Tipe ini tidak termasuk dalam kriteria Ridley-Jopling, namun diterima secara luas oleh para ahli kusta. Lesi kulit biasanya berupa makula
hipopigmentasi dengan sedikit sisik dan kulit di sekitarnya normal. Lokasi berada di bagian ekstensor ekstremitas, bokong, atau muka. Kadang dapat
ditemukan makula hipoestesi atau sedikit penebalan saraf. Tipe ini merupakan tanda pertama pada 20-80 kasus penderita kusta. Pada
sebagian besar, tipe ini akan sembuh spontan Halim et al, 2000. Klasifikasi Internasional Madrid, 1953
a. Indeterminate I
b. Tuberkuload T
c. Borderline B
d. Lepromatosa S
Menurut WHO, klasifikasi kusta dibagi menjadi 1.
Pausibasilar PB Termasuk kusta tipe TT dan BT menurut kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I
dan T menurut klasifikasi Madrid dengan BTA negatif Amirudin et al, 1997. 2.
Multibasilar MB Termasuk kusta tipe BB, BL, dan LL menurut kriteria Ridley dan Jopling atau B
dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta dengan BTA positif Amirudin et al, 1997.
2.1.5 Patogenesis
M. leprae sebagai mikroorganisme penyebab lepra masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh yang bersuhu dingin dan mukosa
hidung. Pengaruh dari infeksi M. Leprae bergantung pada imunitas seseorang, pengaruh kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah.
Mikroorganisme ini bersifat obligat intraselular yang terutama pada sel makrofag di seluruh pembuluh darah pada dermis dan sel schwann di jaringan saraf. Bila M.
Leprae masuk ke tubuh maka tubuh akan mengeluarkan makrofag untuk melakukan fagositosis.
Universitas Sumatera Utara
Pada tipe LL yang mengakibatkan kelumpuhan sistem imunitas selular, makrofag tidak mampu menghancurkan basil sehingga basil dapat bermultiplikasi
dengan bebas sehingga dapat merusak jaringan. Pada kusta tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi,
makrofag dapat menghancurkan basil, sayangnya setelah semua basil difagositosis, makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak
aktif dan kadang-kadang bersatu membentuk sel Datia Langhans. Bila infeksi ini tidak segera diatasi akan terjadi reaksi berlebihan dan massa epiteloid akan
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan di sekitarnya. Sel schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan M. Leprae,
disamping itu sel schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh dalam sel
schwann, basil dapat bermigrasi dan beraktifasi. Akibatnya aktifasi regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif Amirudin et al, 1997.
2.1.6 Pemeriksaan
1. Anamnesis Anamnase pada pasien kusta sering menjadi tidak informatif, namun hal
ini tetap kita lakukan. Tanyakan pada pasien mengenai adanya kebas, rasa seperti tersayat atau terbakar, perubahan lesi pada kulit, kesulitan untuk menggenggam
atau berjalan, masalah pada mata, kontak keluarga dengan kusta, riwayat pengobatan dengan dapson Bryceson et al, 1990.
2. Inspeksi Jika diperlukan, minta pasien untuk berdiri dan membuka pakaiannya.
Perhatikan lesi kulit yang ada pada tubuh pasien di bawah cahaya yang cukup Bryceson et al, 1990.
3. Tes fungsi saraf a. Rasa raba
Dengan kapas atau sepotong kapas yang dilancipkan dipakai untuk memeriksa perasaan dengan menynggung kulit.
Universitas Sumatera Utara
b. Rasa nyeri Diperiksa dengan memakai jarum. Petugas menusuk kulit dengan ujung
jarum yang tajam dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan penderita harus mengakatan tusukan mana yang tajam dan mana yang
tumpul. c. Rasa suhu
Dilakukan dengan mempergunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi airpanas 40 C yang lainnya air dingin 20 C ditempelkan pada daerah
kulit yang dicurigai dengan sebelumnya melakukan kontrol pada kulit yang sehat. Jika pada daerah kulit yang dicurigai penderita salah
menyebutkan suhu pada tabung yang ditempelkan, maka dapat disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah tersebut terganggu.
d. Tes motoris: Voluntary Muscle Test Amirudin et al, 1997. 4. Pemeriksaan Bakteriologis
Skin smear atau kerokan kulit adalah pemeriksaan sediaan yang diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil pada kulit yang kemudiaan diberi pewarnaan Ziehl
Nielsen untuk melihat M. Leprae. Pemeriksaan ini beberapa tahun terakhir ini tidak diwajibkan dalam
program Nasional. Namun demikian menurut penelitian, pemeriksaan skin smear banyak berguna untuk mempercepat penegakan diagnosis, karena sekitar -10
penderita yang datang dengan lesi Pba, merupakan kasus MB yang dini. Pada kasus yang meragukan harus dilakukan pemeriksaan apusan kulit
skin smear. Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas terlatih. Karena cara pewarnaan yang sama dengan pemeriksaan TBC maka pemeriksaan dapat
dilakukan di puskesmas PRM yang memiliki tenaga serta fasilitas untuk pemeriksaan BTA Amirudin et al, 1997.
5. Pemeriksaan Histopatologik Diagnosis penyakit kusta biasanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan
klinik, secara teliti dan pemeriksaan bakterioskopik. Pada sebagian kecil kasus, bilamana diagnosis masih meragukan, pemeriksaan histopatologik dapat
dilakukan. Pemeriksaan ini digunakan untuk menegakkan diagnosa penyakit
Universitas Sumatera Utara
kusta, Khisusnya pada anak-anak, bilaman pemeriksaan saraf sensoris tidak mudah dilakukan pada lesi dini, contohnya pada tipe indeterminate, juga untuk
menentukan klasifikasi yang tepat Amirudin et al, 1997.
2.1.7 Pengobatan