11 Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang layak untuk meneliti
faktor yang dapat mempengaruhi return on asset perbankan Syariah di Indonesia dengan mengambil tema
“Analisis Inflasi, Gross Domestic Product GDP Dan
Non Performing Financing NPF, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO dan
Net Margin NM terhadap Return On Asset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010 - 2013
”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh secara parsial Inflasi terhadap ROA return on asset
Perbankan Syariah?
2. Bagaimana pengaruh secara parsial GDP gross domestic product terhadap
ROA return on asset Perbankan Syariah?
3. Bagaimana pengaruh secara parsial NPF non performing financing
terhadap ROA return on asset Perbankan Syariah?
4. Bagaimana pengaruh secara parsial BOPO biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap ROA return on asset Perbankan
Syariah?
5. Bagaimana pengaruh secara parsial NM net margin terhadap ROA return
on asset Perbankan Syariah?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi, GDP gross domestic pruduct, NPF non performing financing, BOPO biaya operasional dan pendapatan
operasional dan NM net margin secara simultan terhadap ROA return on
asset Perbankan Syariah?
12
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah, selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis pengaruh secara parsial antara Inflasi terhadap ROA return
on asset Perbankan Syariah.
2. Menganalisis pengaruh secara parsial antara GDP gross domestic product
terhadap ROA return on asset Perbankan Syariah.
3. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NPF non performing financing
terhadap ROA return on asset Perbankan Syariah.
4. Menganalisi pengaruh secara parsial antara BOPO biaya operasional dan pendapatan operasional terhadap ROA return on asset Perbankan
Syariah.
5. Menganalisi pengaruh secara parsial antara NM net margin terhadap ROA
return on asset Perbankan Syariah.
6. Menganalisis pengaruh Inflasi, GDP gross domestic pruduct, NPF non performing financing, BOPO biaya operasional dan pendapatan
operasional dan NM net margin secara simultan terhadap ROA return on
asset Perbankan Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
13
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini merupakan sarana untuk memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam menganalisis pengaruh
Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin secara parsial dan
simultan terhadap return on asset Perbankan Syariah. b. Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan laba serta dapat dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
masalah ini. c. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh inflasi, gross
domestic product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset.
2. Manfaat Praktis
a. Menganalisis pengaruh Inflasi, gross domestik product, non performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional dan net margin
secara parsial dan simultan terhadap return on asset Bank Syariah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perkembangan
sektor Bank Syariah. b. Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau kebijakan
perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah.
14 c. Dapat meningkatkan kesadaran pentingnya menabung terutama di bank
Syariah, karena lebih banyak manfaat, keuntungan yang didapat dibanding mudharatnya dari produk-produk yang di tawarkan baik bagi
yang ingin menginvestasikan uangnya atau sekedar menyimpan uangnya kepada
khususnya masyarakat
Indonesia yang
mayoritas muslimmuslimah.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Dunia ekonomi dalam Islam adalah dunia bisnis atau investasi hal ini bisa dicermati mulai dari tanda-tanda eksplisit untuk melakukan
investasi ajakan bisnis dalam Al Quran dan sunah hingga tanda - tanda implisit untuk menciptakan sistem yang mendukung iklim investasi
adanya sistem zakat sebagai alat disentif atas penumpukan harta, larangan riba untuk mendorong optimalisasi investasi, serta larangan
maysir atau judi dan spekulasi untuk mendorong produktivitas atas setiap investasi. Ascarya, 2011:1.
Perkembangan ekonomi Islam ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah yang menggunakan sistem bagi hasil
atau non riba dan pemerintah mewajibkan bagi setiap bank memiliki dewan pengawas syariah yang berhak menentukan setiap produk sesuai
prinsip syariah atau tidak Suwiknyo, 2010:1. Menurut Ascarya 2011:1 secara makro bank syariah adalah
institusi keuangan yang memposisikan dirinya sebagai pemain aktif dalam mendukung dan memainkan kegiatan investasi di masyarakat
sekitarnya. Dalam kacamata mikro bank syariah adalah institusi keuangan yang menjamin seluruh aktivitas investasi yang menyertainya
telah sesuai dengan syariah.
16 Kebijakan pemerintah terhadap perbankan syariah di ndonesia
terdapat dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan pada ketentuan umum. Berdasarkan kebijakan tersebut menyatakan
bahwa Prinsip Perbankan Syariah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam
adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil.
Bentuk utama produk bank syariah terutama menggunakan pola bagi hasil, sesuai dengan karakteristiknya. Selain pola bagi hasil bank
syariah juga memiliki produk-produk pendanaan dan pembiayaan dengan pola non bagi hasil Ascarya, 2011:2.
b. Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokan menjadi tiga kelompok, yaitu produk penghimpunan dana,
produk penyaluran dana dan produk jasa. Penjelasan selengkapnya sebagai berikut Suwiknyo, 2010:20-40:
1 Produk Penghimpunan Dana a Prinsip
Wadi‟ah Prinsip
Wadi‟ah implikasi hukumnya sama dengan qardh, di mana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank
bertindak sebagai yang meminjam
17 b Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpanan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib, dana ini
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun syirkah. Berdasarkan kewenangan penggunaan dana, prinsip
mudharabah dibagi menjadi: 1 Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana
yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. 2 Mudharabah Muqayadah On Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus restricted investment di mana pemilik dana dapat menetapkan
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. 3 Mudharabah Muqayadah Off Balance sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana
bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha.
2 Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan
menjadi tiga model, yaitu transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli, transaksi
18 pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan
dengan prinsip sewa dan transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang
dan jasa. 3 Produk Jasa
Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn, al- qardh, al-wakalah dan al-khafalah.
2. Return On Asset ROA
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan operating asset. Operating Asset adalah semua aktiva kecuali
investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok
perusahaan. ROA return on asset adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang
dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari
modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan laba Hakim, 2006:19. ROA return on asset; Rasio ini
sering juga disebut sebagai return on investment. Hasil pengembalian investasi atau lebih di kenal dengan nama return on investasi atau return on
total asset merupakan rasio yang menunjukan hasil return atas jumlah
19 aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu
ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola investasinya. Disamping itu hasil dari pengembalian investasi menunjukan produktivitas
dari seluruh dana perusahaan, baik dalam modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil rendah rasio ini semakin tidak baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas dari seluruh perusahaan Kasmir, 2008:201.
Menurut Tandelilin 2001:241, Dari sudut pandang para investor adalah salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di
masa yang akan datang dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan oleh investor disuatu perusahaan memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang
disyaratkan investor. ROA return on asset adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak
untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki oleh perusahaan. ROA yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam
kondisi negatif pula atau rugi. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu untuk menghasilkan
laba Hakim, 2006:19. Rasio
ini mengukur
seberapa efektif
perusahaan dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada untuk menghasilkan laba. Untuk menghitung ROA digunakan rumus Handoko, 2008:32.
20
3. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara unun selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat
diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk
konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, perumahan, bahan bakar, layanan kesehatan dan listrik Madura, 2007:128.
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut
sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi
penurunan daya beli yang dialaminya Tandelilin, 2010:103. Kasmir 2010:40 menyatakan inflasi adalah proses kenaikan harga
barang secara umum dan terus menerus dalam waktu periode yang diukur dengan menggunakan indeks harga. Tingkat pengembalian investasi saham
berkorelasi positif dengan nilai rill dan tingkat pengembalian investasi berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga dan inflasi. Indeks harga
dalam mengukur inflasi antara lain: a indeks harga konsumen, digunakan untuk mengukur biaya - biaya barang dan jasa yang dibeli untuk menunjang
kebutuhan hidup sehari – hari dengan perubahan indeks harga dari tahun
ketahun. b indeks perdagangan besar, merupakan usaha yang menitik beratkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan besar. Ini berarti
harga bahan mentah atau bahan jadi masuk dalam perhitungan indeks harga,
21 dan c gross net product GNP deflator, merupakan suatu jenis indeks
harga yang sangat berbeda dengan dua jenis indeks di atas yang mencangkup dalam jumlah barang dan jasa yang jumlah perhitungannya
menjadi lebih banyak dibanding dengan dua indeks di atas. Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan yang
menghasilkan produk dengan meningkatkan harga dari perlengkapan dan bahan baku. Upah juga dapat dipengaruhi oleh inflasi. Tingkat inflasi yang
lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan yang lebih besar lagi dalam beban operasi suatu perusahaan. Pendapatan suatu perusahaan juga tinggi
selama periode inflasi tinggi karena banyak perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi
Madura, 2007:128. Tingkat inflasi dapat berpengaruh positif maupun negatif tergantung
pada derajat inflansi itu sendiri, inflasi yang berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat membuat perusahaan
mengalami kebangkrutan. Jadi dapat disimpulkan bahwa inflasi yang tinggi akan menjaruhkan harga saham di pasar. Sementara yang sangat rendah
akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lamban, dan pada akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pekerjaan yang sulit
adalah menciptakan tingkat inflasi yang dapat menggerakan dunia usaha menjadi semarak, pertumbuhan ekonomi dapat menutupi pengangguran,
perusahaan memperoleh keuntungan yang memadai, dan harga saham bergerak normal Samsul, 2006:201.
22 Inflasi dapat dirumuskan sebagai kenaikan harga umum, yang
bersumber pada terganggunya keseimbangan antara arus uang dan arus barang Gilarso, 2004:200. Angka inflasi dihitung oleh badan pusat statistik
dari persentase perubahan indeks harga konsumen IHK pada suatu saat dibandingkan dengan IHK pada periode sebelumnya. IHK adalah
perbandingan relative dari harga suatu paket barang dan jasa pada suatu saat dibandingkan dengan harga-harga barang dan jasa tersebut pada tahun dasar,
dan dinyatakan dalam persen Gilarso, 2004:201. Rumus yang digunakan untuk mencari Inflasi adalah sebagai berikut Gilarso, 2004:201:
4. Gross Domestic Bruto GDP
Gross Domestic Product GDP merupakan nilai moneter semua barang dan jasa jadi yang diproduksi dalam sebuah Negara pada periode
tertentu, gross domestic product GDP biasanya dihitung dengan basis tahunan dan termasuk semua konsumsi swasta dan publik, pembiayaan
pemerintah, investasi dan ekspor dikurangi impor Ma’ruf, 2009:145.
Produk Domestik Bruto GDP merupakan indikator makro ekonomi yang juga mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik, maka akan
diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung saving juga ikut meningkat. Peningkatan saving ini akan
mempengaruhi profitabilitas bank syariah Sukirno, 2003:54. Ukuran keberhasilan suatu Negara dapat dilihat dari pertubuhan
pendapatan domestic bruto PDB. Dengan PDB yang tumbuh secara
23 sustainable berarti perekonomian mampu menghasilkan produk yang
semakin besar secara aggregate melalui penggunaan sumber daya yang optimal. Artinya adalah dengan meningkatkan PDB unemployment rate
semakin menurun dan tingkat kemakmuran yang semakin baik. Tanpa dukungan perbankan, hamper dapat dipastikan bahwa tujuan untuk
mencapai kemakmuran ini mustahil dapat dilakukan Aviliani, 2007:84. Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto adalah jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat suatu Negara dalam periode tertentu. Produk domestik bruto atau GDP dalam
penelitian ini adalah PDB atas harga konstan. Rumus yang digunakan untuk mencari PDB adalah sebagai berikut Sahara, 2013:5:
5. Non Performing Financing NPF
NPF merupakan masalah berbahaya bagi perbankan nasional. Salah satu faktor yang saat ini lebih berperan dalam masalah NPF adalah dampak
krisis multidimensional yang dimulai pada 1997-1998 hingga sekarang masih menyebabkan banyak debitur bank, baik di segmen corporate,
commercial, maupun consumer belum mampu menyelesaikan pembiayaan macetnya. Selain itu faktor lain yang jauh lebih penting adalah kurangnya
kemauan dan itikad baik dari debitur. NPF merupakan rasio yang menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan
yang diberikan oleh bank Giannini, 2012:3. Non performing financing NPF merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non
24 performing financing adalah perbandingan antara total pembiayaan
bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur. Rasio non performing financing analog dengan non performing loan pada bank
konvensional. Karena pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman namun menggunakan istilah pembiayaan. NPL mencerminkan risiko kredit,
semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank Pratiwi, 2012:4.
Non performing financing NPF yang analog dengan non performing loan NPL merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi
bank, semakin tinggi non performing loan NPL, menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus
memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank
Riyadi, 2006:45. Kenaikan suku bunga juga merupakan beban tambahan yang akan
memperburuk posisi NPF akibat penyesuaian aturan kolektibilitas PBI 722005 yang diterapkan BI mulai tahun 2005. Meningkatnya NPF
selanjutnya akan mengurangi jumlah modal bank, karena pendapatan yang diterima bank digunakan untuk menutupi NPF yang tinggi. Selain itu,
meningkatnya NPF akan mempengaruhi bank dalam menyalurkan pembiayaan pada periode berikutnya. Hasbi 2011 menuliskan rasio NPF
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
25
6. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO
BOPO biaya operasionalpendapatan operasional dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank ROA. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap peningkatan
biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas ROA bank
yang bersangkutan Siamat, 2005:102. Biaya operasional dan pendapatan operasional merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai seberapa jauh efektivitas operasi dan efisiensi lembaga keuangan mikro semakin kecil biaya operasional dan pendapatan
operasional BOPO maka akan semakin baik Iqbal, 2010:148. Menurut Bank Indonesia standar terbaik BOPO adalah antara 85 - 92. Indikator
ini mempunyai bobot 15 Rangkuti, 2011:103. Menurut Loen dan Ericson 2007:121 menyatakan bahwa biaya
operasional dan pendapatan operasional BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Hariyani 2010:55 yang menyatakan bahwa biaya operasional dan pendapatan
26 operasional BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional, semakin kecil rasio ini maka akan
semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan
operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. BOPO adalah rasio perbandingan antara
Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena
lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan Pratiwi, 2012:7.
BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
Hendrayanti dan Muharam, 2013:3. Untuk menentukan BOPO diperlukan rumus perhitunganya, adapun rumus untuk menentukan BOPO adalah
sebagai berikut Martono, 2010:92:
27
7. Net Margin NIM
Net margin
NM dijadikan
variabel independen
yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank ROA. Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut
dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank ROA akan meningkat. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen Bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih Hariyani, 2010:54.
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank Hasibuan, 2007.
NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam
menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan Mahardian, 2008.
Rasio net margin NM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil
Angel dan Pusung, 2014:4.
28
8. Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
Berdasarkan teori dan pemahaman mengenai faktor pengaruh return on asset, maka keterkaitan variabel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset ROA
Inflasi adalah suatu kondisi ketika tingkat harga meningkat secara terus menerus dan mempengaruhi Individu, dunia usaha dan pemerintah.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus, dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus
menerus dan saling mempengaruhi.. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman
sukarela atau pinjaman paksa,memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan deposito pihak-pihak partikulir
bukan punya pemerintah yang ada dalam bank-bank, serta penurunan pengeluaran pemerintah Utomo, 2008:7.
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya asset, karena dengan inflasi yang tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat,
sehingga akan mengurangi asset yang dimiliki perusahaan. Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah
29 diinvestasikan. Oleh karena itu, risiko inflasi juga bisa disebut sebagai
risiko daya beli. Jika inflasi mengalami peningkatan, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan
daya beli yang dialaminya Tandelilin, 2010:103. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh
Sahara 2013 dan Kalengkongan 2013 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel inflasi
terhadap return on asset.
b. Pengaruh Gross Domestic Bruto GDP terhadap Return On Asset
ROA
Sebagaimana yang dijelaskan di atas bahwa Produk Domestik Bruto mengambarkan peningkatan pendapatan oleh masyarakat.
Perekonomian mengalami pertumbuhan apabila balas jasa faktor produksi tersebut pada suatu masa tertentu lebih besar dari periode
sebelumnya. Hal ini berarti faktor produksi yang dimilki masyarakat tersebut
memberikan return
yang meningkat
sehinga tingkat
kesejahteranya mengalami
peningkatan. Dengan
meningkatnya kesejahteran melalui pendapatan masyarakat yang meningkat, maka
tingkat konsumsi atas produk yang dihasilkan perusahan akan meningkat sehinga akan berdampak pada peningkatan penjualan perusahan yang
pada akhirnya meningkatkan laba perusahan. Dengan demikian akan
30 meningkatkan ROA. Sehinga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi
PDB berpengaruh positf terhadap Return on Asets. Artinya jika PDB meningkat maka ROA juga meningkat. Dan sebaliknya jika PDB
mengalami penurunan maka ROA juga akan menurun Sahara, 2013:4. Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel
yang berbeda beda telah membuktikan bahwa gross domestic bruto mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang
diungkapkan oleh Sahara 2013 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel gross domestic
bruto terhadap return on asset.
c. Pengaruh Non Perfoming Financing NPF terhadap Return On Asset
ROA
Perkembangan pemberian pembiayaan yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila pembiayaan yang
diberikanya ternyata menjadi bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibanya untuk membayar
angsuran cicilan pokok pembiayaan beserta bagi hasil yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian pembiayaan
Deandawijawa, 2005:81. NPF
Non-Perfoming Financing
merupakan tingkat
pengembalian pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut.
31 NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan lancer terhadap
total pembiayaan Deandawijaya, 2005:82. Deandawijaya 2005:82-83 mengatakan terdapat beberapa
implikasi bagi pihak bank sebagai akibat timbulnya pembiayaan bermasalah tersebut yaitu, 1 hilangnya kesempatan untuk memperoleh
income pendapatan dari kredit yang diberikanya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas
bank, 2 rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal BDR bad debt ratio menjadi semakin besar yang menggambarkan
terjadinya situasi memburuk, 3 Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan
ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR capital
adequacy ratio, 4 Return on asset ROA akan mengalami penurunan, 5 sebagai akibat dari komplikasi 2, 3 dan 4 tersebut maka akan
menurunya nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL Deandawijaya, 2005:82-83.
Secara empiris banyak penelitian dengan latar belakang sampel yang berbeda beda telah membuktikan bahwa non performing financing
mempunyai pengaruh positif terhadap return on asset seperti yang diungkapkan oleh Pratiwi 2012 dan Nugroho 2011 yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel non performing financing terhadap return on asset.
32
d. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional terhadap
Return on Asset
BOPO biaya operasionalpendapatan operasional dijadikan variable independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya
dengan tingkat risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank ROA. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,
yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil
bunga. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan
laba atau profitabilitas ROA bank yang bersangkutan Siamat, 2005:102.
Penelitian mengenai pengaruh BOPO terhadap return on asset ROA telah dilakukan peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho 2011, dalam penelitianya yang berjudul “Analisis Pengaruh FDR, NPF, BOPO, KAP dan PLO Terhadap Return On Asset Studi pada
Bank Syariah di Indonesia periode tahun 2006 – 2010”, metode yang
digunakan analisis regresi linier berganda, hasil analisis menunjukkan bahwa data FDR, NPF dan BOPO secara parsial signifikan terhadap
ROA.
33
e. Pengaruh Net Interest Margin terhadap Return on Asset
Net Margin NM dijadikan variabel independen yang mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank ROA. Rasio mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal
tersebut dapat merugikan bank. Semakin besar yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif
yang dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank ROA akan meningkat.
NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank Hasibuan,
2007. NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank
dalam menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga dari kredit yang disalurkan
Mahardian, 2008. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
dikelola oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank ROA akan meningkat. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa NIM berpengaruh
positif signifikan terhadap ROA. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Mawardi 2005 yang menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA Puspitasari, 2009:30.
34
B. Penelitian Terdahulu