kelompok kecil yang diberdasarkan profesi, kedudukan sosial dan lain-lain. Yang membentuk batasan-batasan di dalam pergaulan hidup.
Ciri-ciri masyarakat kota yang menonjol keempat adalah, kemungkinan- kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh oleh
warga kota daripada warga desa, karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut diatas. Penulis memahami peluang terbesar untuk mendapatkan pekerjaan
kemungkinan lebih banyak diperoleh masyarakat kota, hal itu terjadi karena terbentuknya batasan-batasan pergaulan hidup yang disebutkan pada point
sebelumnya. Lalu yang kelima, jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan, menyebabkan interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
Berikutnya, jalan kehidupan yang cepat di kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. Ciri yang menonjol terakhir, perubahan-perubahan sosial tampak dengan
nyata di kota-kota, karena kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara golongan tua dengan golongan
muda, oleh karena golongan muda yang belum sepenuhnya terwujud kepribadiannya, lebih senang mengikuti pola-pola baru dalam kehidupan.
41
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Dakwah
Menurut Faizah dalam bukunya Psikologi Dakwah sejarah dakwah merupakan suatu proses yang mencakup segala aspek kehidupan umat lintas sosial, kultural,
dan geografis. Ia juga menyebutkan bahwa sejarah dakwah dibagi dalam empat periode, yaitu:
55
Pertama, Periode Sebelum Nabi Muhammad. Para ahli sejarah Islam sepakat bahwa semenjak Nabi Nuh sampai Nabi Isa merupakan da
’i utusan Allah yang mengajak kepada ketauhidan, memerangi kemusyrikan, menyuruh kepada
ketaatan, dan mencegah perbuatan maksiat. Penulis memahami bahwa dakwah para nabi pada periode ini lebih bersifat
lokal, di mana para nabi diutus hanya kepada kaum tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kecenderungan masing-masing kaum. Dalam menjalankan
dakwah, para nabi dibekali dengan kemampuan luar biasa yang disebut dengan mu’jizat sebagai legitimasi kebenaran yang mereka bawa.
Kedua, periode Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyddin. Pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi dalam dua fase, yaitu; fase Mekkah dan fase Madinah.
Pada fase Mekah Nabi Muhammad berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Setelah tiga tahun lamanya, beliau mendapat perintah dari Allah untuk berdakwah
55
Faizah, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media, 2006 cet ke-1, hal 19-27
secara terang-terangan. Di mekkah Nabi Muhammad melakukan beberapa langkah penting untuk kelanjutan dakwah Islam seperti; konsentrasi terhadap
pendidikan, penerapan nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, dan memperdalam arti solidaritas antar sesama muslim.
Penulis memahami pada fase Madinah ini dimulai ketika beliau mendapat wahyu untuk hijrah ke Madinah karena beliau beserta para pengikutnya akan
dibunuh oleh orang-orang Quraisy. Di Madinah Rasulullah tetap berkonsentrasi menyampaikan risalah Islam melalui ayat-ayat al-
Qur’an, mendirikan masjid, mengajarkan makna-makna al-
Qur’an, menegakkan hukum-hukum syariat, dan lain-lain.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dakwah diteruskan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib atau yang lebih
dikenal dengan masa Khulafaurrasyddin. Penulis berpendapat bahwa pada masa ini dakwah yang digencarkan semakin bergairah, baik berupa gerakan keilmuan
atau pendidikan dan pembelajaran, karena pada periode ini al- Qur’an pertama kali
di kumpulkan yaitu tepatnya pada masa Abu Bakar. Ketiga, periode Umayyah, Abasiyyah, dan Utsmani. Pada periode ini dakwah
Islam semakin luas dengan semakin banyaknya daerah yang dapat ditaklukkan seperti Asia kecil, Romawi, Afrika Utara, Andalusia, dan lain-lain. Penulis
berpendapat bahwa kenapa pada masa ini sangat berkembang karena pada masa ini para ulama-ulama ahli fiqh, tafsir, dan hadis dikirim ke daerah-daerah yang
telah ditaklukan untuk menyebarkan menjelaskan ajaran-ajaran agama Islam pada kehidupan sehari-hari.
Periode yang terakhir yaitu, pada periode modern. Secara garis besar proses dakwah pada periode ini baik yang berupa penyampaian tabligh dan penyebaran
Islam serta kegiatan belajar masih tetap berjalan walaupun proses dakwah masih mendapatkan pertentangan. Pada masa ini penulis berpendapat bahwa pergerakan
dakwah yang dilakukan mengambil bentuk yang bermacam-macam, ada yang berderak secara individu maupun ada pula yang secara berkelompok. Ada yang
berupa institusi formal maupun nonformal serta sarana dan prasarana yang berbeda-beda.
B. Perkembangan kajian dakwah di Indonesia
Perkembangan dakwah Islam di Indonesia pada dasarnya sejalan dengan masuknya Islam di Indonesia yaitu pada sekitar abad 7 Masehi atau abad pertama
Hijriah. Pekembangan dakwah di Indonesia banyak dilakukan oleh organisasi keagamaan yang berorientasi kepada pengembangan agama Islam di berbagai
kalangan masyarakat. Adapun organisasi Islam di Indonesia yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, dan sosial menurut Samsul Munir Amin, antara
lain:
56
Jam’iyatul Khair didirikan oleh Sayyid Syihab bin Syihab 1905, Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan 1912, Al-Irsyad oleh Syaikh Ahmad
Syurkati 1913, Nahdlatul Ulama NU oleh K.H. Hasyim Asy’ari 1926, Persatuan Umat Islam PUI oleh K.H. Abdul Halim 1911, Persatuan Islam
56
Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah Jakarta: AMZAH, 2013 cet. ke-2, hal. 44
Persis oleh K.H. Zamzam 1923, Syarikat Islam SI oleh HOS Cokroaminoto 1911, Persatuan Tarniyah Islamiyyah PERTI oleh Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli
1928, bahkan sekarang terdapat organisasi seperti Majelis Ulama Indonesia MUI, Majelis Dakwah Islamiyyah MDI.
Berdasarkan pemahaman penulis, aktivitas dakwah di Indonesia tidak terlepas dari adanya organisasi yang berorientasi Islam. Oraganisasi itu sendiri tumbuh
kembang di tengah masyarakat serta bergerak tidak hanya di bidang dakwah, melainkan merangkap pada bidang sosial dan budaya. Bahkan pada belakangan
ini organisasi Islam yang berada di Indonesia mulai merambah masuk pada kawasan politik.
Tidak hanya berdirinya organisasi yang berorientasikan Islam, secara akademisi kajian mengenai ilmu dakwah di Indonesia dimulai sejak tahun 1950,
semenjak adanya Pergutuan Tinggi Agama Islam. Kemudian dibukanya Jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuluddin PTAIN IAIN pada tahun 1960. Pada sekitar
tahun 1960-an juga muncul suatu kelompak dakwah yang tergabung dalam Perguruan Tinggi Dakwah Islam PTDI.
C. Profile Ustadz Muhammad Arifin Ilham
Ustadz Muhammad Arifin Ilham atau yang lebih dikenal dengan nama ustadz Arifin Ilham merupakan anak ke-2 dari pasangan Bapak H. Ilham Marzuki dan
Ibu Hj. Nurhayati. Da’i yang lahir di Banjarmasin 8 Juni 1969 ini merupakan satu-satunya anak lelaki di antara ke-empat saudarinya. Pada saat berumur dua
tahun Arifin hampir meninggal karena terseret arus sungai yang deras dan dalam.