Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi Terhadap Return On Asset (ROA) Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Devisi di Indonesia Periode 20

(1)

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), NET INTEREST MARGIN (NIM), BIAYA

OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DAN INFLASI TERHADAP RETURN ONASSET (ROA)

Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia (Periode 2010-2014)

Nama: Lina Trisnawati NIM: 1112081000137

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

i PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING

FINANCING (NPF), NET INTEREST MARGIN (NIM), BIAYA

OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DAN INFLASI TERHADAP RETURN ONASSET (ROA)

Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia (Periode 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh :

LINA TRISNAWATI (NIM: 1112081000137) Di Bawah Bimbingan :

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 14 Januari 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa :

1. Nama : Lina Trisnawati 2. NIM : 1112081000137 3. Jurusan : Manajemen 4. Judul Skripsi :

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Januari 2016

1. M. Hartana I Putra, M.Si NIP. 1980605 200801 1 023 2. Supriyono, SE.,MM

NIP.

3. Ir. Ela Patriana, M.M

NIP. 19690528 200801 2 010

Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) Studi kasus pada Bank Umum Syariah Devisa Periode 2010-2014.


(4)

iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 23 Maret 2016 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa : 1. Nama : Lina Trisnawati

2. NIM : 1112081000137 3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non

Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi terhadap Return On Asset (ROA) Studi kasus pada Bank Umum Syariah Devisa Periode 2010-2014.

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.

Jakarta, 23 Maret 2016

1. Ella Patriana, MM

NIP. 19690528 200801 2 010

5. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP. 19740810 201101 1 001

2. Dr. Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP. 19741127 200112 1 002 4. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si

NIP. 19740810 201101 1 001 3. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si


(5)

iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH

Yang betanda tangan dibawah ini: Nama : Lina Trisnawati NIM : 1112081000137 Jurusan : Manajemen/MIPS Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkannya.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasi atau pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Lina Trisnawati

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 November 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Rumah : Komplek Kodam Jaya No. K2/165 Rt08/Rw05. Kalideres. Jakarta - Barat No. Telp/ HP : 082299476073

Email : trisnawatilina074@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL 1999 – 2005 : SDS Kartika X-5

2005 – 2008 : SMP Negeri 204 Jakarta 2008 – 2011 : SMA Negeri 84 Jakarta

2011 – 2013 : Program Profesional Teknologi Informasi Perbankan Syariah. CEP – CCIT Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Manajemen Informasi Perbankan Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI

2005 – 2008 : Anggota Rohis SMP Negeri 204 Jakarta 2008 – 2011 : Anggota Rohis SMA Negeri 84 Jakarta


(7)

vi

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence Effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), non-performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to Operating Income (BOPO), and Inflation on Return On Asset (ROA). A Case Study of Islamic Banks in Indonesia Foreign Exchange (Period 2010-2014)

This research method is quantitative research and case study research type. Source of data used in the form of secondary data obtained from Bank Indonesia (BI), Financial Services Authority (FSA) and the quarterly financial statements of Islamic Banks foreign exchange consisting of four Islamic Banks Foreign Exchange from 2010 to 2014. The data used in the report the finance is the balance sheet and financial ratios of data. The sampling technique used in this research is purposive sampling. This study uses multiple linear regression analysis using SPSS version 21.0.

The results of this study indicate that the Capital Adequacy Ratio (CAR), non-performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Operating Expenses to Operating Income (BOPO), and inflation simultaneously affect the Return On Asset (ROA). While partially Capital Adequacy Ratio (CAR) and non-performing financing (NPF), a significant positive effect on Return On Assets (ROA) and , Operating Expenses to Operating Income (BOPO), negative and significant effect on Return On Asset (ROA). While Net Interest Margin (NIM), and inflation does not affect the Return On Asset (ROA).


(8)

vii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi terhadap Return On Asset (ROA). Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia (Periode 2010-2014)

Metode penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif dan jenis penelitiannya studi kasus. Sumber data yang digunakan berupa data sekunder dan diperoleh dari Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan laporan keuangan triwulan dari Bank Umum Syariah Devisa yang terdiri dari 4 Bank Umum Syariah Devisa dari tahun 2010 hingga 2014. Data yang digunakan dari laporan keuangan tersebut adalah neraca dan data rasio keuangan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 21.0.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi secara simultan berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan secara parsial Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing financing (NPF), berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) dan, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan Net Interest Margin (NIM) dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).


(9)

viii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah Hirabbil Alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT atas karunia, rahmat, dan kasih sayang-NYA kepada kita semua. Dan tak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Berserta keluarga dan sahabat – sahabatnya. Atas rahmat dan keridhaan dari Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),

Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi Terhadap

Return On Asset (ROA). Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Devisa di Indonesia (Periode 2010-2014)”dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Mananjemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis juga menyadari sejak awal penulisan skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak baik secara moril, maupun materil. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus hati ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas rahamat dan keridhaan-Nya sehingga penulis dapat menyelasikan skripsi ini.


(10)

ix 2. Spesial teruntuk kedua orang tuaku tercinta yaitu Ibu Mulyaningsih dan Bapak Patoni yang tidak pernah lelah dan selalu sabar memberikan do’a, semangat, motivasi, dan kasih sayangnya kepada putrimu selama ini.

3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu dan sabar dalam memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M.Si selaku pembimbing II, dan sekaligus pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu dan sabar dalam memberikan bimbingan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH selaku Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku Wadek III FEB.

6. Ibu Titi Dewi Warninda SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Ir. Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.


(11)

x 8. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, MM yang telah banyak membantu dan

memberikan jalan bagi kami MIPS.

9. Sahabat – sahabatku Ayuningtyas Fajarini, Safira Dwi Darma, Rini Puspita Sari, terima kasih atas do’a, semangat, motivasi, canda tawa, kebersamaan dalam suka dan duka selama ini. Semoga persahabatan kita akan terus terjaga.

10.Sahabat – sahabatku sejak masa SMA Eka Suryaningsih, S.E, Dzulaela Sharimafo, S.pd, Putri Wahyuningsih, Erlia. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga Allah membalas kebaikan kalian. Dan untuk Dimas terima kasih telah hadir di hidupku.

11.Teman – temanku Septiani Soleha, Nurma, Sarah.

12.Untuk teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan Syariah angkatan 2012 sebagai angkatan pertama, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini. Dan teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011, terimakasih atas dukungan dan motivasi kalian.

13.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih banyak atas bantuannya selama ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun kuantitas dari materi yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan


(12)

xi yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini, kiranya pembaca dapat memaklumi kekurangan yang ditemukan dalam skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik dunia perbankan syariah, dunia akademisi, para pembaca serta bagi penulis sendiri. Kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Jakarta, 10 Maret 2016 Penulis

(Lina Trisnawati)


(13)

xii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILIMIAH ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Batasan Masalah ... 16

D. Tujuan Penelitian ... 17

E. Manfaat Penelitian ... 18

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

A. Pengertian Bank ... 19

B. Perbankan Syariah ... 20

C. Prinsip Perbankan Syariah ... 22

D. Fungsi Perbankan Syariah ... 23

E. Produk dan Jasa Perbankan Syariah ... 24

F. Penilaian Kesehatan Perbankan Syariah ... 27

G. Laporan keuangan perbankan syariah ... 28

H. Return On Aset (ROA) ... 29

I. Capital Adequecy Ratio (CAR) ... 31

J. Non Performing Financing (NPF) ... 33

K. Net Interest Margin (NIM) ... 34

L. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 35

M. Inflasi ... 38

N. Penelitian Terdahulu ... 40

O. Kerangka Pemikiran ... 44

P. Pengaruh Antar Variabel ... 47

Q. Hipotesis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 53

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53

B. Pengumpulan Data ... 54

C. Populasi ... 57

D. Sampel ... 58

E. Teknik Analisis Data ... 59

F. Metode Analisis Data ... 60


(14)

xiii

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Multikolinieritas ... 61

c. Uji Heteroskedastisitas ... 62

d. Uji Autokorelasi ... 63

2. Uji Statistik ... 69

a. Uji F ( Uji Simultan ) ... 69

b. Uji T ( Uji Parsial ) ... 70

c. Uji R2 ( Adjusted R Square ) ... 71

G. Operasional Variabel Penelitian ... 73

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 77

B. Analisis dan Pembahasan ... 79

1. Uji Asumsi Klasik ... 79

a. Uji Normalitas ... 79

b. Uji Multikolinearitas ... 82

c. Uji Heteroskedastisitas ... 84

d. Uji Autokolerasi ... 88

3. Uji Hipotesis ... 96

a. Uji Simultan (Uji F) ... 96

b. Uji Parsial (Uji T)... 97

c. Uji Adjusted R Square ... 99

3. Analisis Linear Berganda ... 100

C. Interpretasi ... 103

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN ... cxiv


(15)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Konvensional dan

Perbankan Syariah ... 5

Tabel 1.2 Rata-rata dari ROA, CAR, NPF, NIM, BOPO, dan INFLASI Pada Bank Umum Syariah . ... 9

Tabel 2.1 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO ... 37

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu . ... 40

Tabel 3.1 Daftar Populasi Bank Umum Syariah .. ... 57

Tabel 3.2 Daftar Bank yang menjadi Sampel Penelitian ... 58

Tabel 4.1 One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test ... 81

Tabel 4. 2 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF . ... 82

Tabel 4.3 Uji Park ... 86

Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson ... 87

Tabel 4.5 Tabel Ut ... 89

Tabel 4.6 Tabel Nilai  ke 1 ... ... 89

Tabel 4. 7 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson ke 1 ... 90

Tabel 4. 8 Hasil Output SPSS ... 92

Tabel 4. 9 Hasil Output Lag_Ut ... 94

Tabel 4.10 Tabel Nilai  ke 2 ... ... 94

Tabel 4.11 Tabel Nilai DW Setelah Pengobatan 2... ... 95

Tabel 4. 12 Uji F . ... 96

Tabel 4. 13 Uji t ... 97

Tabel 4. 14 Uji Adjusted R Square ... 99


(16)

xv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 45

Gambar 4.1 Histogram ... 79

Gambar 4.2 Grafik P-Plot ... 80


(17)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Variabel Penelitian ... cxiii Lampiran 2 : Uji Asumsi Klasik ... cxvi Lampiran 3 : Tabel summary, Anova dan Coefficients ... cxix


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mendukung program pembangunan di Indonesia, peranan sektor perbankan merupakan salah satu unsur dalam sistem keuangan yang mempunyai pengaruh sangat kuat. Peran sektor perbankan dalam memobilisasi dana masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat besar. Sektor perbankan yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan telah berubah menjadi sektor yang sangat berpengaruh bagi perekonomian. Perkembangan yang sangat pesat tersebut tampaknya tidak diikuti oleh perkembangan prinsip kehati – hatian (prudence) yang seimbang, bahkan istilah tersebut terdengar masih asing bagi sebagian para bankir apalagi masyarakat awam pada waktu itu. Kenyataan tersebut menyebabkan pada tahun 1998 terjadi masalah besar dalam dunia perbankan Indonesia. Secara bersamaan, sebagian besar bank berada dalam kondisi bermasalah. Otoritas moneter dengan sangat terpaksa harus melikuidasi banyak bank yang dipandang tidak dapat diselamatkan lagi.

Di sisi lain Bank for International telah lama mencari tahu praktik – praktik perbankan yang dianggap dapat menciptakan dunia perbankan yang efisien dan efektif dalam perannya sebagai financial intermediary. Pengawasan organisasi perbankan secara efektif adalah komponen mendasar


(19)

2 dalam suatu perekonomian yang sektor perbankannya memegang peranan sentral dalam sistem pembayaran, mobilisasi, dan distribusi tabungan. Pengawasan ditunjukan untuk memastikan bahwa perbankan beroperasi dengan cara yang benar dan aman sehingga mereka memiliki modal dan cadangan yang cukup untuk mendukung resiko bisnis. Pengawasan perbankan yang kuat dan efektif jika digabungkan dengan kebijakan ekonomi makro yang juga efektif dapat mewujudkan stabilitas keuangan nasional. Meskipun biaya pengawasan perbankan tidak bisa dikatakan murah, akan tetapi akibat pengawasan perbankan yang buruk akan menimbulkan biaya yang jauh lebih mahal lagi. Kelemahan dalam sistem perbankan suatu negara berkembang maupun negra maju dapat mengacam stabilitas keuangan negara tersebut.

Untuk menilai sejauh mana tingkat kekuatan ataupun kesehatan perbankan, maka sebaiknya seorang manajer keuangan dapat menilai dan menganalisis kinerja keuangan dari perusahaannya. Kinerja keuangan perusahaan selama beroperasi dapat terlihat melalui laporan keuangan yang berisi informasi mengenai data – data keuangan. Dengan menganalisis laporan keuangan akan membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam memilih dan mengevaluasi informasi. Analisa rasio keuangan adalah analisis laporan keuangan yang banyak digunakan karena penggunaannya yang relatif mudah. Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, maka dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk penelitian yang menggunakan rasio - rasio keuangan yaitu penelitian - penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan memprediksikan


(20)

3 kinerja perusahaan seperti kebangkrutan dan financial distress. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan. Banyak sekali literatur yang menggambarkan model prediksi kebangkrutan perusahaan, tetapi hanya sedikit penelitian yang berusaha untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan sangat sulit mendefinisikan secara obyektif permulaan adanya financial distress. Rasio analisis tradisional berfokus pada profitabilitas, solvency dan likuiditas. Perusahaan yang mengalami kerugian, tidak dapat membayar kewajiban atau tidak likuid mungkin memerlukan restrukturisasi. Untuk mengetahui adanya gejala kebangkrutan diperlukan suatu model untuk memprediksi financial distress untuk menghindari kerugian dalam nilai investasi.

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia (Riyadi, 2004:149). Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur kinerja suatu bank. Return On Assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam kegiatan operasi perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai ukuran kinerja perbankan. Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. ROA penting bagi bank karena ROA digunakan


(21)

4 untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118).

Profitabilitas digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. (Nasser & Aryati, 2000). Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar (Suad Husnan,1998). Rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi ROA adalah CAR, NPF, BOPO, dan NIM (Bactiar Usman, 2003; Mabruroh, 2004; Gelos, 2006; Astohar, 2009; Bayu Edhi, 2009; Heriyanto, 2009).


(22)

5 Tabel 1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Konvensional dan Perbankan

Syariah.

TAHUN PERTUMBUHAN ASET (%)

PERBANKAN KONVENSIONAL

PERBANKAN SYARIAH

2010 18.78 46.98

2011 21.41 48.61

2012 16.75 34.05

2013 16.21 24.23

2014 13.38 12.42

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 2014 (diolah)

Tabel 1.1 di atas menunjukkan pertumbuhan total aset perbankan konvensional dan perbankan syariah. Terihat bahwa pada kurun waktu periode tahun 2010 – 2013 pertumbuhan perbankan syariah selalu lebih tinggi dibanding perbankan konvensional dengan pertumbuhan lebih dari 20%. Hal ini menandakan laju pertumbuhan total aset perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan perbankan konvensional. Namun hal tersebut berbanding terbalik pada periode tahun 2014, dimana pertumbuhan total aset perbankan syariah menurun drastis yaitu hanya sebesar 12.42% dan lebih rendah dibanding perbankan konvensional yang tumbuh sebesar 13.38%. Pada kurun waktu tersebut menandakan adanya penurunan kemampuan perbankan syariah dibanding periode sebelumnya dan laju pertumbuhan total aset perbankan syariah yang lebih rendah dibanding perbankan konvensional.


(23)

6 Adanya perlambatan pertumbuhan total aset bank syariah yang cukup signifikan khususnya pada kurun waktu dua tahun terakhir serta pertumbuhan total aset industri perbankan syariah yang lebih rendah dari perbankan konvensional pada tahun 2014 (Tabel 1.1) sehingga membuat upaya untuk mendorong peningkatan pangsa perbankan syariah dalam industri perbankan nasional menjadi semakin berat kemungkinan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari bank syariah. Faktor internal bisa dilihat dari kinerja bank syariah yang tercerminkan pada rasio keuangan bank, sedangkan faktor eksternal bisa dilihat dari indikator makro ekonomi Indonesia seperti pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi yang perlu dijaga kestabilannya oleh pemerintah, karena perubahan pada variable makro ekonomi dapat berdampak pada seluruh sektor perekonomian, tidak terkecuali perbankan syariah (Nasution 2009).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, mengindikasikan adanya research gap dari kelima variabel independen yang mempengaruhi ROA perusahaan, kelima variabel tersebut adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) mencerminkan modal sendiri perusahaan. Semakin besar CAR maka semakin besar ROA, karena dengan modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan. Dalam penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan tidak adanya pengaruh yang negatif signifikan antara CAR terhadap ROA. Hasil penelitian Mabruroh (2004) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gelos (2006) dan Astohar (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan


(24)

7 antara CAR dengan ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Mabruroh (2004), Gelos (2006) dan Astohar (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh kecukupan modal bank terhadap ROA.

Variabel kedua adalah Non Performing Financing (NPF). Semakin tinggi NPF maka semakin kecil ROA karena pendapatan laba perusahaan kecil. Dalam penelitian Mabruroh (2004) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian Mabruroh (2004) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto dan Bayu Edhi (2009) yang menunjukkan adanya pengaruh yang negatif signifikan antara NPF terhadap ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian Mabruroh (2004), Heriyanto dan Bayu Edhi (2009), maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh NPF terhadap ROA.

Variabel ketiga adalah Net Interest Margin (NIM). Net Income Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pemberian kredit atau pinjaman, sementara bank memiliki kewajiban beban bunga kepada deposan. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba terhadap bank. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan Net Income Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan


(25)

8 tersebut semakin meningkat. Dalam penelitian Anggrainy Putri Ayuningrum (2010) menunjukkan bahwa pengaruh negatif terhadap Return On Asstes (ROA). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asstes (ROA) ditolak. Dalam data menunjukkan bahwa semua nilai Net Interest Margin (NIM) diatas standart minimal Bank Indonesia yaitu 2%. Namun bahwa pada setiap kenaikan NIM tidak selalu meningkatkan ROA, kemungkinan salah satu penyebabnya yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penyaluran kredit lebih rendah daripada beban bunga. Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Usman (2003) bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh negatif terhadap Return On Asstes (ROA).

Variabel keempat adalah Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin besar BOPO maka semakin kecil ROA bank, karena laba yang diperoleh bank kecil. Dalam penelitian Bactiar Usman (2003) menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara BOPO terhadap ROA. Hasil penelitian Bactiar Usman (2003) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyanto dan Bayu Edhi (2009) yang menunjukkan adanya research gap dari penelitian Bahtiar Usman (2003), Heriyanto dan Bayu Edhi (2009) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan.

Variabel kelima adalah Inflasi. Merosotnya kurs rupiah terhadap dollar AS akan memicu terjadinya inflasi. Meningkatnya inflasi adalah signal negatif


(26)

9 bagi para investor, inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu perusahaan sehingga akan menurunkan pembagian deviden. Suku bunga dan inflasi yang tinggi mempunyai hubungan yang negatif bagi perekonomian negara. Dalam penelitian Edhi Satriyo Wibowo, Muhammad Syaichu (2013) bahwa inflasi memiliki arah negatif namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi mengalami kenaikan, namun laba yang dipeorleh bank syariah tidak mengalami penurunan yang signifikan dan sebaliknya. Maka di perlukan penelitian lanjutan.

Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana peranan rasio keuangan dalam memprediksi tingkat profitabilitas pada bank umum syariah. adapun variabel yang akan digunakan antara lain : CAR, NPF, NIM, BOPO, dan Inflasi. Data empiris dari Return ON Asset (ROA) dan variabel – variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut:

Tabel 1.2

Rata-rata dari ROA, CAR, NPF, NIM, BOPO, dan INFLASI Pada Bank Umum Syariah

Variabel (%) 2010 2011 2012 2013 2014

CAR 16,25 16,63 14,13 14,42 16,10

NPF 3,02 2,52 2,22 2,62 4,33

NIM 89,67 88,94 100,00 100,32 91,50

BOPO 80,54 78,41 74,97 78,21 93,50

Inflasi 6,96 5,06 4,30 8,22 8,36

ROA 1,67 1,79 2,14 2,00 0,80


(27)

10 Variabel CAR rata – rata tahun 2010 sebesar 16,25%, kemudian mengalami peningkatan sebesar 16,63% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 14,13%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 14,42%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel CAR mengalami peningkatan sebesar 16,10% atau tumbuh sebesar 1,69%.

Variabel NPF rata – rata tahun 2010 sebesar 3,02%, kemudian mengalami penurunan sebesar 2,52% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 2,22%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 2,62%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel NPF mengalami peningkatan sebesar 4,33% atau tumbuh sebesar 1,71%.

Variabel NIM rata – rata tahun 2010 sebesar 89,67%, kemudian mengalami penurunan sebesar 88,94%% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,00%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan kembali menjadi 100,32%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel NIM mengalami penurunan sebesar 91,50% atau menurun sebesar 8,82%.

Variabel BOPO rata – rata tahun 2010 sebesar 80,54%, kemudian mengalami penurunan sebesar 78,41%% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 74,97%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 78,21%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel BOPO mengalami peningkatan sebesar 93,50% atau tumbuh sebesar 15,29%.


(28)

11 Variabel Inflasi rata – rata tahun 2010 sebesar 6,96%, kemudian mengalami penurunan sebesar 5,06% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali sebesar 4,30%. Di tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 8,22%. Dan pada tahun 2014 rata – rata Inflasi mengalami peningkatan menjadi 8,36%.

Variabel ROA rata – rata tahun 2010 sebesar 1,67%, kemudian mengalami peningkatan sebesar 1,79%% pada tahun 2011. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar 2,14%. Di tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 2,00%. Dan pada tahun 2014 rata – rata variabel ROA mengalami penurunan sebesar 0,80% atau menurun sebesar 1,2%.

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya perbankan mengenal sistem ganda (dual banking system), yaitu bank yang melaksanakan kegiataan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Perbedaan mendasar antara bank konvensiaonal dengan bank syariah adalah adanya larangan sistem bunga dalam bank syariah sebagaimana sistem bunga yang dianut oleh bank konvensional. Sehingga dalam menjalankan kegiatan operasinya bank syariah menganut sistem bagi hasil.

Perbankan syariah dikatakan sebagai suatu sistem yang menyandarkan pada kesinambungan pertumbuhan ekonomi, di tahun 2007 dapat bertumbuh dan mencapai kinerja yang relatif baik seiring dengan pertumbuhan dan stabilnya perekonomian nasional. Dalam suasana perkembangan yang sangat pesat tersebut, maka perbankan syariah mempunyai potensi dan peluang yang lebih besar dalam peranannya. Beberapa tahun terakhir, industri perbankan


(29)

12 syariah menunjukkan trend yang positif. Hal tersebut dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan perbankan syariah yang melebihi perkembangan perbankan konvensional. Dari data yang dipublikasikan oleh bank indonesia pada februari 2014, di Indonesia telah berdiri 12 Bank Umum Syariah yang terdiri dari 4 Bank Umum Syariah Devisa dan 8 Bank Umum Syariah Non Devisa, 24 Unit Usaha Syariah dan 158 BPR Syariah. Jumlah tersebut berbeda dengan jumlah perbankan syariah yang berdiri pada tahun 1999. Pada tahun 1999, di Indonesia hanya terdapat 2 Bank Umum Syariah, 1 Unit Usaha Syariah, dan 78 BPR Syariah. dari data tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan syariah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk berkembang.

Seiring tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia berdampak terhadap masalah – masalah pengangguran, kemiskinan migrasi, dan sektor – sektor kependudukan lainnya terutama faktor tenaga kerja. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi secara langsung akan berakibat pada perkembangan angkatan kerja dan kesempatan kerja. Hal ini terjadi karena sektor industri yanga ada belum mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada di Indonesia, yang memang terlalu banyak jika dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia, sehingga banyak sekali terjadi pengangguran. Kondisi inilah yang memicu mereka untuk melakukan migrasi keluar negeri dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia luar negeri (TKI) sebagai alternatif solusi mengenai tingginya angka pengangguran yang dapat menambah kesejahteraan TKI berserta keluarganya. Dari migrasi ini memunculkan


(30)

13 kiriman ke daerah asal remittances (remiten) yang akan dialokasikan dalam kegiatan publik maupun domestik. Besarnya jumlah penghasilan dari TKI yang dikiriman pada warganya di kampung halaman akan berdampak terhadap perubahan kondisi keluarga TKI di daerah asal baik dari segi ekonomi maupun dari segi sosial. Hal ini berkaitan dengan besarnya pengaruh yang diberikan tenaga kerja Indonesia (TKI) dengan remittances nya yang dapat menjadi penggerak bagi perekonomian Indonesia ke arah lebih baik.

Setiap tahunnya jumlah remittances Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selalu naik. Pada tahun 2011 diperkirakan ada Rp. 56 triliun yang masuk ke rekening- rekening bank di Indonesia. Jumlah ini belum termasuk uang yang mereka bawa atau dititipkan kepada jasa – jasa keuangan non perbankan, termasuk dikirim melalui PT Pos. Uang – uang yang dikirimkan itu, menurut IMF beranggapan telah menggerakan ekonomi rill masyarakat baik dalam bentuk konsumsi, investasi kecil – kecilan maupun menengah, hingga tabungan yang mereka simpan di perbankan nasional, hal ini dapat menggerakan ekonomi dan memberikan dampak yang tersebar luas.

Dan pada tahun 2014 jumlah remittances yang dikirim TKI dari luar negeri mencapai USD8,4 miliar atau sekitar Rp. 107,15 triliun (kurs Rp. 12.756/USD). Sedangkan total remittances hingga akhir November 2014 mencapai USD7,7 Miliar. Dengan asumsi remittances Desember sekitar USD700 juta, maka terdapat USD8,4 miliar. Dari jumlah itu ada 8,4 juta account yang mengirimkan uang sehingga jika dirata – rata, maka per orang mengirim USD1.700 per tahun. Menurut Kepala Badan Penempatan dan


(31)

14 Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Nusron Wahid, terdapat sejumlah kendala untuk menaikan remittances TKI tersebut. Hingga saat ini, tidak ada perbankan umum, baik BUMN maupun swasta yang masuk sektor pembiayaan TKI. Meski Bank BRI sudah melakukan kerja sama pembayaran non tunai bagi TKI Indonesia, namun masih terbatas hanya di Korea Selatan. Tidak hanya itu, TKI juga tidak diberikan jaminan kredit, padahal sudah ada lembaga negara seperti Askrindo dan Jamkrindo. Hal ini membuat TKI sering mendapat potongan bunga cukup tinggi ketika menggunakan jasa keuangan negara setempat. Ke depan, kita akan melakukan resettlement untuk bank – bank BUMN terutama untuk produk – produk pembiayaan yang aman, profitable dan kompetitif sehingga tidak terkena beban. Maka dalam hal ini peran Bank Umum Syariah devisa sangat diperlukan untuk menaikan jumlah remittances.

Bank Umum Syariah Devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankannya dalam kegiatan valuta asing.bank yang tergolong kedalam bank umum syariah devisa dapat memberikan layanan yang berkaitan dengan mata uang asing misalnya transfer keluar negeri, transaksi eksport – import, jual beli valuta asing, serta jasa – jasa valuta asing lainnya. Tugas dan usaha dari bank devisa antara lain: melayani lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri, melakukan jual beli valuta asing, mengirim dan menerima transfer dan inkaso valas, menerima tabungan valas. Asal sumber devisa antara lain: transaksi perdagangan ekspor hasil ekspor barang dan jasa, hasil dari


(32)

15 penanaman modal di luar negeri, penghasilan dari tenaga kerja Indonesia dari luar negeri, pinjaman luar negeri, dan pariwisata. Terdapat 4 Bank Umum Syariah Devisa antara lain: Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BNI Syariah, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia.

Melihat pentingnya analisis kondisi keuangan, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF),

NET INTEREST MARGIN (NIM), BIAYA OPERASIONAL

PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), DAN INFLASI TERHADAP

RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK UMUM SYARIAH DEVISA DI INDONESIA. PERIODE 2010 – 2014”.

B. Perumusan Masalah

Dalam membangun perekonomian, bank ikut berperan aktif di dalam berbagai usaha yang dilakukan. Untuk itu berbagai cara maupun kebijaksanaan telah ditempuh agar meningkatkan kinerja keuangan. Oleh karena itu, diperlukan perhitungan dengan rasio – rasio keuangan untuk mengetahui optimal kinerja keuangan. Dari sedikit penjelasan tersebut, maka pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.


(33)

16 2. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara persial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

3. Bagaimana pengaruh Net Interest Margin (NIM),berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

4. Bagaimana pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

5. Bagaimana pengaruh Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 - 2014.

6. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Inflasi berpengaruh secara simultan terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 - 2014.

C. Batasan Masalah

1. Pada penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada masalah penelitian kinerja keuangan pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.


(34)

17 2. Pada penelitian ini pembahasan akan dibatasi pada masalah penelitian analisis rasio dalam memprediksi perubahan laba pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

3. Data dari penelitian ini berupa laporan keuangan tahun 2010 sampai dengan 2014.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Untuk menjelaskan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

2. Untuk menjelaskan pengaruh Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

3. Untuk menjelaskan pengaruh Net Interest Margin (NIM), berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2014.

4. Untuk menjelaskan pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Devisa Syariah periode 2010 – 2014.

5. Untuk menjelaskan pengaruh Inflasi berpengaruh secara parsial terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah periode 2010 - 2014.


(35)

18 6. Untuk menjelaskan pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Inflasi berpengaruh secara simultan terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah Devisa periode 2010 – 2104.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penilitian ini adalah: 1. Bagi Industri Perbankan Syariah

Bank yang berkepentingan dapat mengetahui kinerja keuangan sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan profitabilitas usaha di masa yang akan datang.

2. Bagi Nasabah Bank Syariah

Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perbankan syariah, suntuk bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan perbankan

3. Bagi Peneliti / Akademisi

Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan menambah pengetahuan serta wawasan khususnya yang berkaitan dengan manajemen keuangan.


(36)

19 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Bank

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang pada umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa perbankan lainnya.

Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 7 tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya, Kasmir (2007:11).


(37)

20 B. Perbankan Syariah

Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, definisi dari bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, bank syariah dibagi menjadi dua jenis yaitu bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Bank umum syariah adalah bank yang bergerak dalam bidang jasa lalu lintas pembayaran, sedangkan bank pembiayaan rakyat syariah tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Definisi tersebut merupakan pengembangan dari Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mendefinisikan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainya dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Secara umum, pengertian bank Syariah adalah bank yang pengoperasiannya disesuaiakan dengan prinsip syariat Islam (Usman, 2012). (Perwataatmadja dan Antonio, 1997), memberikan definisi Bank Islam adalah bank beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentua syariah khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik - praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil.


(38)

21 Muhammad (2005) mendefinisikan bank syariah merupakan bank yang operasional dan produknya dikembangkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW dan dalam aktivitasnya tidak mengandalkan bunga. Dengan kata lain bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainya dalam lalu lintas pembayaran yang pengoperasianya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Bank syariah merupakan bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba dan beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga (Machmud dan Rukmana, 2010). Yang dimaksud dengan Riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil, secara umum riba adalah pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan Islam (Antonio, 2001).

Perbankan syariah hadir sebagai alternatif pilihan jasa perbankan bagi masyarakat yang selama ini mempersoalkan keberadaan bunga bank sebagai riba. Dari beberapa definisi diatas tentang bank Syariah, dapat dsimpulkan bahwa yang dimaksud bank bank Syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagi penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan kepada hukum Islam atau prinsip syariah sebagaimana diataur dalam Alquran dan Al-Hadits.


(39)

22 Bank Devisa adalah bank umum, baik bersifat konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah yang dapat memberikan pelayanan lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri (Hasibuan, 2007). Bagi bank devisa yang dapat bertransaksi dalam valuta asing yang memiliki perputaran transaksi yang cepat, serta volume transaksi yang cukup besar, dapat dipastikan bahwa bank tersebut memperoleh pendapatan operasional dari transaksi valuta asing yang besar pula, karena selain memperoleh pendapatan dari jasa transaksi berupa fee dan komisi, bank devisa juga memperoleh pendapatan yang besar yang berasal dari selisih kurs antara kurs jual dan kurs beli.

C. Prinsip Perbankan Syariah

Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Adapun prinsip-prinsip Bank Syariah antara lain (Nadratuzzaman, 2006) :

1. Prinsip Al Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama antara anggota masyarakat dalam kebaikan.

2. Prinsip Menghindari Al Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.


(40)

23 D. Fungsi Perbankan Syariah

Menurut Wiroso (2005) bank syariah memiliki fungsi yang berbeda dengan bank konvensional, fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Fungsi manager investasi

Bank syariah di sini bertindak sebagai manager investasi pemilik dana atau biasa disebut deposan, karena besar kecilnya bagi hasil yang diterima pemilik dana tergantung dengan pendapatan dari bank syariah dalam mengelola dana mudharabah sehingga semua tergantung pada keahlian, kehati-hatian, dan profesionalisme dari bank syariah. Jadi, risiko yang terjadi pada penyaluran dana tergantung pada apa yang dilakukan bank syariah. Berbeda dengan bank konvensional, saat deposan memberikan dananya ke bank, deposan tidak ikut menanggung risiko, apabila bank konvensional gagal menyalurkan dana dan menghasilkan pendapatan kecil, deposan tetap mendapat bunga yang sudah dijanjikan.

2. Fungsi investor

Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana) sehingga dalam menanamkan dananya dilakukan prinsip yang tidak melanggar ketentuan dalam syariah, biasanya ditanamkan pada sektor-sektor produktif yang mempunyai risiko minim.


(41)

24 3. Fungsi Sosial

Fungsi ini tidak ditemukan dalam bank konvensional, dalam konsep perbankan syariah mewajibkan bank-bank islam memberikan pelayanan sosial seperti zakat, Qard (pinjaman kebijakan) dan dana sumbangan seperti dalam prinsip Islam. Selain itu, konsep perbankan syariah juga harus memberikan peran penting dalam mengembangkan sumber daya manusianya dan kesejahteraan sosial.

4. Fungsi jasa keuangan

Seperti bank konvensional, bank syariah juga memberikan jasa keuangan seperti transfer, jasa kliring, pembayaran gaji, inkaso, jasa yang diterima oleh bank syariah merupakan imbalan atas dasar sewa, dan sebagainya. Dalam fungsi jasa keuangan ini harus sangat diperhatikan prinsip syariahnya dan tidak boleh dilanggar.

E. Produk dan Jasa Perbankan Syariah

Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki beberapa produk dan jasa yang ditawarkan kepada nasabah, produk dan jasa tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu produk penyaluran dana (financing), produk penghimpun dana (funding), dan produk jasa (service) Karim (2004). Dalam melakukan kegiatan usahanya tersebut bank syariah diharuskan mengacu pada prinsip-prinsip dasar dalam kegiatan usaha bank syariah antara lain Antonio (2001) :


(42)

25 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Al-Wadi’ah)

a. Al-wadi’ah yaitu titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik itu adalah individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan siap dikembalikan kapanpun penitip menghendaki.

2. Bagi Hasil (Profit Sharing)

Terdapat empat akad utama bagi hasil yaitu :

a. Al-musyarakah merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melaksanakan suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi berupa dana dengan kesepakatan bahwa jika ada keuntungan atau kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

b. Al-mudharabah yaitu akad kerja sama antara dua pihak di mana pihak pertama sebagai penyedia keseluruhan dana kemudian pihak kedua hanya menjadi pengelolanya saja.

c. Al-muzara’ah adalah kerja sama kerjasama dalam bidang

pengolahan pertanian dimana pemilik memberikan lahanya untuk digarap dan hasil panennya akan diberikan kepada kepada penggarap sesuai dengan presentase.

d. Al-musaqah merupakan bentuk sederhana dari muzara’ah di mana si penggarap hanya melakukan penyiraman dan pemeliharaan, sedangkan imbalanya berupa nisbah tertentu dari hasil panen.


(43)

26 3. Jual Beli

Terdapat tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan yaitu : a. Bai’ Al-murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.

b. Bai’ As-salam merupakan pembelian barang dengan melakukan pembayaran di muka kemudian barang baru diserahkan di kemudian hari.

c. Bai’ Al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang, di mana telah disepakati atas harga dan sistem pembayaranya.

4. Sewa (Al-Ijarah) Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dengan melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

5. Jasa

Terdapat lima akad utama jasa yaitu :

a. Al-wakalah merupakan penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat dapat diartikan pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain sebagai wakil.

b. Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.


(44)

27 c. Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

d. Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali, dapat dikatakan meminjamkan tanpa mengharap imbalan dari pinjaman tersebut.

Selain dari kelima prinsip di atas, menurut Dewan Syari’ah Nasional (2001) dalam perbankan syariah juga terdapat istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Dalam perbankan, Revenue Sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.

F. Penilaian Kesehatan Perbankan Syariah

Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah yang berlaku mulai 24 Januari 2007. Dari hasil penjelasan Deputi Gubernur Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerapan ini dilakukan dengan memperkirakan produk dan jasa perbankan syariah ke depan kian beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga semakin meningkat. Meningkatnya eksposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko bank syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank


(45)

28 tersebut. Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukkan risiko yang melekat pada aktivitas bank (inherent risk), yang merupakan bagian dari proses penilaian manajemen risiko.

Selain aspek permodalan, aspek earning juga bisa menjadi alat ukur untuk menentukan kondisi bank. Aspek earning merupakan aspek yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini digunakan dalam suatu periode. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat diatas standar yang telah ditetapkan. Penilaian ini juga meliputi hal-hal seperti ini, Rasio laba terhadap Total Aset (ROA), dan Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO).

G. Laporan keuangan perbankan syariah

Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, sama seperti sektor lainnya adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktifitas operasi bank yang bermanfaat dalam mengambil keputusan.

Semua lembaga keuangan yang melaksanakan kegiatan usaha menyelenggarakan sistem akuntansi yang juga disebut dengan sistem pembukuan untuk mencatat semua transaksi ekonomi yang dilakukan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan minimal setahun sekali yaitu pada


(46)

29 akhir tahun akuntansi. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penelitian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan usaha suatu bank menurut ketentuan pemerintah harus dinyatakan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dan dilaporkan kepada masyarakat dan otoritas moneter sebagai pengawas perbankan nasional. Laporan keuangan yang dihasilkan bank tersebut diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan pertanggung jawaban manajemen bank kepada seluruh stakeholder bank. Adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap laporankeuangan bank (Kasmir : 2004) adalah pemegang saham, pemerintah, manajemen, karyawan, masyarakat luas.

H. Return On Aset (ROA)

Menurut Sartono (2010, hal.122), Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Menurut Harmono (2009, hal.109) Profitabilitas merupakan suatu kemempuan yang menggambarkan kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operesi perusahaan dalam memperoleh laba.

Menurut Hasibuan (2008, hal. 100) mengemukakan bahwa Profitabilitas bank adalah suatu kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase. Profitabilitas pada dasarnya


(47)

30 adalah laba (Rupiah) yang dinyataka dalam (Persen) profit (Hasibuan, 2008 hal. 100).

Pengertian rasio ROA dikemukakan oleh Sartono (2010, hal. 123) Return On Aset (ROA) maunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan.

Menurut Sudana (2011, hal.22) ROA menunjukan kemampuan perusahaan dengan mengunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak.

ROA atau sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai rentabilitas ekonomi mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis mengenai ROA kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada masa mendatang. ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut (Mamduh Hanafi dan Abdul Halim, 2003: 159).

ROA adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh (laba) secara keseluruhan.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2002: 570), selain merupakan ukuran profitabilitas bank ROA sekaligus merupakan indikator efisiensi


(48)

31 manajerial bank yang mengindikasikan kemampuan manajemen dalam mengelola aset-asetnya untuk memperoleh keuntungan.

Sesuai dengan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yakni SE No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, ketentuan untuk ROA minimal yang ideal bagi bank adalah 1.5%. Artinya bahwa jika bank memperoleh keuntungan di bawah nilai yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maka bank tersebut dinyatakan masih belum optimal dalam mengelola asetnya.

I. Capital Adequecy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain Dendawijaya(2009). Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

CAR = x 100%

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.


(49)

32 Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International Settlements (BIS). Sejalan dengan standar tersebut, dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991 (Pakfeb 91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

Menurut Kasmir (2010, hal. 232) pengertian rasio kecukupan modal dapat di artikan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih.

Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio.

Berdasarkan SE BI No.15/41/DKMP tanggal 1 Oktober 2013, CAR atau rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang selanjutnya disingkat KPMM adalah rasio perbandingan antara modal dengan aset tertimbang menurut risiko sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bank umum. Masalah kecukupan modal merupakan hal penting dalam bisnis perbankan. Bank yang memiliki tingkat kecukupan modal yang baik, menunjukkan indikator sebagai bank yang sehat. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia, kecukupan modal minimum yang wajib dipenuhi oleh setiap bank adalah sebesar 8% (PBI No.15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).


(50)

33 Capital Adequacy Ratio (CAR) mempunyai fungsi untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Perhitungan capital adequacy ini didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya (Mudrajat Kuncoro, 2002: 562).

CAR merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui berapa jumlah modal yang memadai untuk menunjang kegiatan operasionalnya dan cadangan untuk menyerap kerugian yang mungkin terjadi (Mudrajat Kuncoro, 2002: 573).

J. Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. (Teguh Pudjo Mulyono, 1995). Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Sedangkan kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Arthes 2009).

Menurut Bayu Edhi dan Heriyanto (2009) NPF berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (ROA) perbankan. Semakin tinggi NPF maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan. Besarnya kredit


(51)

34 bermasalah dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh negatif pada profitabilitas bank (Limpaphayom dan Polwitoon, 2004). Agar kinerja bank meningkat, maka setiap bank harus menjaga NPF-nya di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia (Ahmad Buyung, 2009). Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus :

NPF = x 100%

K. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) mencerminkan resiko pasar yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat mempengaruhi keuntungan yang diperoleh bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antar suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya bunga pinjaman (Pandu,2008:45).

NIM = × 100

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasikan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga


(52)

35 dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemapuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditematkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas.

L. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu Riyadi(2004). BOPO telah menjadi salah satu rasio yang perubahan nilainya sangat diperhatikan terutama bagi sektor perbankan mengingat salah satu criteria penentuan tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia adalah besaran rasio ini. Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini sering juga disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

Rasio BOPO menunjukkan adanya risiko operasional yang ditanggung bank. Risiko operasional terjadi karena adanya ketidakpastian mengenai usaha bank, antara lain kemungkinan kerugian dari operasi bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya


(53)

36 operasional bank dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk baru yang ditawarkan. Rasio BOPO menunjukkan seberapa besar bank dapat menekan biaya operasionalnya di satu pihak, dan seberapa besar kemampuan untuk meningkatkan pendapatan operasionalnya di lain pihak. BOPO memiliki pengaruh terhadap profitabilitas bank karena menunjukkan seberapa besar bank dapat melakukan efisiensi biaya yang dikeluarkan (Lukman Dendawijaya, 2003:112).

Semakin kecil rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan sehingga kemungkinan bank dalam memperoleh keuntungan akan menjadi lebih besar. Sebaliknya semakin besar rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisien suatu bank dalam melakukan operasi usahanya, sehingga kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan juga menjadi lebih kecil.

Bank yang nilai rasio BOPO-nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan operasional. Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh karena biaya atau beban operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi. Nilai rasio BOPO yang ideal berada antara 50-75% sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.


(54)

37 Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, kategori peringkat yang akan diperoleh bank dari besaran nilai BOPO yang dimiliki adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Peringkat Bank berdasarkan Rasio BOPO

Peringkat Predikat Besaran nilai BOPO

1 Sangat

Sehat

50-75%

2 Sehat 76-93%

3 Cukup

Sehat

94-96%

4 Kurang

Sehat

96-100%

5 Tidak

Sehat

>100%

Sumber : SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Pada Bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga (beban bunga yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan lain sebagainya. Sedangkan, pendapatan operasional bank umumnya terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh dari pembayaran angsuran kredit dari masyarakat, komisi, dan sebagainya. BOPO dapat dirumuskan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia sebagai berikut :

BOPO = x 100%

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.


(55)

38 M. Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga barang-barang secara terus menerus Dilihat definisi ini, paling tidak ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu:

1. Kenaikan Harga

Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada periode sebelumnya. Perubahan harga dapat terjadi dalam waktu dekat (sehari) atau dalam jangka panjang, seminggu, sebulan, triwulan dan tahunan.

2. Bersifat Umum

Kenaikan harga suatu komoditas belum dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Misalnya dampak dari harga dari harga BBM, jika harga BBM mengalami kenaikan pasti akan diikuti dengan kenaikan komoditas lainnya.

3. Berlangsung Terus-menerus

Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan menimbulkan inflasi jika terjadi hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Adapun rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulan dan tahunan.


(56)

39 Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yang masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu.

Pertama Teori Kuantitas, teori ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal, yaitu jumlah uang beredar dan psokologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga. Ada 2 hal penting dalam teori kuantitas ini, adalah bahwa pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar, kedua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang.

Kedua adalah Teori Keynes, teori ini menerangkan bahwa inflasi terjadi karena permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. Hal ini yang disebut inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barangbarang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia. Yang ketiga adalah Teori Strukturalis, teori lebih menekankan pada faktor-faktor structural dari perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural adalah faktor-faktor yang bisa berubah secara gradual dan dalam jangka panjang. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negar-negara sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan ketegaran dari


(57)

40 ketidakelastisan dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses diatas pada umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam terjadinya inflasi.

N. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

NO. NAMA

(TAHUN)

JUDUL VARIABEL

PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

1 Mohamad

Hidayat, Nunung Nurhayati dan

Sri Fadilah

(2015)

“Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas Pada

Bank Syariah

Mandiri Periode

2008-2013.”

Dependen: ROA Independen: CAR, FDR

CAR berpengaruh signifikan positif

terhadap ROA

pada Bank

Syariah Mandiri FDR berpengaruh signifikan negatif

terhadap ROA

Bank Syariah

Mandiri.

2 Falentina Dwi

Ariani. (Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya) (2015) “Analisis Tingkat Profitabilitas Perbankan (Studi Kasus Pada Pt Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (2015)”

Dependen: ROA Independen: Dana

Murah, CAR,

Ukuran Bank, NIM, BOPO, Inflasi.

Berdasarkan Persamaan Regresi Tersebut,

Dana Murah,

LDR, CAR,

Ukuran Bank,

Dan NIM

Memiliki

Hubungan Yang

Positif Atau

Berbanding Lurus Terhadap ROA. Sedangkan BOPO

Dan Inflasi

Memiliki

Hubungan Yang

Negatif Atau

Berbanding Terbalik Terhadap ROA.


(58)

41

3 Yoppy Palupi

Purbaningsih (2014)

“The Effect Of Liquidity Risk and Non Performing Financing Ratio to Commercial Sharia Bank Profitability in Indonesia (2014)”

Dependen: ROA Independen: FDR, NPF

FDR tidak

berpengaruh signifikan terhadap

profitabilitas pada Bank Syariah di Indonesia

NPF tidak

berpengaruh signifikan terhadap

Profitabilitas pada Bank Syariah di Indonesia

4 Edhi Satriyo

Wibowo, Muhammad Syaichu (2013)

“Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap

Profitabilitas Bank Syariah”

Dependen: ROA

Independen: SUKU BUNGA, INFLASI, CAR, BOPO, NPF

BOPO berpengaruh signifikan negative terhadap ROA sedangkan variable CAR, NPF,Inflasi dan Suku Bunga tidak berpengaruh signifikan. 5 Fitri Zulifiah

Joni Susilo Wibowo (2012),

“ Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital

Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” Dependen: ROA Independen:

Inflasi, BI

Rate,CAR, NPF,

BOPO.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Inflasi dan

NPF tidak

berpengaruh signifikan

terhadap ROA,

Sedangkan BI

Rate dan BOPO berpengaruh negatif signifikan, CAR, dan NPF berpengaruh positif signifikan. Terhadap ROA.

6 Dhian

Andanarini Minar Savitri. (Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan) (2011)

“Pengaruh Non Performing Loan (Npl), Net Interest Margin (Nim) Dan Loan To Deposit Ratio (Ldr) Terhadap Perubahan Laba Pada Bank Devisa Dan Bank Non Devisa Di Indonesia.”

Dependen: Perubahan Laba. Independen: Npl, Nim, Ldr.

Hasil Pengujian Menunjukkan

Bahwa Non

Performing Loan Bank Devisa Dan Non Devisa Di Indonesia Tidak Berpengaruh

Negatif Dan

Signifikan Terhadap

Perubahan Laba.

Net interest


(59)

42 pada perbankan Devisa dan Non

Devisa di

Indonesia tidak terbukti

berpengaruh

positif dan

signifikan terhadap

perubahan laba. Loan to deposit

ratio (LDR)

perbankan Devisa dan Non Devisa di Indonesia tidak terbukti

berpengaruh

negatif dan

signifikan terhadap perubahan laba.

7 Sigit Setiawan

dan Winarsih (2011)

“Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Bank Syariah di Indonesia.”

Dependen: Permodalan, Pembiayaan NPF, Dana Masyarakat, BOPO

Independen: Pertumbuhan Laba

Permodalan, Pembiayaan NPF, Dana Masyarakat, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan BOPO memberi

pengaruh negatif terhadap

pertumbuhan laba.

8 Adyani

(2011)

“Analisis

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Profitabilitas (ROA).”

Dependen: ROA

Independen: CAR, NPF, BOPO, dan FDR

CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan positif terhadap

profitabilitas

(ROA) Bank.

NPF dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas (ROA).

9 Diana

Puspitasari (2010)

“Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan SUKU BUNGA SBI Terhadap ROA Pada Bank Devisa di Indonesia periode 2003- 2007”

Dependen: ROA Independen: CAR, NPL, PDN, NIM,

BOPO, LDR,

SUKU BUNGA

SBI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan

terhadap ROA. Variabel CAR,


(60)

43 NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO

berpengaruh negatif signifkan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ketujuh variabel tersebut terhadap

ROA dalam

penelitian ini

sebesar 72%,

sedangkan sisanya 28% dipengarui oleh faktor lain

yang tidak

dimasukkan ke

dalam model

penelitian.

10 Lilis Erna

Ariyanti (2010)

“Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA dan Kualitas Akitva Produktif Terhadap Perubahan Laba Pada

Bank Umum Di

Indonesia”

Dependen: Perubahan Laba Independen: CAR, NIM, LDR, NPL,

BOPO, ROA,

Kualitas Aktiva

Hasil penelitian ini menunjukkan hanya Variabel LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel perubahan laba. Variabel CAR,

NIM, NPL,

BOPO, ROA,

Kualitas Akitiva berpengaruh negatif terhadap variabel

perubahan laba.

11 Dhian Dayinta

Pratiwi, Drs, dan

H.M. Kholiq

Mahfud, MP.

(2010)

“Pengaruh CAR,

BOPO, NPF,

Terhadap ROA Bank Umum Syariah ”

Dependen: ROA Independen: CAR, BOPO, NPF.

Hasil Penelitian ini menunjukkan

variabel CAR

brepengaruh negatif tidak signifikan

terhadap ROA. Sedangkan variabel BOPO,

dan NPF

berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.


(61)

44 O. Kerangka Pemikiran

Analisis rasio keuangan ini merupakan alat utama dalam analisis laporan keuangan karena dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaanUntuk memfokuskan masalah yang akan dibahas, maka dibuat suatu skema yang menunjukkan hubungan dari masing-masing variabel yang mempengaruhi terhadap variabel lain, skema tersebut adalah:


(62)

45 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


(1)

cxv

2011

TW 2 0,0222 0,2224 0,0365 0,0796 0,7829 0,0589 TW 3 0,0237 0,2086 0,036 0,0789 0,7806 0,0467 TW 4 0,0129 0,2067 0,0362 0,0807 0,8786 0,0412

2012

TW 2 0,0065 0,1756 0,0245 0,0997 0,9281 0,0449 TW 3 0,0121 0,1655 0,0233 0,0997 0,8646 0,0448 TW 4 0,0128 0,141 0,0202 0,0603 0,8539 0,0441

2013

TW 2 0,0124 0,189 0,0211 0,0907 0,8444 0,0564 TW 3 0,0122 0,163 0,0206 0,0922 0,8406 0,086 TW 4 0,0137 0,1623 0,0186 0,0951 0,8394 0,0835

2014

TW 2 0,0111 0,1453 0,0199 0,0822 0,8632 0,0709 TW 3 0,0111 0,1935 0,0199 0,0821 0,8585 0,0435 TW 4 0,0127 0,1842 0,0186 0,0904 0,8503 0,0647

Bank Mandiri

Syariah

2010

TW 2 0,0022 0,1234 0,0413 0,0623 0,7315 0,0437 TW 3 0,023 0,1147 0,0417 0,0639 0,7184 0,0615 TW 4 0,0021 0,106 0,0352 0,0657 0,7497 0,0632

2011

TW 2 0,0012 0,1124 0,0349 0,0589 0,7402 0,0589 TW 3 0,0203 0,1106 0,0321 0,069 0,7385 0,0467 TW 4 0,0195 0,1457 0,0242 0,0748 0,7644 0,0412

2012

TW 2 0,0225 0,1416 0,0304 0,068 0,7011 0,0449 TW 3 0,0222 0,1433 0,031 0,0723 0,7114 0,0448 TW 4 0,0225 0,141 0,0282 0,0725 0,7311 0,0441


(2)

cxvi

TW 3 0,0153 0,1553 0,034 0,0723 0,8753 0,086 TW 4 0,0153 0,1476 0,0432 0,0725 0,8403 0,0835

2014

TW 2 0,0066 0,1488 0,0646 0,062 0,9303 0,0709 TW 3 0,0015 0,1553 0,0676 0,0604 0,9302 0,0435 TW 4 0,0017 0,1476 0,0684 0,0619 0,9846 0,0647

Bank Muamalat

Indonesia

2010

TW 2 0,0107 0,1012 0,0472 0,0632 0,9052 0,0437 TW 3 0,0081 0,1462 0,042 0,0644 0,8933 0,0615 TW 4 0,0136 0,1332 0,0432 0,0524 0,8738 0,0632

2011

TW 2 0,0174 0,1164 0,0432 0,0522 0,8516 0,0589 TW 3 0,0155 0,1259 0,0453 0,0609 0,8654 0,0467 TW 4 0,0152 0,1205 0,026 0,0501 0,8552 0,0412

2012

TW 2 0,0161 0,1451 0,0273 0,0411 0,8456 0,0449 TW 3 0,0162 0,1326 0,0221 0,0451 0,8455 0,0448 TW 4 0,0154 0,11 0,02 0,0464 0,8448 0,0441

2013

TW 2 0,0169 0,1252 0,0228 0,046 0,8237 0,0564 TW 3 0,0168 0,1295 0,0217 0,0457 0,8267 0,086 TW 4 0,01 0,17 0,01 0,0464 0,9386 0,0835

2014

TW 2 0,1596 0,1637 0,033 0,382 0,8911 0,0709 TW 3 0,01 0,1477 0,0596 0,0337 0,9832 0,0435 TW 4 0,0017 0,14 0,06 0,0336 0,9733 0,0647


(3)

cxvii

Lampiran 2 : Uji Asumsi Klasik


(4)

cxviii 2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,50640912 Most Extreme Differences

Absolute ,138

Positive ,082

Negative -,138

Kolmogorov-Smirnov Z 1,066

Asymp. Sig. (2-tailed) ,206

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(5)

cxix a. Uji Park

4. Uji Autokolerasi

a. Uji Durbin Watson Awal

b. Uji Durbin Watson Setelah Pengobatan 1

c. Uji Durbin Watson Setelah Pengobatan 2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,873a ,761 ,739 ,43886 1,817

a. Predictors: (Constant), INFLASI@, NPF@, CAR@, NIM@, BOPO@ b. Dependent Variable: ROA@

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,798a ,637 ,604 ,52934 1,078

a. Predictors: (Constant), LN_INFLASI, LN_CAR, LN_BOPO, LN_NIM, LN_NPF b. Dependent Variable: LN_ROA

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,518a ,269 ,256 ,44041681 1,726

a. Predictors: (Constant), Ut_1


(6)

cxx

Lampiran 3 : Tabel summary, Anova dan Coefficients ANOVAa

Model Sum of

Squares

Df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 26,573 5 5,315 18,968 ,000

b

Residual 15,131 54 ,280

Total 41,704 59

a. Dependent Variable: LN_ROA

b. Predictors: (Constant), LN_INFLASI, LN_CAR, LN_BOPO, LN_NIM, LN_NPF

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) -3,391 1,077 -3,148 ,003

LN_CAR ,705 ,119 ,501 5,921 ,000 ,937 1,067

LN_NPF 3,016 1,423 ,305 2,119 ,039 ,324 3,087

LN_NIM -,223 ,212 -,091 -1,054 ,296 ,897 1,114

LN_BOPO -8,045 1,419 -,814 -5,670 ,000 ,326 3,068

LN_INFLASI -,134 ,305 -,038 -,440 ,661 ,885 1,130

a. Dependent Variable: LN_ROA

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,798a ,637 ,604 ,52934 1,078

a. Predictors: (Constant), LN_INFLASI, LN_CAR, LN_BOPO, LN_NIM, LN_NPF b. Dependent Variable: LN_ROA


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

5 73 122

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah

1 85 110

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia

0 33 104

Analisis pengaruh Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional Terhadapa Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap laba perbankan syariah di Indonesia periode September 2009 – De

0 4 163

Analisis inflasi, gross domestic product, net performing financing, biaya operasional dan pendapatan operasional, net margin terhadap return on asset perbankan syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 4 111

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode

1 16 131

Pengaruh Capital Adequancy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

0 2 108

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)

0 5 118