1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang timbul dapat dirumuskan peneliti adalah Bagaimana tingkat penggunaan literatur anak di Badan Perpustakaan,
Arsip dan Dokumentasi BPAD Provinsi Sumatera Utara?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui tingkat penggunaan literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi BPAD Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui koleksi anakmana yang paling banyak digunakan oleh pengguna pada
BPAD Provinsi Sumatera Utara. 3.
Untuk mengetahui koleksi anak mana yang jarang digunakan oleh pengguna pada BPAD Provinsi Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah : 1
Bagi Institusi : yaitu Sebagai bahan evaluasi awal terhadap keterpakaian koleksi anak di BPAD Provinsi Sumatera Utara dan memberikan gambaran kepada perpustakaan
mengenai keterpakaian koleksi literatur anak sehingga akhirnya menjadi bahan masukan bagi perpustakaan dalam kegiatan pengembangan koleksi.
2 Bagi Pembaca : yaitu sebagai bahan referensi untuk membahas masalah penelitian yang
sama dan menambah pengetahuan pembaca mengenai keterpakaian koleksi. 3
Bagi Penulis : Sebagai pengayaan wawasan bidang ilmu perpustakaan dan informasi bidang pengembangan koleksi.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kajian pengguna khususnya menyangkut keterpakaian koleksiyaitu evaluasi serta pemanfaatan dan ketersediaan koleksi bidang literatur
anak di BPADProvinsi Sumatera Utara.
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang dibiayai oleh dana umum dan diperuntukkan bagi siapa saja masyarakat umum tanpa adanya diskriminasi.
Dalam UU Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Bab 1 pasal 1, dinyatakan bahwa “perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukkan bagi
masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.”
Menurut Sutarno 2003 : 32 perpustakaan umum adalah : Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta
perbedaan lainnya
Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa “Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan
pengggunaanya tidak terbatas pada kelompok orang tertentu.” Yusuf, 1996 : 17 Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum 2000 : 4,
dikemukaan bahwa “perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan di pemukiman penduduk kota atau desa diperuntukkan bagi semua lapisan dan golongan
masyarakat penduduk pemukiman tersebut untuk melayani kebutuhannya akan informasi dan bahan bacaan.”
Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang pembiayaannya berasal dari dana umum dan menyediakan sumberdaya perpustakaan
kepada masyarakat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.
2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum
Sebagai suatu organisasi, perpustakaan umum memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam jangka tertentu. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, perpustakaan harus mampu
menyusun berbagai program yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan perpustakaan. Pada tahun 1972 UNESCO mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum yang
menyatakan bahwa perpustakaan umum harus terbuka bagi semua orang tanpa membedakan warna kulit, jenis kelamin, usia, kepercayaan dan ras. Tujuan perpustakaan umum dalam
manifesto UNESCO yang dikutip oleh Jonner Hasugian 2009 : 77 dinyatakan : 1.
Memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.
2. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah bagi
masyarakat,terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
3. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya sehingga
yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bahan pustaka.
4. Bertindak sebagai agen cultural artinya Perpustakaan Umum merupakan pusat utama
kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Gill 2010 : 2, tujuan didirikannya perpustakaan
umum adalah : to provide resources and services in a variety of media to meet the needs of individuals and groups for education, information and personal development including
recreation and leisure
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa tujuan didirikannya perpustakaan umum adalah untuk menyediakan literatur dan layanan dalam berbagai media untuk memenuhi kebutuhan
individu dan kelompok dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, informasi dan pengembangan diri.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk memperoleh
informasi yang sesuai dengan kebutuhan baik secara individu dan kelompok dalam berbagai bidang seperti pendidikan, informasi, dan pengembangan diri.
2.1.3 Fungsi Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan tempat penyimpanan berbagai jenis bahan pustaka, dimana masyarakat dapat memanfaatkan bahan pustaka tersebut untuk menambah pengetahuan,
mencari informasi atau sekedar mendapatkan hiburan. Salah satu fungsi perpustakaan adalah mencerdaskan kehidupan masyarakat. Upaya-upaya pengelola perpustakaan agar masyarakat
gemar membaca dan mau mengunjungi perpustakaan patut dihargai. Dengan semakin banyaknya penggunamasyarakat yang mengunjungi dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
perpustakaan, mengindikasikan bahwa perpustakaan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum 2000 : 6 dijabarkan
fungsi perpustakaan umum sebagai berikut : 1.
Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan. 2.
Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan. 3.
Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka. 4.
Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi. 5.
Pendayagunaan koleksi. 6.
Pemberian layanan kepada warga masyarakat. 7.
Pemasyarakatan perpustakaan. 8.
Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan. 9.
Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah Daerah. 10.
Menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan saranaprasarana.
11. Pengolahan dan ketata-usahaan perpustakaan.
Fungsi perpustakaan dari masa kemasa mungkin saja mengalami perubahan dan perkembangan, namun pada dasarnya fungsi perpustakaan dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Fungsi Edukatif
Perpustakaan berfungsi sebagai tempat untuk belajar secara mandiri, di situ pengguna dapat mencari bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menambah ilmu dan
wawasan. Siapapun dapat belajar di perpustakaan dengan mengikuti tata cara dan prosedur yang berlaku di perpustakaan tersebut. Dengan fungsi edukatif ini,
perpustakaan membantu pemerintah, dalam program gemar membaca dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan belajar sepanjang hayat.
2. Fungsi Informatif
Perpustakaan mempunyai fungsi informatif, artinya informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dapat dicari di perpustakaan.
Jenis informasi yang akan di dapat tergantung jenis perpustakaannya, apakah itu perpustakaan perguruan tinggi perpustakaan khusus dan perpustakaan sekolah
informasinya biasanya bersifat ilmiah dan semi ilmiah ada juga yang non ilmiahpopuler ataupun perpustakaan Nasional dan perpustakaan umum
informasinya lebih beragam, dari yang populer hingga yang bersifat ilmiah.
3. Fungsi Kultural
Perpustakaan mempunyai fungsi kultural artinya, perpustakaan memiliki dan menyediakan bahan pustaka baik tercetak maupun elektronik yang menyajikan
kebudayaan daerah, kebudayaan suatu bangsa ataupun kebudayaan antar bangsa.
Di perpustakaan juga tersimpan koleksi hasil karya budaya manusia dari masa-ke masa, yang dapat dijadikan rujukan untuk mempelajari sejarah peradaban manusia.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan mempunyai fungsi rekreasi artinya, pengguna dapat mencari koleksiyang bersifat populer dan menghibur. Disamping itu, pengguna dapat
menggunakan media audio visual serta koran yang disediakan di perpustakaan tersebut. Untuk beberapa perpustakaan, ada yang menyediakan taman dan
mendekorasi ruang perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan, toko buku, warnet sampai mini market. Yusuf, 1996 : 21
Dari kedua uraian di atas dapat dikemukakan bahwa perpustakaan umum mempunyai
fungsi edukatif, informatif, kultural, dan rekreasi, referensi, preservasi dan konservasi, dan riset. 2.2Penggunaan Koleksi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI versi online kata pakai berarti “mempergunakan”. Jadi keterpakaian koleksi adalah mempergunakan koleksi perpustakaan baik
berupa buku maupun non buku untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Kebutuhan pengguna perpustakaan akan informasi berbeda-beda beragam sesuai
dengan latar belakang informasi, antara lain untuk meningkatkan pengetahuan, mengetahui perkembangan baru tentang ilmu pengetahuan, mendukung proses belajar-mengajar sarana
hiburan dan lainya. Beragam latar belakang tersebut menyebabkan perbedaan dan tingkat keterpakaian sebuah koleksi.
Menurut Lasa HS 2005: 317 bahwa pemanfaatan koleksi seperti banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan sebagai salah satu unsur untuk
mengetahui efektifitas suatu perpustakaan. Sesuai dengan teori di atas maka keterpakaian koleksi dalam penelitian ini adalah diukur dari
koleksi buku yang dipinjam. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa penggunaan koleksi merupakan salah satu
unsur untuk mengetahui apakah koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan termanfaatkan secara efektif.
2.2.2Tujuan Pengunaan Koleksi Anak
Dalam Prosiding Seminar Internasional Multikutural dan Globalisasi 2012:6 tujuan koleksi anak sebagai media pendidikan dapat menggugah dan mengembangkan potensi seorang
anak. Koleksi anak yang baik pada umumnya tercipta berdasarkan ilham pengarang yang diambil
dari pengalaman dan prinsip hidup. Koleksi yang baik tidak melupakan unsur-unsur kenikmatan, kesenangan serta sentuhan emosi, emosi yang di peroleh pembacanya ketika membaca karya
tersebut. Selain itu karya yang baik merupakan pengendapan, wawasan, penelitian, dan ketrampilan pengarang yang berhubungan dengan cara-cara penulisan untuk anak.
2.3Tingkat Penggunaan Koleksi Anak
Menurut pendapat Murti 2004: 18-19 tingkat penggunaan koleksi ditentukan berdasarkan usia dari anak yang menggunakan koleksi antara lain :
1. Anak umur 0-2 tahun, buku untuk anak usia ini terbuat dari bahan yang tidak mudah robek, aman, jumlah halaman tidak lebih dari 10 halaman, buku dengan ilustrasi
berwarna berani dan berbentuk jelas, serta cerita atau rangkaian kata yang memancing interaksi. Untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran, serta
memperkenalkan buku sebagai media interaksi antara orangtua dan anak. 2. Anak umur 2-3 tahun, buku dengan ilustrasi cerdas dan jenaka serta rangkaian kata
yang dapat diucapkan bersama untuk mulai mengajak mereka berpikir kreatif. Jenis cerita yang disukai adalah cerita yang memperkenalkan tentang benda dan binatang di
sekitar rumah, misalnya: sepatu, kucing, anjing, bola dan sebagainya. Memilih bahan bacaan tentang tokoh atau peran yang karakternya secara kontras berbeda. Hal ini untuk
melatih mengidentifikasi aneka perasaan yang berbeda yang dirasakan oleh tokoh yang satu dengan yang lainnya. Sebaiknya lembaran buku terbuat dari bahan yang tidak
mudah lecek atau rusak. 3. Anak umur 3-5 tahun, pilih buku yang mengandung pilihan kata yang cerdas dan
kreatif serta ilustrasi yang menggugah imajinasi. Buku-buku yang memperkenalkan huruf-huruf akan menarik perhatiannya, misal huruf-
huruf yang bisa membentuk nama orang, nama binatang dan nama buah yang ada dalam cerita. Mengenal angka angka dan hitungan yang dijalin dalam cerita, misal jam berapa
si tokoh bangun, ke sekolah, dan lain-lain. Menyediakan buku dengan tema permainan misalnya puzzle, dan menyediakan literatur yang menekankan pada bacaan yang
sifatnya menghibur yang memuat pesan moral. Buku bacaan yang sudah umum dengan tokoh yang sudah populer untuk cerita anak misalnya, si kancil, menyediakan bahan
pustaka yang memuat informasi atau gambar tentang adanya aneka peran, dan pekerjaan atau fungsi benda.
4. Anak umur 5-7 tahun, pilih buku dengan tema yang unik serta tokoh yang menarik. Pada usia ini mereka mulai mengembangkan daya fantasinya, mereka sudah dapat
menerima adanya benda atau binatang yang dapat berbicara. Cerita si Kancil atau cerita rakyat lainnya bisa mulai diberikan. Bila ceritanya panjang, lebih baik agak
disederhanakan. Selain itu, anak-anak cenderung sudah mampu menikmati cerita yang menunjuk karakter sama dengan karakter pada umumnya. Menyediakan bacaan-bacaan
cerita ringan, yang memuat cerita konflik dan solusinya ,misalnya kisah anak yang mampu mengatasi kesulitan hidupnya dalam keluarga.
5. Anak umur 8-10 tahun, biasanya anak-anak amat menyukai cerita-cerita rakyat yang lebih panjang dan rumit, cerita petualangan ke negeri dongeng yang jauh dan aneh,
juga cerita humor. Selain itu, menyediakan bacaan yang melukiskan anak mampu mengatasi ketegangan seperti cerita anak korban bencana alam dan juga dengan tema
kemandirian seperti kisah Nabi Muhammad sewaktu kecil. 6. Anak usia 10-13 tahun, pada usia ini anak-anak sudah mandiri membaca buku,mulai
menyadari emosi dan gagasannya sendiri, haus mengenal wawasan baru dan perlu memperkaya kosa kata dan gaya berbahasanya. Di usia ini, dapat memperkenalkannya
pada buku tanpa gambar atau bergambar sedikit, agar ia dapat menggunakan imajinasinya untuk melihat dunia yang diceritakan oleh buku tersebut. Pada umumnya
menyukai cerita dari jenis mitologi, legenda, dan fiksi ilmiah serta humor. Cerita yang diadaptasi dari biografi pun bagus untuk didongengkan pada anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan tingkat penggunaan koleksi anak berbeda di setiap usia anak disesuaikan dengan keadaan dari pola pikir pada masing
– masing anak.
2.4 PengertianEvaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penafsiran Echols dan Shadily, 2000: 220. Banyak definisi evaluasi yang
dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi evaluasi menurut Tyler dalam Tayibnapis 2000: 3 evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana tujuan
pendidikan dapat dicapai. Menurut Maclcolm dalam Tayipnapis 2000: 3 evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Menurut
Stufflebeam dalam Tayibnapis 2000: 14 “evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan”.
Beberapa pendapat para ahli mengenai evaluasi dapat diuraikan sebagai berikut: Menurut Umar 2002: 36“evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi
tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan–harapan yang ingin diperoleh”.
Arikunto 2002: 1 menyatakan bahwa “evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi–informasi yang berguna bagi pihak
decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.”
Dari pendapat diatas evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur
memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
2.4.1 Evaluasi Koleksi
Evaluasi koleksi merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dalam meningkatkan kualitas suatu perpustakaan. Menurut Lasa HS 2001: 9 evaluasi adalah proses monitoring
terhadap implementasi strategis dalam mengambil tindakan perbaikan agar kinerja organisasi itu sesuai dengan rencana strategis. Evaluasi merupakan salah satu dari tiga kegiatan dalam sistem
menejemen strategis. Dua kegiatan lainnya adalah perencanaan dan implementasi. Menurut Mosher dalam Hardi 2005: 30 keuntungan yang diperoleh dari pelaksanaan
kegiatan evaluasi koleksi antara lain 1.
Mengetahui cakupan, kedalaman dan kelengkapan koleksi; 2.
Membantu perencanaan pengembangan koleksi; 3.
Membantu pengambilan keputusan kebijakan pengembangan koleksi; 4.
Mengukur efektifitas kebijakan pengembangan koleksi; 5.
Menentukan kualitas koleksi; 6.
Meningkatkan kualitas koleksi dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada. Dalam kegiatan evaluasi koleksi ada beberapa langkah yang harus dilakukan:
1. Menentukan standar maupun ukuran, sasaran, tujuan atau hasil yang akan dicapai.
2. Mengukur dan mencatat kinerja yang telah dicapai.
3. Mengadakan perbandingan antara rencana strategi dengan hasil kinerja yang telah
dicapai. 4.
Melakukan tindakan koreksi. 5.
Terus menerus berusaha untuk memperoleh umpan balik faktor internal dan eksternal Lasa HS, 2001: 9.
Dari beberapa pendapat tentang evaluasi di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi merupakan suatu proses kegiatan untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan
suatu alat ukur tertentu dalam membantu memberikan informasi yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan.
Keterkaitan pengertian evaluasi keterpakaian koleksi dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk mendeskripsikan bagaimana keterpakaian koleksi di Perpustakaan dengan
menggunakan kriteria tertentu, guna dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan untuk mengetahui bagaimana keterpakaian koleksi literatur anak di Badan Perpustakaan, Arsip, Dokumentasi
Propinsi Sumatera Utara.
2.4.2 Tujuan Evaluasi Koleksi
Tujuan evaluasi koleksi dapat dibagi menjadi dua kategori luas, yaitu alasan internal dan alasan eksternal.
1. Alasan Internal Evaluasi koleksi bagi internal dapat dilakukan untuk memberikan informasi tentang
kebutuhan pengembangan koleksi. Pertanyaan yang dapat dijawab seperti: cakupan subjek koleksi, kedalaman koleksi,
bidang koleksi yang kuat dan lemah, masalah yang ada dalam program dan kebijakan pengembangan koleksi.Selain itu evaluasi koleksi untuk internal dapat memberikan
informasi bagi kebutuhan anggaran, misalnya anggaran untuk memperkuat koleksi yang lemah dan memelihara koleksi yang sudah kuat.
2. Alasan Eksternal Alasan eksternal evaluasi koleksi antara lain:
1 kebutuhan institusi lokal 2 kebutuhan di luar organisasi.
Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders 1979 : 129 evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives.
Tujuan evaluasi koleksi terdiri dari beberapa unsur yang terdapat antara lain : adanya sebuah proses process perolehan obtaining, penggambaran delineating, penyediaan providing
informasi yang berguna useful information dan alternatif keputusan decision alternatives.
Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto 2004 : 13 ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk mengetahui sejauh mana program tersebut berhasil
mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat mengetahui apakah efektif untuk dilaksanakan.
Karenanya, evaluasi bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi
pengambil kebijakan decision maker untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah kegiatan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diketahui bahwa evaluasi koleksi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi agar dapat diambil keputusan untuk
mengembangkan koleksi dari sebuah perpustakaan.
2.3.3 Teknik Evaluasi Koleksi
Teknik evaluasi koleksi merupakan cara dalam melakukan evaluasi koleksi. Menurut Evans2000 menyebutkan ada lima pendekatan terhadap evaluasi koleksi yaitu:
Penyusunan statistik koleksi yang dimiliki, Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi, Pengumpulan pendapat pengguna, pengujian koleksi secara langsung dan penerapan
standar yang melibatkan kegunaan-kegunaan metode-metode yang telah disebutkan di atas. Yulia 1999: 8 menegaskan ada lima cara melakukan evaluasi kolesi yaitu:
1. Membandingkan koleksi dengan senarai standart yang diterbitkan. Misalnya catalog dan
daftar standar seperti daftar-daftar terbitan American Library Associations ALA : Book for colege Libraries, Public Library catalog dan sebagainya;
2. Membandingkan koleksi perpustakaan dengan koleksi perpustakaan sejenis yang besar.
Misalnya dengan membandingkan data statistik untuk ukuran koleksi, pertambahan koleksi;
3. Melakukan kajian beberapa banyak koleksi yang digunakan;
4. Memeriksa koleksi dengan bantuan pakar pada subyek yang bersangkutan. Misalnya ahli
geologi diminta membandingkan koleksi perpustakaan dengan daftar buku geologi yang dianggap baku maupun klasik;
5. Mengumpulkan pendapat pemakai. Misalnya mengedarkan angket kepada pengunjung
mengenai koleksi perpustakaan, hasilnya dapat diketahui apa yang diinginkan dan apa yang masih kurang.
Pedoman untuk mengevaluasi koleksi juga dikeluarkan oleh American Library Association ALA’s Guide to the Library Collections yang membagi metode kedalam ukuran-
ukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan Evans, 2000. Dalam metode terpusat pada koleksi ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu
pencocokan terhadap daftar tertentu, penilaian dari pakar, perbandingan data statistik, dan perbandingan pada berbagai standar koleksi.
Menurut Sudjana 2006: 4 “metode evaluasi terpusat pada pengguna ada beberapa cara yaitu; melakukan kajian
sirkulasi, meminta pendapat pengguna, menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan,
melakukan analisis sitasi, melakukan kajian penggunaan di tempat ruang baca dan memeriksa ketersediaan koleksi di rak”.
1. Metode evaluasi Terpusat Pada Koleksi
Sudjana 2006: 7 mengemukakan metode evaluasi terpusat pada koleksi memiliki beberapa cara antara lain:
a Pencocokan Terhadap Daftar Tertentu
Metode ini merupakan metode lama dan pelaksanaannya penggunaan metode ini bisa dilakukan sendiri maupun dikombinasikan dengan metode yang lain. Caranya dengan
mencocokan antara koleksi yang dimiliki perpustakaan dengan bibliografi standar. Hasilnya berupa prosentase. Semakin tinggi prosentase kecocokan antara koleksi dengan
bibliografi standar untuk subyek tertentu, semakin baik.
b Penilaian Pakar
Metode ini berfokus pada penelitian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi, kegunaanya terkait dengan kurikulum atau penelitian, serta kelemahan dan kekuatan
koleksi. Metode ini melakukan peninjauan terhadap keseluruhan koleksi oleh pakar dengan menggunakan daftar penggerakan shelf list.
c Perbandingan Data Statistik
Metode ini digunakan dengan membandingkan jumlah koleksi di Perpustakaan dengan perpustakaan lain. Perbandingan antar perpustakaan menghasilkan data yang terbatas
untuk evaluasi karena adanya perbedaan tujuan, program, dan jenis layanan.
d Perbandingan dengan Berbagai Standar Koleksi
Pada metode evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan sebuah perpustakaan dengan standar yang memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi.
Standar tersebut ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan ada pula yang menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Metode Evaluasi Terpusat pada Penggunaan
Metode evaluasi selanjutnya menurut sudjana 2006: 18 adalah : a.
Kajian Sirkulasi Kajian sirkulasi adalah salah satu metode evaluasi yang dilakukan dengan memantau data
sirkulasi. Kelemahan metode ini adalah data koleksi tidak mencatat buku yang dibaca oleh pengguna maka, hasilnya belum mewakili keseluruhan data pemanfaatan koleksi.
Asumsi dasar kajian sirkulasi ada dua, yaitu pertama, kecukupan koleksi buku yang terkait langsung dengan pengguna secara umum. Kedua, sirkulasi memberikan gambaran
representatif mengenai keguanaan koleksi Evans, 2000. Meski ada kelemahan, metode ini mampu menjelaskan keterpakaian koleksi dengan tingkat validitas yang tinggi,
khususnya data peminjaman.
Metode ini digunakan penulis untuk melakukan evaluasi keterpakaian literatur anak di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara. Data primer yang dikaji
adalah data statistik peminjaman untuk mengkaji masyarakat pemakai dan informasi apa yang diinginkan.
b. Pendapat Pengguna
Metode evaluasi koleksi dilakukan dengan meminta pendapat pengguna, baik pengguna potensial maupun pengguna aktual. Populasi pengguna harus acak agar semua unsur
terwakili. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya apabila melakukan evaluasi koleksi dengan teknik ini, yaitu keobjektifan pengguna dalam
memberikan jawaban, sistem temu kembali informasi dan masalah promosi perpustakaan. Menurut Sudjana 2006: 7 penentuan pertanyaan yang tepat akan menghasilkan
kesimpulan yang akurat. Analisis komunitas pembaca melalui survai bisa dilakukan sehingga keputusan bahan pustaka tertentu harus dipilih dan bahan lainya tidak semata-
mata karena pertimbangan yang melibatkan partisipasi pengguna. c.
Statistik Pinjam Antar Perpustakaan Penggunaan metode evaluasi ini, melihat data statistik pinjam antar perpustakaan yang
hanya dapat dilakukan untuk perpustakaan yang mempunyai layanan pinjam antar perpustakaan. Menurut Sudjana 2006: 8 metode ini dapat digunakan untuk menganalisis
beberapa hal diantaranya adalah: untuk menggali pendapat mengapa perpustakaan lebih memilih pinjam di Perpustakaan lain, keramahan dalam pelayanan, kenyamanan ruang
perpustakaan, kemudahan dalam menemukan buku, kedekatan dengan tempat tinggal, dan hal lain yang berhubungan dengan kecukupan koleksi.
d. Analisis Sitiran
Menurut Lasa 2001: 4 analisis sitiran merupakan bentuk kajian terhadap sejumlah rujukan yang terdapat pada karya tulis ilmiah. Dengan sistem ini dapat diperoleh
gambaran adanya hubungan antara sebagian atau seluruh dokumen yang disitir dengan dokumen atau karya tulis yang menyitir.
e. Kajian Penggunaan di Tempat
Metode ini dilakukan dengan cara melengkapi data yang diperoleh pada kajian sirkulasi, kajian terhadap buku dan jurnal yang dibaca di tempat ruang baca perlu dilakukan.
Kajian dapat dilakukan dengan cara menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca pengguna.
f. Ketersediaan Koleksi di Rak
Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak koleksi. Metode ini dilakukan dengan cara seperti yang
dilakukan untuk kajianpenggunaan koleksi di tempat, hanya waktu pelaksanaan yang berbeda, yaitu dilaksanakan terus-menerus sepanjang tahun. Apabila hasil evaluasi
prosentasenya tinggi berarti koleksi yang disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna. Bila prosentase penemuan rendah berarti ada dua kemingkinan, yaitu pertama
perpustakaan memiliki koleksi tersebut tapi sedang dipinjam atau dibaca pengguna. Kemungkinan yang kedua adalah bahan pustaka yang dicari memang tidak dimiliki
Sujana, 2006: 10. Untuk pengumpulan data ini diperlukan petugas khusus untuk melakukannya. Cara
pengumpulan data bisa dilakukan seperti yang dilakukan untuk kajian di tempat. Namun untuk mendapatkan judul-judul bahan pustaka yang banyak diperlukan tetapi belum
tersedia di rak, bisa dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun. Pengguna diminta untuk menuliskan judul tersebut pada sehelai daftar isian yang akan dikaji oleh
pustakawan pengembangan koleksi untuk keputusan pembelianya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa cara atau teknik dalam melakukan evaluasi koleksi sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari pengguna perpustakaan.
2.5 Layanan Anak
Menurut Darmono 2001: 134, “Layanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yang datang ke perpustakaan dan
meminta informasi yang dibutuhkannya”. Salah satu layanan yang ada pada suatu perpustakaan adalah layanan anak. Menurut
Perpustakaan Umum KabupatenKota: Perpusnas, 2006: 41 Layanan anak-anak adalah salah satu kegiatan layanan Perpustakaan Umum yang
menyediakan jasa untuk anak-anak. Anak-anak yang menjadi sasaran adalah anak-anak pra-sekolah sampai usia 12-13 tahun. Perpustakaan dalam memberikan layanan bagi
mereka, terutama diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta memberikan sarana rekreasi yang mendidik. Sasaran atau target
pemustaka layanan anak di perpustakaan umum menurut IFLA Guidelines for Children’s
Libraries Services adalah bayi dan balita, anak anak pra-sekolah, murid sekolah sampai umur 13 tahun, kelompok berkebutuhan khusus, orangtua dan anggota keluarga yang
terkait, pemerhati anak dan orang dewasa lainnya yang berkerja dengan anak-anak, buku dan media.
Dapat diambil kesimpulan bahwa layanan anak adalah kegiatan untuk memberikan menawarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yaitu anak – anak agar dapat
memperkenalkan perpustakaan dan meningkatkan minat baca sejak dini.
2.5.1 Tujuan Layanan Anak
Berdasarkan pendapat Yusuf 2003: 175 mengungkapkan tujuan utama dari layanan anak-anak yaitu:
1. Menyediakan koleksi berbagai bentuk bahan pustaka,serta penyajian menarik perhatian anak dan mudah digunakan.
2. Memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainya yang sesuai dengan usianya.
3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca sebagai hobi dan mendidik anak belajar mandiri.
4. Mempergunaan sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang belajar seumur hidup.
5. Membantu anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuan sosialnya.
6. Berfungsi sebagai suatu kegiataan sosial dalam masyarakat untuk mensejahterakan anak-anak.
Sedangkan menurut IFLA Guidelines for Children’s Libraries Services, layanan anak bertujuan untuk:
a Memfasilitasi hak setiap anak dalam : 1.Informasi
2. Tugas fungsional, visual, literasi digital dan media 3. Pengembangan kebudayaan
4. Pengembangan pembaca 5. Pembelajaran seumur hiduplifelong learning
6. Program kreatif pada waktu senggang
b Menyediakan akses terbuka untuk semua sumber daya dan media bagi anak
c Menyediakan berbagai macam aktifitas untuk anak, orangtua serta pemerhatianak d Memfasilitasi jalan masuk keluarga ke komunitas
e Memberikan kekuasaan untuk anak dan mendukung kebebasan serta
keamanan mereka f Mendorong anak-anak agar menjadi individu yang percaya diri dan berkompetensi
g Memperjuangkan sebuah perdamaian dunia Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari layanan anak
memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak dan membantu dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dalam berbagai hal sehingga
dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya.
2.5.2 Fungsi Koleksi Anak
Ada beberapa fungsi yang dimiliki dari koleksi anak. Menurut Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah 1992 : 40, fungsi koleksi anak adalah :
a Mengembangkan imajinasi b Meningkatkan minat dan kebiasaan membaca
c Memberikan sarana rekreasi yang mendidik.
2.5.3 Jenis – Jenis Layanan Anak
Jenis layanan anak merupakan layanan yang diberikan suatu perpustakaan kepada pengguna perpustakaan khususnya anak – anak. Di dalam Panduan Penyelenggaraan
Perpustakaan Daerah1992 : 38-39 disebutkan bahwa jenis layanan yang bisa diberikan untuk anak di perpustakaan umum antara lain yaitu :
a Peminjaman Buku b Bimbingan Membaca
c Layanan Rujukan d Mendongeng story telling
e Pertunjukkan Film f Pertunjukkan Boneka
g Mainan Anak
2.6 Kategori Anak
Ada beberapa pembagian kategori anak. MenurutCharlotte Buhler, seorang ahli psikologi, dalam Practische Kinder Psychologie, 2006 mengemukakan masa perkembangan
anak dan pemuda sebagai berikut: 1.
Masa pertama, usia sampai 1 tahun Pada masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai macam gerakan.
2. Masa kedua, usia 2 sampai 4 tahun
Keadaan dunia luar makin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa, dan pertumbuhan kemauannya.
3. Masa ketiga, usia 5 sampai 8 tahun
Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi. 4.
Masa keempat, usia 9 sampai 13 tahun Pertumbuhan jasmani sangat subur padausia 10 sampai 12 tahun. Kejiwaannya tampak
tenang, seakan-akan ia bersiap-siap untuk menghadapi perubahan yang akan datang. Ketika anak perempuan berusia 12 sampai 13 tahun, anak laki-laki berusia 13 sampai 14
tahun, mereka mengalami masa krisis dalam proses perkembangannya. 5.
Masa kelima, usia 14 sampai 19 tahun Pada awal masa pubertas anak kelihatan lebih subjektif. Anak di masa pubernya selalu
merasa gelisah karena mereka sedang mengalami sturm und drang ingin memberontak, gemar mengeritik, suka menentang, dan sebagainya. Pada akhir masa pubertas, yaitu
sekitar usia 17 tahun.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian