaat ia sedang berdakwah. Itulah salah satu ciri khas yang membuat ustadz kelahiran 8 juni 1969 di Banjarmasin itu bisa mempunyai banyak jamaah yang tersebar di Indonesia.

Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj. Nurhayati. “Ipin”,

begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa. Ayahnya masih keturunan ke tujuh Syeikh Al-Banjar, Ulama Kalimantan, sementara ibunya Hj. Nurhayati kelahiran haruya, kabupaten Barabay. Setahun setelah menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun 1967, karena anak mereka perempuan betapa bahagianya ketika anak yang kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.

Kalau diruntut asal usul/keturunannya, ia merupakan keturunan ketujuh dari seorang ulama terkenal dari Banjar, Kalimantan Selatan yang bernama Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, yang lahir pda tanggal 13 Safar 1122 H bertepatan dengan tahun 1710 M dan wafat pada tahun 1227 yang punya silsilah sampai kepada Rasulullah.

Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan untuk mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk majukan Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau orang yang selalu prihatin pada keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang menyebabkan beliau kokoh untuk mengembangkan dakwah Islam.6

6


(14)

Dakwah yang diselingi dengan zikir bukan hanya mengingatkan tetapi bisa lebih mendekatkan diri kita kepada Allah Swt. Karena disaat berzikir, kita lebih merasakan penyesalan atas dosa-dosa yang pernah kita perbuat sehingga kita memohon agar diberi ampunan Allah agar dijauhkan dari azab yang pedih.

Maka dari itu, berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti metode dakwah Ustadz Arifin Ilham dengan judul penelitian “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam

Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas fokus, maka permasalahannya pada respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) angkatan tahun 2011 terhadap metode dakwah Mauidzah al Hasanah Ustadz Arifin Ilham. Dengan melihat tingkat respon kognitif, respon afektif, dan respon konatif setelah responden menyaksikan video ceramah Ustadz Arifin Ilham yang di download dari situs Youtube.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana respon kognitif, afektif, dan konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?

2. Bagaimana respon afektif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al


(15)

5

hasanah Ustadz Arifin Ilham?

3. Bagaimana respon konatif mahasiswa KPI angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Adapun Tujuan dari Penelitian ini, yaitu:

a. Untuk mengetahui respon kognitif mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

b. Untuk mengetahui respon afektif mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

c. Untuk mengetahui respon konatif mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam angkatan tahun 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi positif, umumnya bagi para mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) dan khususnya bagi mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dalam mempelajari metode dakwah khususnya


(16)

b. Manfaat Praktis

Agar dapat menambah wawasan sekaligus menjadi masukan bagi para pengaji dan peneliti sebagai pijakan para pengembang dakwah yang siap memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dakwah

mauidzah al hasanah.

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan, penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebelumnya telah ada judul skripsi berjudul :

1. “Telaah Retorika Dakwah Muhammad Arifin Ilham” yang disusun oleh Hifzanul Hanif dengan NIM 105051001969 pada tahun 2013 Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang retorika yang dibawakan Ustadz Arifin Ilham.

2. “Analisis Produksi Program Dakwah Cahaya Ibadah Ustad Arifin Ilham” yang disusun oleh Muhammad Ilyas Ali dengan NIM 108051000186 pada tahun 2013 Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang analisis produksi program Dakwah Cahaya Ibadah. 3. “Respon Jamaah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode Dakwah

KH. Sa’adih Al-Batawi di Puri Kembangan Jakarta Barat”, yang disusun oleh Lianasari dengan NIM 1040510011908 pada tahun 2008 Fakultas Dakwah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Membahas tentang bagaimana respon Jamaah Majelis Dzikir As-Samawat Terhadap Metode


(17)

7

E. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah perhitungan angka yang tepat. Pendekatan kuantitatif ini merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh.7

Metode kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar respon Mahasiswa dan Mahasiswi KPI terhadap metode dakwah mauidzah al hasanah Ustadz Arifin Ilham.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian ini pada bulan September 2013 hingga bulan Desember 2013 dan bertempat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah metode dakwah Ustadz Arifin Ilham. Sedangkan objeknya adalah respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Angkatan 2011. Dalam menentukan objek ini penulis menggunakan pengambilan sampel proporsional.

4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang diteliti.8 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

7

Syamsir Salam dan Jaenal Arifin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 36.

8

Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif dalam Penelitian (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), cet. Ke-1, h.156.


(18)

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel terikat atau variabel dependent adalah variabel yang sedang dianalisis tingkat kepengaruhannya oleh variabel independent. Dalam hal ini variabel terikatnya adalah Respon Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan tahun 2011.

Respon mahasiswa

Suatu tanggapan , sikap dan reaksi terhadap stimulus atau rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini tanggapan yang diberikan oleh mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan dalam bahasan kali ini respon ada tiga bagian yang meliputi:

1. Respon kognitif

a. Definisi operasional

Adalah respon secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui dan dipahami.

b. Indikator

Pengetahuan Informasi 2. Respon Afektif

a. Definisi operasional

Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci.

b. Indikator

Perasaan Emosi


(19)

9

3. Respon konatif

a. Definisi operasional

Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku yang nyata dapat diamati yang meliputi pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

b. Indikator

Tindakan Kebiasaan

b. Variabel bebas atau variabel independent adalah variabel yang sedang dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat. Dalam hal ini variabel bebasnya adalah metode dakwah Ustadz Arifin Ilham.

Metode dakwah mauidzah al hasanah

ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik diamana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkan.

1. Santun a. Indikator

Lembut Ramah 2. Nasehat

Mendidik Mengingatkan 3. Berprasangka baik

Baik


(20)

5. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang dapat diteliti.9

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun angkatan 2011-2012, yang mana pada setiap kelasnya masing-masing terdiri dari, Komunikasi Penyiaran Islam kelas A berjumlah 32 orang, kelas B berjumlah 37 orang, kelas C berjumlah 33 orang, kelas D 31 orang, kelas E berjumlah 29 orang. Jika keseluruhan dijumlah maka menghasilkan sebanyak 162 mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Untuk mendapatkan jumlah nilai sampel dari total populasi, maka penulis menggunakan rumus Slovin10

Keterangan

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Standar Deviasi

Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan menggunakan standar deviasi sebesar 10% (biasa digunakan dalam penelitian) yaitu sebesar:

9

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011) edisi revisi, h. 74

10


(21)

11

= 62 orang

Dari perhitungan rumus slovin maka diperoleh jumlah sample penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 62 mahasiswa.

Hasil perhitungan yang diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi yaitu sebesar 62 mahasiswa, Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.11 Peneliti dalam menentukan sampel menggunakan teknik pengambilan random sampling, yaitu peneliti “mencampur” subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.12 Dalam memudahkan dan pemetaan penarikan jumlah sampel dari masing-masing kelas maka dilakukan pembangian kuota sebagai berikut:

11

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis isi dan analisis data sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011) edisi revisi , h.74

12

Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT. Rieneka Cipta, 2006) edisi revisi h.130


(22)

Dari hasil diatas diperoleh nilai sebesar 38,27% menunjukan bahwa setiap jurusan diambil sampel sebanyak 38,27% dari total mahasiswanya, sehingga diperoleh sampel untuk setiap jurusan adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Komposisi Porsi Penarikan Sampel

No Jurusan dan Kelas Jumlah populasi Jumlah Sampel

1 Komunikasi Penyiaran Islam kelas A 32 12

2 Komunikasi Penyiaran Islam kelas B 37 14

3 Komunikasi Penyiaran Islam kelas C 33 13

4 Komunikasi Penyiaran Islam kelas D 31 12

5 Komunikasi Penyiaran Islam kelas E 29 11

TOTAL 62

F. Sumber Data

Adapun data-data yang penulis gunakan sebagai berikut: 1. Data Primer

Yaitu data yang langsung diterima oleh responden melalui penelitian lapangan dengan cara menyebarkan angket.

2. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian keperpustakaan, untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung skripi ini seperti buku-buku, surat kabar, internet.


(23)

13

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan datanya menggunakan metode yang bersumber pada penelitian lapangan dengan menggunakan:

1. Angket atau kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden.

2. Dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda dan sebagainya.13 Dokumen ini diambil apabila data tidak bisa diperoleh dari hasil interview.

Data-data yang telah diperoleh kemudian diproses dengan beberapa tahapan, yaitu:

1. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data yang benar-benar sempurna.

2. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindah jawaban-jawaban

responden kedalam table, kemudian dicari prosentasenya untuk dianalisa. 3. Analis dan interpretasi, yaitu membunyikan kata kuantitatif dalam bentuk

verbal (kata-kata), sehingga presentase menjadi bermakna.

4. Kesimpulan, yaitu penulis memberiukan kesimpulan dari hasil analisa dan interpretasi data.

Adapun teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi, dkk, yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006) edisi revisi, h.231


(24)

H. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe deskriptif, untuk menggambarkan populasi yang diteliti. Yang digambarkan adalah respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2011-2012 terhadap tayangan video ceramah agama Ustadz Arifin Ilham. Analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan perhitungan data statistik. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus :

1. Frekuensi Relatif

Keterangan : Fr : Jumlah Frekuensi

F : Frekuensi Jawaban Responden : Jumlah Pengamatan

2. Mean adalah nilai rata-rata dari sebuah total bilangan. Jumlah nilai seluruh pengamatan dibagi dengan banyaknya data.

Keterangan :

X = score rata-rata mean Fi = Frekuensi pengamatan


(25)

15

Xi = Pengamatan14

3. Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan Skala Likert ketentuan sebagaimana berikut:

a. Untuk pertanyaan positif diberikan skor sebagai berikut: 1) Sangat Setuju (SS) diberi skor 4

2) Setuju (S) diberi skor 3

3) Tidak Setuju (TS) diberi skor 2

4) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

b. Adapun nilai negatif diberikan skor sebagai berikut: 1) Sangat Setuju (SS) diberi skor 1

2) Setuju (S) diberi skor 2

3) Tidak Setuju (TS) diberi skor 3

4) Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4 4. Chi Kuadrat

Analisis Chi kuadrat digunakan untuk menentukan apakah terdapat hubungan dari objek peelitian yaitu antara jenis kelamin dengan kategori skala kognitif, afektif dan konatif.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan sikap atau pengetahuan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham maka peneliti menggunakan rumus chi kuadrat.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan dari penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:

14

Yusuf Wibisono, Metode Statistic, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 203


(26)

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran umum penulisan penelitian.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Bab ini memuat ruang lingkup respon dan ruang lingkup dakwah. BAB III : Gambaran Umum

Bab ini memuat profil jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan profil Ustadz Arifin Ilham. BAB IV : Temuan Data dan Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang deskripsi responden, metode dakwah Ustadz Arifin Ilham, respon mahasiswa KPI angkatan 2011 terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham dan analisa metode dakwah Ustadz Arifin Ilham.

BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang penulis lakukan.


(27)

17 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Respons

Ruang lingkup respons terbagi atas pengertian responss, teori stimulus respons, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya stimulus respons.

1. Pengertian Respons

Respons menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan, reaksi dan jawaban terhadap segala suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.1

Sedangkan dalam kamus lengkap psikologi, respons adalah suatu proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuisioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang tersembunyi.2

Menurut beberapa tokoh mengenai definisi respons seperti Ahmad Subandi, respons adalah sebagai istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peran atau pengaruh yang besar baik atau tidaknya suatu komunikasi.3

Dan menurut Jalaludin Rakhmat, respons adalah suatu kegiatan dari organisme itu bukanlah semata-mata suatu gerakan yang positif, setiap

1

DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), edisi ke-3, h.838

2

J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9,h.432

3


(28)

jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat disebut juga respons. Secara umum respons atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan tentang subjek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan.4

Jadi, dapat disimpulkan respons merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi memperlihatkan jalinan sistem yang utuh dan berkiatan satu dengan yang lain, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efsisien apabila unsur-unsur didalamnya sesuai dan memahami pesan yang disampaikan.

Dalam proses dakwah, respons akan terjadi pada para mad’u. Respons tersebut timbul dari penyerapan pesan dari materi dakwah yang disampaikan oleh da’i. Respons tersebut bisa bersifat positif dan bisa juga negatif tergantung dari materi dakwah yang disampaikan itu sesuai atau tidak dengan kebutuhan mad’u-nya.

2. Teori S-O-R

Dalam penelitian mengenai respon mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham tentunya berkaitan dengan teori respon.

Teori S-O-R (stimulus, organism, respons) yang berasal dari psikologi dan kemudian menjadi teori komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan komunikasi. Karena objek material dari psikologi dan

4


(29)

19

komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konatif.

Menurut teori S-O-R, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.5

Model dapat terlihat pada gambar berikut :

Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi dapat berlangsung apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian, dan penerimaan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan dilanjutkan ke dalam proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat diartikan juga suatu respons atau tanggapan pesan tersebut.

Sedangkan stimulus yang dimaksud di atas dapat berupa kata-kata verbal atau pun non verbal dari komunikator kepada komunikan.6

5

Onong Ucjhana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditiya Bakti, 2003),h.254-255

6

Ibid h. 256

Stimulus Organisme:

1.

Perhatian

2.

Pengertian

3.

Penerimaan

Respons (Perubahan Sikap)


(30)

3. Macam – macam Respon

Menurut Jalaludin Rahmat, “respons dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Kognitif, yaitu respons yang timbul setelah adanya pemahaman terhadap sesuatu yang terkait dengan informasi atau pengetahuan. Terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, atau dipersepsi oleh khalayak.

b. Afektif, yaitu respons timbul karena adanya perubahan perasaan terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi, sikap dan nilai. Timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci oleh khalayak.

c. Konatif, yaitu respons yang berupa tindakan, kegiatan atau kebiasaan yang terkait dengan perilaku nyata. Merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau

kebiasaan berperilaku.”7

Jadi, respons merupakan tanggapan yang muncul karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Dengan adanya stimulus terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan terhadap khalayak tentu akan timbul repons atau tanggapan.

4. Faktor-faktor penyebab terjadinya respons

Menurut Bimo Walgito dalam buku Psikologi Belajar, bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respon, yaitu: a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu. Manusia

7


(31)

21

terdiri dari dua unsur yaitu; jasmani dan rohani, maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu kedua unsur tersebut, maka akan melahirkan respons yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang melakukan repons, atau akan berbeda responsnya tersebut di antara satu orang dengan orang lain.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada linkungan. Faktor ini biasa dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubungan dengan objek yang dimati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya.8

Jadi, dengan indera yang dimiliki, setiap individu dapat mengamati segala suatu hal, atau suatu kegiatan yang ditimbulkan oleh daya stimulus, sehingga timbullah suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setelah adanya pengamatan, dan kemudian dapat ditimbulkan kembali sebagai jawaban atau tanggapan. Oleh karena itulah, setiap individu dapat mengingat kembali segala sesuatu yang telah dilihat, didengar maupun dirasakan.

B. Ruang Lingkup Dakwah

1. Pengertian Dakwah

Secara bahasa (etimologi) kata dakwah berasal dari bahasa Arab (da’a,

yad’u, da’wah) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak.9 Dalam

8

Bimo Walgito, Psikologi Belajar, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997), h.6

9

Mahud Yunus, Terjemahan Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), h.127


(32)

kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata da’wah yang berarti menyeru, memanggil ataupun mengajak.10 Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, dakwah adalah penyiaran, propaganda, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.11

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah secara bahasa berarti seruan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang sejalan dengan ajaran agama Islam.

Sedangkan dakwah secara istilah menurut Syamsuri Siddiq adalah:

“Segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencara dalam wujud

sikap, ucapan dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan, baik langsung atau tidak langsung yang ditujukan kepada perorangan, masyarakat atau golongan supaya tergugah jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran Islam untuk selanjutnya mempelajari dan menghayati serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.” 12

Dalam Ensiklopedi Islam, dakwah secara istilah adalah setiap kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis akidah, syariat dan akhlak Islamiyah.13

Syaikh Ali Mahfudz yang dikutip oleh Syamsuri Siddiq, memberi batasan mengenai dakwah sebagai membangkitkan kesadaran manusia atas

10

A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), Cet. Ke-2, h.127

11

Frista Amanda W., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jombang: Lintas Media), h.232

12

Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1981), Cet. Ke-1, h.8

13

Hasan Muarif Ambari, Nurcholis Madjid, dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2001), Cet. Ke-9, h. 145


(33)

23

kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah

dari pekerjaan yang munkar supaya mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.14

Dalam hal ini, pengertian yang diberikan oleh Quraish Shihab tentang dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.15

Dari beberapa pendapat tokoh di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dakwah adalah penyampaian ajaran agama Islam yang bertujuan agar orang lain melaksanakan ajaran agama dengan sepenuh hati. Dakwah Islam dapat dipandang sebagai proses dan peristiwa. Dakwah dikatakan sebagai proses, karena dakwah merupakan usaha untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dan sempurna menurut tolok ukur Islam. Sedangkan dakwah sebagai peristiwa adalah aktualisasi iman manusia yang dimanifestasikan ke dalam suatu kegiatan dalam bidang kemasyarakatan sebagai usaha mewujudkan ajaran Islam pada semua segi kehidupan manusia.

2. Unsur-unsur Dakwah

Dakwah memiliki beberapa unsur yang saling terkait satu sama lain. Unsur-unsur tersebut akan selalu ada disetiap kegiatan dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah meliputi: subjek dakwah (da’i), objek dakwah (mad’u), materi dakwah, metode dakwah, dan tujuan dakwah.

14

KHA. Syamsuri Siddiq, Dakwah dan Teknik Berkhutbah, h.8

15

Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke-19, h. 191


(34)

a. Subjek Dakwah (da’i)

Orang yang melakukan dakwah disebut subjek dakwah. Istilah yang sering digunakan untuk orang yang melakukan dakwah (subjek

dakwah) adalah da’i. Da’i (isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu maka pelakunya dikenal juga dengan istilah muballigh.16 Di Indonesia orang yang berdakwah selain dipanggil dengan istilah da’i dan muballigh, juga digunakan istilah ustadz, ustadzah, kiyai, dan lain-lain.

Da’i sebagai subjek dakwah dapat dibedakan menjadi dua bagian,

pertama da’i dalam kriteria umum dan yang kedua da’i dalam kriteria

khusus.Dalam pengertian umum, maka tiap-tiap pribadi muslim menjadi da’i bagi dakwah islamiyah. Hal ini dapat dilihat kesesuaiannya dengan Surat At-Taubah ayat 71:

16

Dra. Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000), Cet. Ke-1 h. 2


(35)

25

Artinya:

“Dan orang-orang yang beriman, pria dan wanita, bergotong

royong satu sam lain, menyuruh yang ma’ruf dan melarang yang

munkar, mendirikan shalat, membayar zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kepada mereka itu Allah akan member rahmat,

sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”

Dalam arti khusus, dakwah juga harus dilakukan oleh tenaga khusus yang memiliki spesifikasi dan profesional di bidangnya. Sebagaimana dapat dipahami dari makna Surat Al Imran yang artinya:

“Hendaklah ada dari kalanganmu sekelompok umat yang bertugas

dalam bidang dakwah, meyeru ke jalan kebaikan, menyuruh yang

makruf, melarang yang munkar.” 17

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa da’i mengandung dua pengertian:

1) Secara umum adalah setiap muslim yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat tak terpisahkan dari missinya sebagai

penganut Islam, sesuai dengan perintah “Ballighu anni walau ayah” yang artinya sampaikanlah walau satu ayat.

2) Secara khusus adalah yang mereka yang mengambil keahlian khusus (muthakassis) dalam bidang dakwah Islam, dengan kesungguhan luar biasa dan niat baik.

17


(36)

Dalam berdakwah seorang da’i harus memiliki akhlaqul

karimah sebagaimana yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Al -Sunnah, seperti jujur, ikhlas, sabar, rendah hati dan sebagainya sebagaimana diwariskan oleh Rasulullah.

Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ada tiga sifat

yang diperlukan seorang da’i, pertama berilmu (mengetahui) sebelum memerintah dan melarang, kedua besikap lembut dan ketiga sabar.”

b. Objek Dakwah

Dalam dakwah selain terdapat subjek dakwah ada juga yang dinamakan objek dakwah. Objek dakwah adalah orang yang menjadi sasaran dalam berdakwah (mad’u). Dalam menyampaikan dakwahnya

seorang da’i harus memperhatikan mad’u-nya agar pesan dakwah mudah diterima oleh mad’u yang kemudian dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mad’u merupakan peserta dakwah, baik laki-laki atau perempuan, baik anak-anak atau orang dewasa, perorangan atau kolektif. Mad’u bersifat heterogen, baik dari sudut ideologi, status sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.18

c. Materi dakwah

Salah satu hal yang terpenting dalam dakwah adalah materi (pesan) dakwah itu sendiri. Materi dakwah adalah isi dakwah yang akan

18


(37)

27

disampaikan oleh da’i kepada mad’u mengenai berbagai ajaran-ajaran Islam, hukum Islam, sejarah Islam, dan lain sebagainya yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah agar mereka mengetahui, memahami dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari kata “meta” (melalui) dan

hodos” (jalan, cara).19 Jadi metode dakwah adalah suatu cara untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien.

Bentuk-bentuk metode dakwah terdapat di Al-Qur’an yang ada dalam surat an-Nahl ayat 125:

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguh-Nya Tuhanmu adalah yang Maha Mengetahui terhadap orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia mengetahui

19


(38)

orang yang diberi petunjuk.”

Berdasarkan kandungan ayat di atas, terdapat tiga metode yang dapat digunakan dalam berdakwah yaitu: bi al hikmah, mau’idzoh

hasanah, dan mujadalah. 1) Bi al hikmah

Kata bi al-hikmah mempunyai banyak pengertian dan lebih sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan, atas kemauan sendiri, tidak merasa adanya paksaan, konflik maupun rasa tertekan.20

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasafi: bi al-hikmah ialah dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.

Dakwah bi al-hikmah yng berarti dakwah bijak, mempunyai makna selalu memperhatikan suasana, situasi, dan kondisi mad’u. Hal ini berarti menggunakan metode yang relevan dan realistis sebagaimana tantangan dan kebutuhan, dengan selalu memperhatikan tingkat kemampuan pemikiran dan intelektual, suasana psikologis dan sosial kultural mad’u.21

Dengan demikian dakwah bi al-hikmah yang merupakan metode dakwah bijak, akan selalu memperhatikan kondisi mad’u

20Siti Muriah, “

Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000),

Cet. Ke-1, h. 29

21

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Presfektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 164


(39)

29

dalam hal:

a) Keadaan psikologis mad’u yang menjadi objek dakwah

b) Kadar pemikiran, tingkat pendidikan, dan intelektualitas mad’u c) Suasana dan situasi sosial kultural mad’u.

2) Mauidzah al Hasanah (nasehat yang baik)

Ali Mustafa Yaqub menyatakan bahwa mauidzah al hasanah

adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik diamana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkan, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak mad’u dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh da’i.”22

Siti Muri’ah berpendapat bahwa mau’idzah al hasanah adalah tutur kata, pendidikan dan nasehat yang baik. Nasehat yang baik maksudnya adalah memberikan nasehat kepada orang lain dengan cara baik, berupa petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, yang dapat mengubah hati, agar nasehat tersebut dapat diterima oleh mad’u.23

Penyampaian mau’idzah hasanah dapat dilakukan melalui berbagai bentuk, antara lain:

a) Dalam bentuk menuturkan tentang kisah-kisah keadaan umat masa lalu, baik yang taat menjalankan perintah Allah SWT, seperti Rasul, para sahabat Nabi, orang-orang shaleh, dan lain-lainnya.

22

Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997), h. 121

23Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000),


(40)

b) Dalam bentuk memberi peringatan atau mengabarkan berita gembira (ancaman atau janji).

c) Dalam bentuk melukiskan keadaan surga dan penghuninya serta keadaan neraka dan penghuninya.

d) Dalam bentuk mengungkapkan perumpamaan-perumpamaan, mencari kesamaan-kesamaan. Misalnya, untuk meyakinkan bahwa bumi, langit, dan isinya merupakan ciptaan Allah SWT, sebab tidaklah mungkin ada suatu ciptaan tanpa ada yang menciptakannya.24

Menurut Asep Muhiddin, dakwah mau’idzah hasanah perlu memperhatikan faktor-faktor berikut:

a) Tutur kata yang lembut.

b) Menghindari sikap sinis dan kasar.

c) Tidak menyebut-nyebut kesalahan atau bersikap menghakimi orang yang diajak bicara.

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat dimengerti bahwa

dakwah mau’idzah hasanah adalah yang paling mudah dilakukan dengan memberi nasehat-nasehat yang baik dengan penyampaian menggunakan tutur kata yang lembut sehingga lebih mudah dipahami oleh mad’u.

3) Mujadalah (berdiskusi dengan cara yang baik)

Metode dakwah yang ketiga ini juga disebutkan dalam

24

Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1997), Cet. Ke-1, h. 26-29


(41)

31

Qur’an surat An-Nahl ayat 125 yakni wa jadilhum bi al-lati hiya

ahsan. Metode ini merupakan upaya dakwah melalui jalan

bantahan, diskusi, atau berdebat dengan cara yang baik, sopan santun, saling menghargai dan tidak arogan.25

Mujadalah berarti berdiskusi dengan cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Cara ini biasanya dilakukan untuk manghadapi mad’u yang bersifat kaku dan keras, sehingga ia mungkin mendebat, membantah dan lain sebagainya. Mujadalah

adalah cara terakhir yang digunakan dalam berdakwah, manakala dua cara sebelumnya tidak mampu. Biasanya cara ini digunakan untuk orang-orang yng taraf berpikirnya maju dan kritis.26

Dakwah dengan cara mujadalah ini hendaklah dilakukan dengan menyebutkan segi-segi persamaan antara pihak-pihak yang berdiskusi, kemudian dibahas masalah-masalah perbedaan dari kedua belah pihak. Dengan demikian, kedua belah pihak akan lebih saling menghargai. Dan juga tidak saling menjelek-jelekkan atau merendahkan pihak lawan karena tujuan berdiskusi hanya untuk mencari kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT.

e. Media Dakwah

Media berarti perantara yang berasal dari bahasa Yunani “media” jamaknya “median”. Adapun menurut istilah adalah segala sesuatu

25

Asep Muhiddin, Dakwah dalam Presfektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi, dan Wawasan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 167

26

Siti Muriah, “Metodologi Dakwah Kontemporer”, (Yogyakarta: Mitra Pusaka, 2000), Cet. Ke-1, h. 48-49


(42)

yang dapat dijadikan alat atau perantara untuk mencapai tujuan tertentu.27

Hamzah Ya’qub mengartian media sebagai alat objektif yang menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah.

Antara metode dengan media dakwah sangatlah berkaitan erat, karena apapun metode yang dilakukan pastilah di dalamnya membutuhkan media sebagai alat perantara.

Media dakwah menjadi lima golongan besar, yaitu:

1) Lisan, seperti khutbah, pidato, ceramah, diskusi, dan lain-lain. 2) Tulisan, seperti buku, majalah, koran, dan lain-lain.

3) Lukisan, seperti gambar hasil seni lukis, foto, dan lain-lain. 4) Audio visual, seperti televisi, wayang, dan lain-lain.

5) Perilaku atau suri tauladan, berbuat baik, menjenguk orang yang sakit, menolong sesama, dan lain-lain.28

f. Tujuan Dakwah

Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.

Tujuan utama dakwah sebagaimana telah dirumuskan ketika memberikan pengertian tentang dakwah adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang

27

Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 163

28 Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership, (Bandung:


(43)

33

diridhai Allah SWT.29

Jadi, dengan tercapainya tujuan dakwah kita mempunyai kepribadian muslim yang kuat sehingga kita bisa mendapatkan kehidupan bahagia yang diridhai Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.

29

Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 21-27


(44)

34

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Muhammad Arifin Ilham

1. Riwayat Hidup

H. Muhammad Arifin Ilham, dilahirkan di Banjarmasin pada 8 Juni

1969. Putra dari pasangan H. Ilham Marzuki dan Hj. Nurhayati. “Ipin”,

begitulah panggilan kecilnya. Ia tumbuh selayaknya anak-anak biasa. Ayahnya masih keturunan ke tujuh Syeikh Al-Banjar, Ulama Kalimantan, sementara ibunya Hj. Nurhayati kelahiran Haruya, kabupaten Barabay. Setahun setelah menikah, pasangan ini dikaruniai seorang putri pada tahun 1967, karena anak mereka perempuan betapa bahagianya ketika anak yang kedua lahir adalah seorang bayi laki-laki.

Sejak kecil Muhammad Arifin Ilham dan saudara-saudaranya diajarkan untuk mencintai ilmu. Beliaupun memiliki cita-cita tinggi untuk majukan Islam. Pendidikan yang diterima dari orang tuanya menjadikan beliau orang yang selalu prihatin pada keadaan disekelilingnya. Sejak kecil beliau terkenal dengan jiwa sosialnya dan inilah yang menyebabkan beliau kokoh untuk mengembangkan dakwah Islam.1

Masa kecil Arifin dihabiskan di kampung halamannya, Banjar Banjarmasin Kalimantan. Pendidikan dasar keagamaannya ia dapatkan langsung dari ayahnya. Saat berusia lima tahun Arifin Ilham dimasukkan ke TK Aisiyah dan setelah itu langsung ke sekolah SD Muhammadiyah tidak jauh dari rumahnya yang di Banjarmasin.


(45)

35

Di SD Muhammadiyah ini beliau hanya sampai kelas tiga karena berkelahi dengan teman sekelasnya. Kemudian oleh ayahnya Arifin dipindahkan ke SD Rajawali Banjarmasin. Meskipun nakal Arifin berhasil lulus SD dengan baik. Nilai pendidikan agamanya biasa-biasa saja namun pengetahuan umumnya cukup bagus sehingga ia bisa masuk SMP Negeri I Banjarmasin, sekolah favorit di ibu kota Kalimantan Selatan itu.

Semenjak kecil Arifin sudah menjadi anak masjid. Ia menikuti jejak ayahnya, maklum ayahnya seorang aktifis masjid Sabil Al-Muhtadin dan masjid Al-Jihad di Banjarmasin. Sehingga menular kepada anak laki satu-satunya dari lima bersaudara itu. Di masjid ini ada ustad yang menjadi

tauladan Arifin namanya KH. Rofi’i Hamdi, ustad ini dikenal dengan tutur kata dan perilaku yang lembut. Kelembutan yang mengesankan Arifin kecil hingga ia kelak ingin menjadi seorang penceramah seperti ustad

Rofi’I atau setidak-tidaknya seorang guru.2

Selepas menyelesaikan sekolah dasar (SD) Arifin sempat mengenyam sekolah menengah pertama (SMP) selama setahun di Banjar. Karena tidak kerasa oleh ayahnya Arifin dikirim ke salah satu pesantren di daerah Bintaro Jakarta Selatan, tepatnya di Pesantren Darun Najah pada tahun

1983 dan dilanjutkan di Asyafi’iyah pada tahun 1988 sampai 1989.3 Setahun kemudian ia berhasil lulus Aliyah dan mendapatkan rangking ketiga. Di pondok ini keahlian pidatonya semakin mahir dan banyak

2

M.Arifin Ilham, Menggapai Kenikmatan Zikir, (Jakarta: Mizan,2004), cet.ke-1, h.35

3

Syamsul Yakin, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah: Ikhtiar M. arifin Ilham Membangun Masyarakat Spiritual Humanis, (Depok: Dar al-Akhyar Semesta Ilmu (DASI), 2002),cet.ke-2, h.17


(46)

dikenal orang. Beberapa kali ia meraih juara pidato baik di Asyafi’iyah

maupun anata pesantren se-Indonesia dan internasional. Karena kemamapuannya berceramah meski usianya masih remaja Arifin kerap keluar kandang mengisi pengajian di luar pesantren.

Setamat dari Aliyah, Arifin melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta, Jurusan Hubungan Internasional. Gelar S1 diraihnya pada tahun 1995. Semasa kuliah ia sering pindah-pindah tempat kos dari Grogol, Kebon Jeruk, Cibubur sampai Pasar Minggu. Perjuangannya untuk menyelesaikan kuliah ternyata tidak kecil. Misalnya buku-buku pelajarannya dibeli dari uang ngamen di terminal, bahkan ia tak malu berjualan baju bekas agar bisa membayar uang kuliah, pernah pula ia menjadi kenek (kondektur) angkutan umum jurusan Cililitan-Cibubur pada malam. Arifin juga pernah mencoba peruntungan dengan berdagang mie rebus di terminal Pasar Minggu. Dari dagang mie rebus itulah ia berhasil mengumpulkan uang untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 1994 setahun sebelum wisuda.

2. Aktifitas Dakwah

Setelah meraih gelar S-I, aktifitasnya mulai lancar yaitu mengajak orang-orang untuk meninggalkan segala macam perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai atau ajaran yang terkandung dalam

Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad SAW. Yang lebih terkenal dengan

sebutan dakwah Islam. Ia berdakwah bukan hanya di kota Jakarta tetapi sudah melalang buana ke berbagai daerah, diantaranya: Lampung, Batam,


(47)

37

Balik Papan, Samarinda, dan Banjarmasin. Bahkan ia pernah berceramah di Singapura. Sampai pada tahun 1996 beliau digigit ular peliharaannya, Karena beliau adalah termasuk orang yang penyayang binatang.

Sebelum digigit ular beliau sudah bermimpi akan digigit ular dua kali berturut-turut. Setelah digigit ular, ustadz Arifin Ilham mengalami koma yang cukup lama hampir setengah bulan. Selama dua puluh satu hari dalam keadaan koma yang cukup lama tersebut banyak perubahan yang terjadi pada dirinya, seperti diceritakan oleh Ustadz Arifin Ilham, selama kritis beliau mendapat pengalaman spiritual yang sangat luar biasa. Di alam bawah sadarnya ia merasa berada di sebuah kampung, ditemuinya sebuah masjid lalu ia masuk ke dalam masjid tersebut. Di dalam masjid itu telah menunggu tiga shaf para jamaah dengan menggunakan pakaian putih-putih. Salah satu jamaah dari mereka memintanya untuk memimpin mereka berdzikir.

Keesokan harinya ia bermimpi kembali, hanya saja sedikit berbeda kali ini ia merasa berada di tengah kampung yang penduduknya berlarian ketakutan karena kedatangan beberapa orang yang dianggap sebagai jelmaan setan. Melihat kehadiran dirinya, para penduduk meminta dirinya menjadi penolong mereka untuk mengusir setan-setan itu.

Hari berikatnya ia bermimpi, kali ini ia diminta oleh seorang bapak untuk mengobati istrinya yang sedang kesurupan. Mendengar permintaan bapak tersebut ustadz Arifin bergegas menolong dan mengobatinya.


(48)

Berkat izin Allah, istri bapak tersebut tertolong dan sembuh. 4

Setelah sembuh dari koma dan berbekal pengalaman-pengalaman gaib yang dialaminya, Ustadz Arifin Ilham memantapkan hatinya untuk menjadi pengingat manusia agar tidak lupa berdzikir. Ternyata lewat proses gigitan ular, Allah SWT menjadikan anak muda ini memimpin majelis dzikir yang jamaahnya kini mencapai ribuan, dari segala status dan segala penjuru. Walaupun kondisinya tidak jauh lebih baik, Ustadz Arifin Ilham mengalmi perubahan suaranya, tetapi tidak ada yang mengetahui rencana Allah, justru dengan suaranya itu Ustadz Arifin Ilham semakin mudah dikenal para jamaah dan masyarakat luas.

Musibah (digigit ular) tersebut, kemudian dia pahami sebagai sebuah teguran dari Allah atas kesombongannya selama menjadi da’i sebelum ia digigit ular. Sebab selama itu ia merasa paling pintar, paling takwa, paling beriman dan paling soleh. Kesadaran ruhani inilah oleh Ustadz Arifin Ilham dijadikan landasan dzikir yang dilakukan sampai saat ini.

Pada awalnya kegiatan dzikir tersebut hanya dilakukan sendiri saja karena manfaatnya yang dirasakannya besar maka ia mengajak kepada masyarakat setempat untuk melakukan dzikir setiap hari seperti yang beliau lakukan. Pada mulanya jamaah yang hadir berjumlah tujuh orang saja, berkat keistiqomahan para jamaah dan kegigihan Ustadz Arifin Ilham kegiatan dzikir ini kemudian berkembang dan mendapat respon positif dari masyarakat dan para jamaah yang hadirpun semakin bertambah hingga memenuhiruangan Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa.

4


(49)

39

Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa sebelumnya adalah sebuah taman yang digunakan untuk sarana bermain oleh sebagian masyarakat perumahan tersebut. Karena daerah tersebut belum memiliki sarana ibadah maka masyarakat setempat sepakat agar taman tersebut dijadikan sebuah masjid sebagai saran ibadah dan dakwah di daerah tersebut. Maka pada tahun 1995 didirikanlah sebuah masjid yang diberi nama Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa. Nama masjid tersebut diambil dari nama salah satu guru Ustadz Arifin Ilham yang bernama Ustadz Irfan Amara Bi al-Taqwa.

Pada saat itu kegiatan dzikir hanya bertempat di Masjid Al-Amru Bi al-Taqwa dan bentuknya hanya sebuah majelis. Pada tahun 2000 Ustadz Arifin Ilham muli mengembangkan kegiatan dzikir tersebut. Seiring dengan perjalanan dakwah dan sosial melalui ceramahnya beliau memperkenalkan dan mengajak masyarakat untuk megikuti kegiatan dzikir

dan do’a yang dilakukannya.

Banyak para jamaah yang menginginkan agar kegiatan dzikir ini tidak hanya berfokus pada satu kajian saja tetapi lebih mengembangkan kegiatan dakwahnya. Atas usulan dari para jamaah tersebut maka Ustadz Arifin Ilham mendirikan majelis dzikir yang bernama al-dzikra. Kata al-dzikra

itu sendiri artinya “mengingatkan”, maksudnya adalah mengingatkan

kembali kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah yang kemudian dzikir ini dikenal dengan dzikir taubat artinya bahwa orang yang bertaubat berarti ia telah kembali dari sesuatu yang dicela oleh agama Islam menuju sesuatu yang disenangi oleh Islam.


(50)

kehadiran para jamaahnya, maka pada bulan Ramadhan 1422 H diselenggarakan dzikir akbar di Masjid Agung At-Tin Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur pada tanggal 18 Agustus 2001 dan jumlah jamaah yang hadir sekitar 7000 orang. Sejak saat itulah dzikir Ustadz Arifin Ilham dikenal oleh masyarakat banyak sehingga setiap kali dzikir dilaksanakan selalu hadir banya jamaah.

Kegiatan dzikir yang pada awalnya hanya dilakukan di satu tempat dan waktunya hanya satu bulan sekali, kini berkembang pesat dan jamaahnya dari berbagai tempat. Nuansa putih pun selalu menyelimuti majelis dzikir al-dzikra, mulai dari tempat hingga pakaian para jamaah yang melambangkan kesucian.

3. Watak dan Akhlak

sebagai seorang da’i (orang yang mengajak ke jalan kebenaran)

Ustadz Arifin Ilham tentu saja memuliki watak dan akhlak, tujuan dari pemaparan tentang Ustadz Arifin Ilham adalah agar umat Islam mengetahui dengan pasti bagaimana watak dan akhlak beliau. Di antara watak dan akhlak beliau yang ada pada dirinya adalah sebagai berikut:

Pertama, berkemauan keras. Berdasarkan pengakuan namanya, Ustadz Arifin Ilham itu orangnya keras dalam berkemauan, sehingga dia akan berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan kemauannya. Seperti halnya dia berkeinginan untuk melanjutkan ke pesantren modern. 5

Kedua, pekerja keras. Ketika masa-masa berkecimpung sebagai mahasiswa, Arifin sudah enggan menerima bantuan keuangan dari orang tua. Untuk itu beliau bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

5


(51)

41

dengan menjadi knek angkutan umum, bahkan pernah menjadi pengamen. Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham terus melanjutkn tradisi sebagai pekerja dengan membuka sebuah ruko di kawasan Depok dan menjadi salah satu komisaris pada salah satu perusahaan travel dan logistik. Menurut pengamatan penulis, penghasilan dari dakwahnya dan ceramahnya selalu disedekahkan. Sedangkan kebutuhan sehari-hari beliau peroleh dari berbisnis.6

Ketiga, dermawan. Sejak kecil, menurut namanya sifat dermawan Ustadz Arifin Ilham sudah kelihatan. Sang mamah menceritakan bahwa pada suatu kali ada temannya yang suka dan tertarik pada baju Ustadz Arifin Ilham yang dibelikan mamanya. Setelah temannya berterus terang pada Arifin Ilham, Ustadz Arifin Ilham memberikannya baju tersebut. Sampai saat ini, Ustadz Arifin Ilham selalu membiasakan bersedekn setiap hari sebagai zakat amaliah dari zikir tobatnya.7

Keempat, ikhlas. Ikhlas adalah inti dari ibadah. Tanpanya ibadah tidak akan bernilai dihadapan Allah. Walaupun sifat ikhlas merupakan pekerjaan hati dan sangat rahasia, akan tetapi efeknya dapat dilihat dari perilaku seseorang. Diantara hasil pengamatan penulis terhadap cermin atau refleksi keikhlasan Ustadz Arifin Ilham dalam berdakwah, dapat diterka dari adanya tarif yang dikenakan pada setiap ceramah dan zikirnya. Bahkan di satu acara halal bihalal pada salah satu jamaahnya, Ustadz Arifin Ilham tidak meminta imbalan apapun. Informasi ini didapat dari

6

Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 32

7


(52)

jamaah yang mengadakan acara tersebut dan ketiadaan ujrah tersebut telah disampaikan pada hari sebelum pelaksanaan acara. Ustadz Arifin Ilham dalam beberapa kesempatan selalu menyampaikan bahwa yang beliau cari adalah ridha Allah dan surge-Nya. Memang benar, da’i muda ini tidak menggantungkan hidupnya dari hasil zikir dan ceramahnya. Sebagaimana telah diungkapkan sebelmnya, dia punya usaha sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.8

Kelima, sederhana. Pada pagi hari seusai sholat subuh, penulis sempat berbincang-bincang di rumahnya yang memang cukup sederhana untuk seseorang yang punya penghasilan Ustadz Arifin Ilham. Salah satu isi perbincangan tersebut ialah mengenai kesederhanaan dan kemewahan. Menurut Ustadz Arifin Ilham memanfaatkan kemewahan dalam Islam tidak dilarang. Tetapi, dia lebih memilih kesederhanaankarena itu gaya hidup Nabi dan sahabatnya. Adapun dua rumah yang dimilikinya, salah satunya adalah hadiah dari jamaahnya dan dipergunakan tamu yang menginap untuk mengikuti acara zikir keesokan harinya. Begitu pula dengan dua mobil, salah satunya merupakan hadiah dari kolega perusahaannya dan dipergunakan untuk kepentingan dakwah, sedangkan yang satunya lagi digunakan untuk kepentingan keluarga.9

Keenam, rendah hati. Dalam setiap kesempatan Ustadza Arifin Ilham selalu mengatakan bahwa di majelis Al-dzikra yang dipimpinnya, beliau tidak berkedudukan sebagai mursyid atau guru. Dia selalu menegaskan

8

Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah,

9


(53)

43

bahwa Ustadz Arifin Ilham sama seperti jamaah lai yang masih butuh belajar. Oleh karena itu pada setiap pengajian malam Rabu, yang dia sebut sebagai malam terbiah, Ustadz Arifin belajar bersama-sama dengan para jamaah kepada seorang Ustadz yang mengisi pengajian yang terdiri dari para pakar keagamaan sebagai Pembina sekaligus pengawas majelis dan Ustdaz Arifin Ilham. Dari situlah kerendahan hatinya sebagai seorang pemimpin majelis zikir dapat terlihat.10

Ketujuh, terbuka untuk dikritik. Hal ini sebetulnya merupakan konsekuensi logis dari kerendahan hatinya, sebab Ustadz Arifin Ilham sendiri betul-betul menyadari akan kebutuhan dan kekurangan ilmu yang dimilikinya. Kendatipun, Ustadz Arifin Ilham merupakan sosok yang gemar belajar, banyak membaca, dan dia juga menguasai bahasa Arab dan Inggris. Jadi, sebetulnya cukup mumpuni dalam bidang keagamaan.

Namun itulah sosok da’i yang rendah hati. Beliau selalu bersikap ramah

dan senang menerima kritik setajam apapun, karena baginya kritik itu bisa mengingatkan dan memacu untuk terus belajar.11

4. Karya-Karya Ustadz Arifin Ilham

Dalam kurun waktu yang tidak lama di tengah-tengah kesibukan dalam memimpin majelis zikir, Ustadz Arifin Ilham dapat menerbitkan beberapa buku diantaranya: hakikat zikir (jalan taat menuju Allah), dalam buku ini memberikan panduan, kiat-kiat untuk mensucikan jiwa, yang pada akhirnya bermuara pada satu titik akhir adalah bahwa naungan ridha

10

Endang Mitarja, Arifin Ilham; Tarekat, Zikir, dan Muhammadiyah, h. 44.

11


(54)

Allah. Menggapai kenikmatan zikir (fenomena Muhammad Arifin Ilham dan majelis zikir Al-zikra), buku ini mengupas tentang perjalanan hidup dan aktifitas Ustadz Arifin Ilham serta Majelis zikir Al-zikra yang beliau pimpin. Indonesia Berzikir (risalah anak bangsa untuk negeri tercinta), renungan-renungan zikir, amalia zikir taubat, mendirikan mata hati.

B. Profil Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM)

1. Sejarah Berdirinya FIDIKOM

Sebelum berdirinya sebagai fakultas, fakultas Ilmu Dakwa dan Ilmu Komunikasi mulanya adalah sebuah jurusan di Fakultas Ushuluddin. Setelah menginduk kurang lebih 25 tahun, maka pada tahun 1989 Jurusan Dakwah memisahkan diri dan mandiri sebagai sebuah fakultas. Pada saat berdiri, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi memiliki dua jurusan: Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Pada tahun akademik 1997-1998, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi membuka Jurusan Menejemen Dakwah (MD). Setahun kemudian tepatnya tahun akademik 1998-1999, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi membuka Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI).

Semakin besarnya tuntutan kebutuhan terhadap sarjana-sarjana Muslim yang memiliki kemampuan dalam menangani masalah-masalah sosial maka pada tahun akademik 2003-2004, Fakultas Ilmu Dakwah dan


(55)

45

Ilmu Komunikasi membuka Konsentrasi Kesejakteraan Sosial (Kessos) di bawah jurusan PMI. Pada tahun akademik 2003-2005, sejalan dengan semakin besarnya minat calon mahasiswa KPI khususnya untuk bidang komunikasi dan media massa, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi membuka Konsentrasi Jurnalistik yang berada dibawah jurusan KPI.

Dari namanya sudah jelas bahwa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi bertugas menghasilkan ahli-ahli dakwah yang kompeten dan siap mengabdi kepada masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Fakultas ini berusaha mengenbangkan ilmu dakwah dan menerapkannya dalam konteks tempat dan zaman. Jurusan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi telah banyak melahirkan alumni yang diakui kapabilitas dan reputasinya di tengah masyarakat.12

2. Visi dan Misi FIDIKOM

Visi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi adalah: “menjadikan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai pusat keunggulan dalam kajian ilmu-ilmu dakwah, mengembangkan masyarakat Islam dan

komunikasi kotemporer”. Sedangkan misinya adalah:

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pelajaran yang berkualitas dan mumpuni dalam ilmu dakwah dan komunikasi.

b. Melakukan penelitian yang berkualitas dalam rangka mengembangkan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi, dan mempublikasikannya, baik nasional, regional dan internasional.

12


(56)

c. Melakukan pengabdian kepada masyarakat secara konsinsten dan berkesinambungan dalam rangka mengamalkan ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.

d. Mengembangkan spiritual, moral dan etika pembangunan bangsa. e. Melakukan secara aktif kerjasama yang produktif dengan lembaga dan

instansi terkait, baik dalam maupun luar negeri untuk kepentingan pengembangan dakwah dan masyarakat Islam.

f. Melakukan pembinaan akhlak mulia, kreatifitas dan life skill mahasiswa.

g. Menjalin silaturahmi secara intensif dengan alumni dan wali mahasiswa untuk membangun kejayaan fakultas.13

3. Sejarah Singkat Jurusan KPI

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) atau yang biasa juga disebut Program Studi KPI merupakan salah satu dari enam jurusan yang berada pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif HIdayatullah Jakarta.

Awal mula jurusan KPI bernama Jurusan Penerangan dan Penyiaran Agama (PPA) dan pertama kali dibuka pada tahun akademik 1990/1991. Juran PPA merupakan jurusan yang mengiringi dibukanya Fakultas Dakwah di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fakultas Dakwah adalah fakultas yang merupakan pengembangan dari Jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah yang mengacu kepada rencana kemajuan dan kebutuhan IAIN ke depan. Hal

13

Tim Penyusun, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012, h. 175


(57)

47

demikian juga merupakan konsekwensi dari terbitnya Surat Keputusan Presiden RI. Nomor 9 tahun 1987 tanggal 22 April 1987 yang menyatakan, bahwa pada 14 tempat IAIN yang ada di Indonesia, yang memiliki Fakultas Dakwah berada pada 9 tempat, yaitu: IAIN Sunan Kalijogo di Jogjakarta, Syarif Hidayatullah di Jakarta, Raniry di Banda Aceh, Antasari di Banjarmasin, Sunan Ampel di Surabaya, Alauddin di Ujung Padang, Imam Bonjol di Padang dan Wali Songo di Semarang.

Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tentang penyelenggaraan jurusan dan program studi IAIN Syarif Hidayatullah No. E/48/1999, Fakultas Dakwah memiliki 4 jurusan, yaitu: KPI, BPI, MD, dan PMI. Serta program ektensi.14

4. Visi dan Misi

Visi dari jurusan KPI adalah menjadika Jurusan/Program Studi KPI unggul, berdaya saing tinggi dan terdepan dalam keilmuan, keislaman, dan keterampilan dibidang komunikasidan penyiaran Islam melaui lisan, tulisan maupun media massa pada tahun 2015. Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah:

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam.

b. Melaksanakan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam.

c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka

14


(58)

mengamalkan ilmu komunikasi dan penyiaran Islam.

d. Menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga yang terkait dengan aktivitas komunikasi dan penyiaran Islam, baik lembaga negeri ataupun swasta.15

e. Mengintegrasikan keilmuan agama dan keilmuan komunikasi. 5. Tujuan dan Sasaran

Tujuan Jurusan KPI adalah:

a. Menyiapkan peserta didik memiliki ilmu komunikasi dan penyiaran Islam serta terampil berkomunikasi dan berdakwah secara professional, baik melalui lisan, tulisan ataupun dengan menggunakan media massa.

b. Menyiapkan peserta didik memahami dasar-dasar metodologi penelitian dan mampu melakukan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam guna mengembangkan bidang keilmuan dan bertindak sebagai sarjana komunikasi dan penyiaran Islam.

c. Menyiapkan peserta didik memahami masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan dan mampu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk aplikasi keilmuan yang diperoleh dalam perkuliahan.

d. Menyiapkan peserta didik memahami asas-asas pengolahan komunikasi dan penyiaran melalui media tradisional, konvensional ataupun modern dan memiliki keahlian teoritis dan praktis untuk dapat

15


(59)

49

dipergunkan dalam kompetensi dan kompetisi di dunia kerja serta mampu memangku jabatan-jabatan sesuai dengan bidang keahliannya. e. Menyiapkan peserta didik yang berkepribadian islami yang dapat

menjadi tauladan dalam kehidupan yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sasaran Jurusan KPI adalah:

a. Peserta didik memiliki pengetahuan, kepahaman, dan kemampuan teoritis dan praktis dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam secara lisan, tulisan ataupun dalam menggunakan media massa.

b. Peserta didik memahami metodologi penelitian dan dapat melakukan penelitian dalam bidang komunikasi dan penyiaran Islam sebagai kontribusi terhadap pengembangan kelimuan, kemasyarakatan ataupun kenegaraan.

c. Peserta didik dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai sumbangsih untuk membangun peradaban masyarakat, bangsa dan negara.

d. Peserta didik menjadi sarjana yang kompeten secara teoritis dan praktis dalam bidang komunikasi dan penyiaran serta mampu berkompetisi dalam mengisi lapangan kerja ataupun menciptakan lapangan kerja baru serta mampu memangku jabatan-jabatan sesuai dengan keahliannya.16

16


(60)

Profil Salah Satu Mahasiswa yang Berprestasi Dalam Organisasi

Nama : Hairul Saleh

Alamat : Pondok Pinang Timur RT 003/03

Kebayoran Lama Jakarta Selatan Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Desember 1991 Riwayat Pendidikan : 1. MI AL-Fauzain (1997-2003)

2. SMP N 87 Jakarta (2003-2006) 3. SMA N 74 Jakarta (2006-2009) 4. UIN Jakarta (2009-Sekarang)

Hobi : Badminton dan Naik Gunung

Pengalam Organisasi :

1. Pengurus Osis SMPN 87 Jakarta tahun 2004 2. Pengurus Osis SMAN 74 Jakarta tahun 2008 3. Pengurus Karang Taruna Pondok Pinang 2010 4. Pengurus BEMJ KPI Periode 2010-2011 5. Pengurus HMI Komfakda Periode 2010-2011 6. Ketua KMLA Garuda Fidkom Periode 2011-2012

7. Wakil Ketua Forum Komunikasi Alumni SMA N 74 Jakarta Angkatan 2009

8. Presiden BEM Fidkom Periode 2012-2013


(1)

(2)

Daftar Kuesioner

Pendahuluan Assalammu’alaikum wr.wb

Dengan ini saya mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta dibawah ini:

Nama : Fahrizal

Jurusan/Semester : Komunikasi Penyiaran Islam / VIII

Bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan judul Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Metode Dakwah Ustadz Arifin Ilham, penelitian tersebut dalam rangka penulisan karya Ilmiah (skripsi).

Sehubungan dengan itu, saya mohon kepada mahasiswa/i jurusan Komunikasi Penyiaran Islam kiranya berkenan mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang saya ajukan dengan sebenar-benarnya.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih Wassalammu’alaikum wr.wb

Jakarta, 3 Maret 2014

(Fahrizal) I. Pada bagian ini Anda diminta untuk menuliskan beberapa informasi

mengenai diri anda

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : lingkari salah satunya

a. Laki-laki b. Perempuan

3. Kelas :

4. Angkatan : 2011-2012

5. Latar Belakang Pendidikan: lingkari salah satunya

a. SMA/SMK b. MA/PonPes

II. Pada bagian ini Anda diminta untuk menjawab semua pertanyaan mengenai respon Anda terhadap metode dakwah Ustadz Arifin Ilham . Jawaban yang Anda berikan diharapkan sesuai dan ditulis dengan sebenar-benarnya. Beri tanda ceklis (√) pada salah satu jawaban yang tersedia dibawah ini. Keterangan


(3)

SS : Sangat Setuju S : Setuju

RR : Ragu-ragu TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju III. Daftar pernyataan

A. Pernyataan skala kognitif, afektif dan konatiF

No Pertanyaan Skala Kognitif, Afektif dan Konatif Nilai Rangking 1 Saya mendapat pengetahuan agama dari ceramah Ustadz

Arifin Ilham. 276 1

2 Ceramah Ustadz Arifin Ilham memberikan informasi

yang baik. 264 6

3 Setelah mendengar ceramah Ustadz Arifin Ilham saya

merasa tenang. 268 3

4 Saya akan menjaga sikap baik setelah mendengar

ceramah Ustadz Arifin Ilham. 264 7

5 Saya akan membiasakan diri untuk menjalankan ibadah

setelah mendengar ceramah Ustadz Arifin Ilham. 265 5 6 Saya akan lebih menahan emosi setelah mendengar

ceramah Ustadz Arifin Ilham. 244 10

7

Dengan saya mendengarkan ceramah Ustadz Arifin Ilham, saya dapat mengetahui mana yang dilarang dan mana yang tidak dilarang.

264 8

8 Saya menyukai bahasa Ustadz Arifin Ilham yang

lembut. 271 2

9 Saya menyukai sikap Ustadz Arifin Ilham yang ramah. 227 11 10 Ustadz Arifin Ilham mengingatkan agar kita tidak

berbuat dosa dan menjalankan amal yang baik. 253 9 11 Saya akan berprasangka baik kepada orang lain setelah

mendengar ceramah Ustadz Arifin Ilham 267 4

JUMLAH 2331 11


(4)

Hasil angket pada skala Kognitif, Afektif dan Konatif

No Jenis Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 JUMLAH

1 Perempuan 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 45

2 Perempuan 5 4 4 3 2 4 4 3 3 3 2 40

3 Perempuan 5 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 43

4 Perempuan 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 49

5 Perempuan 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 52

6 Perempuan 5 4 4 2 4 4 2 4 4 5 3 44

7 Perempuan 4 4 5 4 4 3 5 5 4 5 4 49

8 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 43

9 Perempuan 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 48

10 Perempuan 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 54

11 Perempuan 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 52

12 Perempuan 4 5 3 3 4 1 5 5 3 3 5 46

13 Perempuan 5 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 45

14 Perempuan 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 55

15 Perempuan 3 5 5 5 5 2 5 5 4 5 4 49

16 Perempuan 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 48

17 Perempuan 4 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 41

18 Perempuan 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 46

19 Perempuan 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 53

20 Perempuan 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 57

21 Perempuan 4 4 5 4 4 3 5 5 4 5 5 50

22 Perempuan 4 4 4 4 3 2 3 4 3 2 1 35

23 Perempuan 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 47

24 Perempuan 5 4 2 4 4 4 2 4 4 5 4 44

25 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45

26 Perempuan 5 4 4 4 3 2 3 4 3 2 4 41


(5)

28 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 47

29 Perempuan 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 55

30 Perempuan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 48

31 Perempuan 5 5 5 5 5 4 5 4 2 4 4 52

32 Perempuan 5 4 4 4 4 2 4 4 3 5 5 47

33 Perempuan 5 4 4 4 4 2 4 4 3 5 5 47

34 Laki-laki 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 49

35 Laki-laki 4 4 5 4 5 4 5 5 4 3 5 50

36 Laki-laki 5 4 5 5 5 4 4 5 2 5 5 54

37 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 52

38 Laki-laki 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5 55

39 Laki-laki 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 52

40 Laki-laki 4 4 3 5 4 3 3 4 2 4 4 44

41 Laki-laki 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 5 46

42 Laki-laki 5 4 5 4 4 4 2 4 3 5 4 48

43 Laki-laki 4 4 4 5 5 4 5 4 3 2 4 47

44 Laki-laki 4 4 4 5 5 4 5 4 3 2 4 46

45 Laki-laki 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 50

46 Laki-laki 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 5 45

47 Laki-laki 5 4 2 2 2 4 2 4 2 4 4 40

48 Laki-laki 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 4 52

49 Laki-laki 5 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 48

50 Laki-laki 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59

51 Laki-laki 5 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 51

52 Laki-laki 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 57

53 Laki-laki 4 4 5 5 5 5 5 4 4 3 4 51

54 Laki-laki 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 56

55 Laki-laki 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 47

56 Laki-laki 5 4 5 4 4 5 5 4 3 5 5 52

57 Laki-laki 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 58

58 Laki-laki 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 56

59 Laki-laki 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 55


(6)

61 Laki-laki 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 59

62 Laki-laki 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 57