bekas kantor Departemen Tenaga Kerja kurang lebih seluas 600 m² yang berdiri diatas tanah seluas 1050 m².
Adanya tuntutan perkotaan dengan perkembangan masyarakat Bogor yang semakin padat, maka dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 85
tahun 1996 Kabupaten Bogor ditingkatkan statusnya Kota Administratif Bogor yang meliputi 4 Kecamatan, 19 Kelurahan serta 7 Desa. Selanjutnya dengan
adanya kebijakan konsep Botabek yang merupakan pelaksana INPRES Nomor 13 Tahun 1976 membawa pengaruh terhadap perkembangan Kota Bogor sebagai
penyangga Ibukota Negara, maka Kota Bogor dan Kecamatan-kecamatan sekitarnya yang berada di wilayah kerja kabupaten Bogor mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat sehingga memerlukan peningkatan dan pengembangan serta sarana dan prasana sebagai pengelolaan.
78
2. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Bogor
Ketua Pengadilan Agama Bogor : Drs. H. Mohamad Yamin, S.H, M.H.
Wakil Ketua : Drs. Udin Najmudin, S.H, M.H.
Para Hakim : Dra. Ernawati B.R, M.H.
Drs. Saprudin, S.H. Dra. Luluk Arifah, M.H.
Dra. Euis Nurjanah
78
Panitera Pengadilan Agama Bogor, Data Yuridiksi Geografi dan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Bogor.
Drs. M. Anshori, S.H, M.H. Dra. Yumidah, M.H.
PaniteraSekretaris : -
Wakil Panitera : Drs. H. Dedih Marjuki.
Panitera Muda Gigatan : Maksum, S.Ag.
Panitera Muda Permohonan : Iyus Mohamad Yusuf, S.Ag.
Panitera Muda Hukum : Agus Yuspiain, S.Ag, M.H
Wakil Sekretaris : Sumaryati, S.H.
Kasubag Kepegawaian : -
Kasubag Umum : Endang Purwaningsih, S.H.I
Kasubag Keuangan : Ahmad Waskito, S.E.I
Juru Sita : Dede Saripudin
Panitera Pengganti : Raisul Wadhifuddin, S.H.
Sumarni Siti Munawaroh, S.H.I.
Juru Sita Pengganti : Ahmad Rifany, A.md.
Arly Rizana A.S, S.H. Hj. Afifah
Mia Erryana, A.md.
79
79
Panitera Pengadilan Agama Bogor, Data Struktur Organisasi Pengadilan Agama Bogor.
B. Dasar-Dasar Putusan Hakim Pengadilan Agama Bogor Dalam Kasus Cerai Gugat.
Dalam hal ini hakim mempergunakan landasan hukum dalam memeriksa dan membuat putusan, yakni:
1. Pasal 7 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa Penggugat dan Tergugat secara sah terikat dalam perkawinan.
2. Pasal 1 UU Perkawinan jo Pasal 3 KHI tentang keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah yang ternyata tidak terwujud akibat rentetatn kasus
yang terjadi dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat. 3. Pasal 2 KHI yang menjelaskan bahwa perkawinan bukan sekedar perjanjian
biasa untuk hidup bersama sebagai suami istri akan tetapi suatu mitsqan ghalidzan yang bernilai sakral, dengan demikian ikatan batiniah yang
melahirkan rasa cinta dan sayang adalah hal yang sangat penting dalam membina suatu rumah tangga dan bahwasannya hal itu tidak terwujud dalam
rumah tangga Penggugat dan Tergugat. 4. Pasal 30 ayat 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1874, pasal 19 Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 jo Pasal 116 KHI yang menegaskan tentang alasan diperbolehkannya perceraian, bahwa antara suami istri tidak dapat
hidup rukun lagi dalam rumah tangga oleh karena penganiayaan dan hal lainnya. Hal-hal tersebut di dalam rumah tangga penggugat dan tergugat.
5. Pasal 5 huruf b UU No. 232004 tentang KDRT menjelaskan tentang bentuk-bentuk KDRT sebagaimana telah dilakukan Tergugat terhadap
Penggugat. 6. Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor: 38 KAG1990 tanggal 22
Agustus 1991 menyatakan bahwa alasan perceraian sebagaimana dimaksud pasal 19 huruf f PP No. 91975 adalah semata-mata ditujukan pada
pecahnya perkawinan itu sendiri, tanpa mempersoalkan siapa yang salah dan siapa yang benar dalam hal terjadinya perselisihan dan pertengkaran
tersebut, sehingga dalam hal ini Majelis Hakim berpendapat bahwa karena perkawinan Penggugat dan Tergugat telah “pecah”, dengan demikian
gugatan Penggugat telah terbukti memenuhi alasan perceraian sebagaimana dimaksud pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo
pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu gugatan Penggugat harus dikabulkan dengan menjatuhkan talak satu Bain Sughra
Tergugat atas Penggugat. 7. Pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam, tentang pemeliharaan anak
yang merupakan hak ibunya. 8. Pasal 89 1 UU No. 71989 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang
No. 32006 tentang Peradilan Agama, tentang biaya yang dibebankan kepada Penggugat.
80
80
Salinan Putusan Nomor: 214Pdt.G2007PA.Bgr
Selain memeriksa perundang-undangan yang mengatur hal di atas, hakim mempunyai pertimbangan berdasarkan kasus posisi yang dijelaskan penggugat
dan proses jawab-menjawab yang terjadi selama persidangan, sebagai berikut: “________Menimbang, bahwa mempertahankan rumah tangga yang sudah
sedemikian rupa bentuknya akan menimbulkan kemadharatan bagi kedua belah pihak, maka untuk menghindar kemadharatan yang lebih besar lagi, perceraian
merupakan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan rumah tangga Penggugat dan Tergugat, hal mana sejalan dengan maksud kaidah
Fiqhiyyah________”
81
ﺢ ﻟ ﺎ ﺼ ﻤ ﻟ ا ﺐ ﻠ ﺟ ﻰ ﻠ ﻋ ﺪ ﺳ ﺎ ﻔ ﻤ ﻟ ا و ر د Artinya:
Menghindari kerusakan harus dilakukan dari pada menarik kemaslahatan.
Demikian pula ungkapan kitab Ghayatul Murom Lis Syaehil Majdi yang menyatakan:
Artinya: Apabila isteri sudah sangat tidak senang cinta kepada suaminya, maka Hakim harus menjatuhkan thalaknya.
Serta pendapat ahli hukum Islam yang tersebut dalam kitab Madariyah Al- Zaujain Juz I halaman 83, yaitu:
, ,
,
81
Salinan Putusan Nomor: 214Pdt.G2007PA.Bgr
. ,
Artinya: “Islam memilih lembaga thalaqcerai ketika rumah tangga sudah dianggap
goncang serta
sudah dianggap
tidak bermanfaat
lagi nasehatperdamaian dan hubungan suami isteri telah hampa, sebab meneruskan
perkawinan berarti menghukum salah satu suamiisteri dengan penjara yang berkepanjangan. Ini adalah aniaya yang bertentangan dengan keadilan.
82
___Menimbang, bahwa mempertahankan rumah tangga yang sudah sedemikian rupa bentuknya akan menimbulkan kemadharatan bagi kedu belah pihak, maka
untuk menghindari kemadharatan yang lebih besar lagi, perceraian merupakan jalan keluar untuk mengatasi permasalahan rumah tangga Penggugat dan
Tergugat, hal
ini mana
sejalan dengan
maksud kaidah
Fiqhiyyah:____________________________________________________
83
82
Hasil Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Bogor Kelas IB
83
Salinan Putusan Nomor: 214Pdt.G2007PA.Bgr