Sementara menurut Solikhah 1999, tawuran didefinisikan sebagai perkelahian massal
1. Faktor keluarga
atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor
internal dan factor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh individu
dalam menanggapi peristiwa di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:
a. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah
rumah tangga b.
perlindungan lebih yang diberikan orang tua c.
penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu
d. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan
asusila 2.
Faktor lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan dapat berupa bangunan yang tidak nyaman
D. Hubungan Antara Identitas Sosial dengan Perceived Entitativity
Penerimaan oleh setiap anggota yang terdapat dalam sebuah kelompok terhadap kesatuan kelompoknya atau yang dikenal dengan istilah perceived
entitativity Rodgers, 2004, dapat mempengaruhi bagaimana salah satu anggota
Universitas Sumatera Utara
kelompok mencirikan seluruh kelompok dan kemudian ‘menular’ kepada anggota kelompok lainnya Crawford et al 2002.. Anggota kelompok yang memiliki
tingkat entitativity yang relatif tinggi dapat dengan mudah mengurangi nilai-nilai yang terdapat dalam dirinya sehingga seusai dengan harapan kelompoknya
McConnell, Sherman, dan Hamilton 1997. Social identity theory, Henry Tajfel dan John Tunner 1982
mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh “in group favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan
yang lebih baik atau menguntungkan in group di atas out group. Berdasarkan teori tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha meningkatkan harga diri kita,
yaitu: identitas pribadi personal identity dan identitas sosial social identity yang berasal dari kelompok yang kita miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga
diri kita dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita membandingkan dengan individu lain. Social identity mencakup kesadaran
kognitif individu bahwa dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok, nilai yang dimiliki individu terhadap kelompok, dan ikatan emosional yang didapatkannya
dari kelompok Tajfel 1972 dalam Hogg, 1998. Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa ketika
individu menyadari keberadaan dirinya dan kelompoknya, maka individu tersebut akan memiliki kecenderungan untuk melakukan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya. Hal ini juga dapat mendorong individu untuk memberikan pandangan ‘positif’ atau ‘negatif’ kepada kelompoknya maupun
kelompok lain.
Universitas Sumatera Utara
E. HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan kajian pustaka, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan antara social identity dengan perceived entitativity pada
mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara pelaku tawuran.”
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan unsur penting dalam sebuah penelitian ilmiah sehingga metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan
apakah hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan Hadi, 2000.
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Berikut adalah identifikasi variabel yang di gunakan dalam penelitian ini : 1. Variabel tergantung
: Social Identity 2. Variabel bebas
: Perceived Entitativity
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perceived Entitativity
Perceived entitativity merupakan pandangan atau persepsi yang dimiliki oleh individu dalam kelompok mengenai kekompakan, kesatuan dan kekohesifan
kelompoknya. Total skor yang diperoleh pada skala perceived entitativity ini menggambarkan tingkat perceived entitativity pada mahasiswa Fakultas Teknik
pelaku tawuran. Semakin tinggi total skor skala perceived entitativity maka semakin baik positif penerimaannya terhadap kelompoknya, dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara