Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

(1)

Gambaran

Stressor

dan Koping Mahasiswa Pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI

Yemima Dayfiventy 081101022

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara” untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Ibu Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memotivasi, menuntun, dan memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen penguji I dan juga Bapak Achmad Fathi, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa-mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 Fakultas Keperawatan USU atas kerja sama dan partisipasinya dalam penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, Papa Drs. Sastalel dan Mama Suwarta Ningsih, BSc yang senantiasa dengan penuh cinta kasih memberikan dukungan serta memberikan segala hal yang terbaik


(4)

untuk penulis. Terima kasih kepada Kakak Sanita Friska Sitepu, S.TP yang selalu memotivasi yang menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan kepada Adik Andreas Epenetus Sitepu untuk dukungan dan perhatiannya.

Terima kasih kepada teman-teman stambuk 2008, terkhusus teman-teman praktikum Kelompok B atas kerjasamanya selama ini. Terima kasih juga kepada sahabatku Dewi Sartika Panjaitan, Christine Handayani Siburian, Martia Lindawaty Tondang, Juliana Pardede dan Ririn Sartika Dewi yang sudah berbagi cerita, cinta, dan mengajarkan banyak hal selama ini.

Terima kasih kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas bantuan dana beasiswa yang diberikan kepada penulis selama dua tahun terakhir ini. Terima kasih kepada teman-teman Paguyuban KSE USU, Dewi Resna, Franheit, Marina, Angfier, Septa, Royandi dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mengajarkan penulis banyak hal tentang tanggung jawab, kepemimpinan, dan rasa cinta tanah air, serta mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu memberikan berkat dan anugerah-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan keperawatan.

Medan, Juli 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang .... ... 1

2. Rumusan Masalah. ... 3

3. Pertanyaan Penelitian ... 3

4. Tujuan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres ... 5

1.1 Pengertian Stres ... 5

1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres ... 6

1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik ... 8

1.4 Tahapan Stres ... 10

1.5 Reaksi Stres ... 13

1.6 Dampak Stresor ... 14

2. Koping ... 15

2.1 Pengertian Koping ... 15

2.2 Respon Koping ... 15

2.3 Fungsi Koping ... 17

2.4 Mekanisme Koping ... 20

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 20

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 23

2. Defenisi Operasional ... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 25

2. Populasi dan Sampel ... 25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 27

6. Uji Validitas Instrumen ... 28

7. Rencana Pengumpulan Data ... 29


(6)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian ... 31

1.1 Karakteristik Demografi ... 31

1.2 Distribusi Gambaran Stresor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 32

1.3 Analisa Hasil Wawancara ... 34

1.3.1 Alasan Penyebab Stres pada Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 34

1.3.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 36

1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU ... 37

2. Pembahasan ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 47

2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN 1. Jadwal Penelitian ... 53

2. Lembar Bimbingan ... 54

3. Lembar Persetujuan responden ... 57

4. Instrumen Penelitian ... 58

5. Tabel Hasil Penelitian ... 61

6. Curriculum Vitae ... 65


(7)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Penelitian Gambaran Stresor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Fakultas


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional ... 24 Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26 Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik

Responden ... 32 Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stresor Mahasiswa Pembelajaran

KBK Fakultas Keperawatan USU ... 33 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK

Fakultas Keperawatan USU ... 34 Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Koping Mahasiswa Pembelajaran

KBK fakultas keperawatan USU ... 35 Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping


(9)

Judul : Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Peneliti : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2012

Abstrak

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menerapkan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswa pendidikan sarjana angkatan 2010 dan 2011 untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai kompetensi praktik keperawatan. Tuntutan dan sistem pembelajaran KBK tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa dan usaha aktif yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasinya disebut dengan koping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU. Desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Besar sampel yang digunakan sebanyak 66 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner stressor mahasiswa dan pertanyaan terbuka mengenai koping yang digunakan mahasiswa. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa KBK mengalami stres saat mengikuti perkuliahan dan melakukan usaha tertentu untuk mengatasinya. Stressor yang dialami mahasiswa berasal dari lingkungan fisik, psikologis, dan psikososial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stressor utama yang dikeluhakan mahasiswa KBK adalah terkait dengan mempersiapkan ujian blok (75,8%) dan fungsi koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada emosi yaitu escape avoidance

(59,1%). Instansi pendidikan keperawatan perlu mengadakan unit konseling untuk membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan, membagi mahasiswa ke dalam dua kelas agar kelas tidak terlalu penuh, dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan di kelas.


(10)

Title : Stressor and Coping Description of CollegeStudentLearningCompetency-Based

Curriculum(CBC) Nursing FacultyUniversityof

NorthSumatra

Name : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Faculty : Nursing

Year : 2012

Abstract

Nursing Faculty Universityof NorthSumateraimplementa learning systemCBConundergraduate educationstudentsin2010and 2011forceto improvethe quality ofgraduatesbased on the competencyof nursing practice.Requirements andlearning systemCBCcouldbe astressorthat triggersstress occuron college studentsandthe activeefforts that conducted by college studentcalledcoping. The aim of this research was to obtain stressorsandcopingdescription of collegestudentlearningbased curriculum Nursing FacultyUniversityof NorthSumatra. The research designwasexploratorydescriptiveby using stratified randomsampling. The sample sizeis usedas many as66 people. Instrument of this

research is demographic dataquestionnaire, college studentquestionnairesstressorandopen-ended questionsregardingcopingused.

Datacollectionwas conducted from may until June 2012. Results showedthatcollege studentsexperience stresswhile attendingCBClecturesand doing spesific effort to overcome.The conclusion ofthis research isa majorstressorthat complained byCBC college studentsarepreparing forthe block exam(75.75%)

andcopingfunctionswhich used are focuseson emotionsthatescapeavoidance(59.09%). Nursing educationinstitutionsneed to

provide acounselingprogram to help college student with problems in education, divided college student into two classes so that the class is not to full and supply facilities and infrastructureneededinthe classroom.

Key words: stressors, coping, college studentlearningCompetency-Based Curriculum


(11)

Judul : Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Peneliti : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Jurusan : Keperawatan

Tahun : 2012

Abstrak

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menerapkan sistem pembelajaran KBK pada mahasiswa pendidikan sarjana angkatan 2010 dan 2011 untuk meningkatkan kualitas lulusannya sesuai kompetensi praktik keperawatan. Tuntutan dan sistem pembelajaran KBK tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa dan usaha aktif yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasinya disebut dengan koping. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU. Desain penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan menggunakan stratified random sampling. Besar sampel yang digunakan sebanyak 66 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner data demografi, kuesioner stressor mahasiswa dan pertanyaan terbuka mengenai koping yang digunakan mahasiswa. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Mei sampai Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa KBK mengalami stres saat mengikuti perkuliahan dan melakukan usaha tertentu untuk mengatasinya. Stressor yang dialami mahasiswa berasal dari lingkungan fisik, psikologis, dan psikososial. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stressor utama yang dikeluhakan mahasiswa KBK adalah terkait dengan mempersiapkan ujian blok (75,8%) dan fungsi koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada emosi yaitu escape avoidance

(59,1%). Instansi pendidikan keperawatan perlu mengadakan unit konseling untuk membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan, membagi mahasiswa ke dalam dua kelas agar kelas tidak terlalu penuh, dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan di kelas.


(12)

Title : Stressor and Coping Description of CollegeStudentLearningCompetency-Based

Curriculum(CBC) Nursing FacultyUniversityof

NorthSumatra

Name : Yemima Dayfiventy

NIM : 081101022

Faculty : Nursing

Year : 2012

Abstract

Nursing Faculty Universityof NorthSumateraimplementa learning systemCBConundergraduate educationstudentsin2010and 2011forceto improvethe quality ofgraduatesbased on the competencyof nursing practice.Requirements andlearning systemCBCcouldbe astressorthat triggersstress occuron college studentsandthe activeefforts that conducted by college studentcalledcoping. The aim of this research was to obtain stressorsandcopingdescription of collegestudentlearningbased curriculum Nursing FacultyUniversityof NorthSumatra. The research designwasexploratorydescriptiveby using stratified randomsampling. The sample sizeis usedas many as66 people. Instrument of this

research is demographic dataquestionnaire, college studentquestionnairesstressorandopen-ended questionsregardingcopingused.

Datacollectionwas conducted from may until June 2012. Results showedthatcollege studentsexperience stresswhile attendingCBClecturesand doing spesific effort to overcome.The conclusion ofthis research isa majorstressorthat complained byCBC college studentsarepreparing forthe block exam(75.75%)

andcopingfunctionswhich used are focuseson emotionsthatescapeavoidance(59.09%). Nursing educationinstitutionsneed to

provide acounselingprogram to help college student with problems in education, divided college student into two classes so that the class is not to full and supply facilities and infrastructureneededinthe classroom.

Key words: stressors, coping, college studentlearningCompetency-Based Curriculum


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tantangan global dalam dunia pendidikan dimana setiap individu dituntut untuk kompeten di bidangnya dan inovatif, menjadi dasar pemerintah untuk mengubah sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Isi (KBI) menjadi menjadi sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sistem pembelajaran KBI yang sifatnya searah yaitu dari dosen ke mahasiswa sudah dianggap kurang tepat lagi, sehingga diperlukan metode yang lebih efektif, yaitu membuat mahasiswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan sistem pembelajaran KBK (Jogianto dalam Hanggoro, 2010).

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu instansi pendidikan yang bergerak dalam bidang kesehatan, telah membenahi sistem pembelajarannya dengan mulai menerapkan sistem pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi pada mahasiswa pendidikan sarjana sejak tahun ajaran 2010/2011. Pelaksanaan KBK bertujuan agar kualitas lulusan dapat menunjukkan hasil yang lebih baik lagi sesuai dengan kompetensi praktik keperawatan yang diharapkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dan tuntutan pasar serta pengguna jasa keperawatan (Fathi, Nurhidayah, & Arruum, 2011).

Mahasiswa selama mengikuti proses pembelajaran tidak terlepas dari tuntutan dan masalah akademik, begitu pula mahasiswa dengan sistem


(14)

pembelajaran KBK. Tuntutan eksternal dapat berasal dari sistem pembelajaran yang dijalani yaitu Problem Based Learning (PBL) yaitu proses pembelajaran yang memanfaatkan masalah, sehingga mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan, mahir memecahkan masalah dan menganalisis strategi pemecahan masalah (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Menurut Heiman & Kariv dalam Carolin (2011), tuntutan eksternal lainnya dapat berupa beban pelajaran, tugas-tugas perkuliahan, tekanan menghadapi ujian, tuntutan dari orang tua, kompetisi dalam perkuliahan dan penyesuian sosial di lingkungan kampus. Tuntutan internal sendiri berasal dari harapan dan kemampuan mahasiswa mengikuti perkuliahan. Masalah dan tuntutan tersebut dapat menjadi stressor yang memicu timbulnya stres pada mahasiswa.

Stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan lingkungannya yang dinilai oleh individu sebagai tuntutan atau melebihi sumber dayanya dan membahayakan kesejahteraannya (Lazarus & Folkman dalam Wahyuningsih, 2010). Lazarus dan Folkman juga mengatakan kondisi stres dapat terjadi bila terdapat ketidakseimbangan antara kemampuan dan tuntutan yang jika tidak dipenuhi akan menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi individu. Usaha aktif untuk mengatasi tuntutan yang membuat stres (stressor) disebut dengan koping (Wade, 2007).

Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan memunculkan dampak negatif bagi dirinya. Dampak negatif ini dapat berupa gangguan psikologis, fisiologis, kognitif dan perilaku (Heiman & Kariv dalam Carolin, 2011). Oleh karena itu, individu harus berusaha untuk keluar dari


(15)

masalah dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi untuk menghindari dampak negatif yang diakibatkan dari stres yang dialaminya .

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran

stressor dan koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah:

3.1 Bagaimana gambaran stressor mahasiswa dengan pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ?

3.2 Bagaimana gambaran koping mahasiswa dengan pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi stres?


(16)

4. Tujuan Penelitian

4.1 Mengetahui gambaran stressor mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. 4.2 Mengetahui gambaran koping mahasiswa pembelajaran Kurikulum

Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam menghadapi stres.

5. Manfaat Penelitian

5.1 Pendidikan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, pertimbangan, dan evaluasi pada mahasiswa, dosen dan pendidikan keperawatan tentang gambaran stressor mahasiswa sistem pembelajaran KBK dalam menjalani perkuliahan dan mekanisme koping yang digunakan sehingga proses perkuliahan dapat berlangsung dengan baik.

5.2 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan acuan bagi penelitian yang ingin melakukan penelitian selanjutnya terkait dengan


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres

1.1Pengertian Stres Akademik

Stres merupakan suatu fenomena yang pernah atau akan dialami oleh seseorang dalam kehidupannya dan tidak seorang pun dapat terhindar dari padanya. Berdasarkan terminologinya, istilah stres berasal dari bahasa Latin “singere” yang berarti keras atau sempit (strictus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007).

Menurut Santrock (2005), stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor) yang mengancam dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Sarafino (1990) mendefinisikan stres sebagai kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungannya yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya dari sistem-sistem biologis, psikologis dan sosial seseorang.

Kuliah adalah pengalaman yang penuh dengan stres atau tekanan.Stres akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan stress ini meningkat setiap


(18)

tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi yang tidak pernah berhenti. Baumel dalam Wulandari (2011)menyatakan bahwa stres akademik merupakan stres yang disebabkanoleh stressor akademik, yaitu yang bersumber dari proses belajar mengajar atau yang berhubungan dengan kegiatan belajar yang meliputi lama belajar, banyak tugas, birokrasi, mendapatkan beasiswa, keputusan menentukan jurusan, dan karir serta kecemasan ujian dan manajemen waktu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres di bidang akademik adalah respon individu akibat kesenjangan antara tuntutan lingkungan terhadap prestasi akademik dengan kemampuan untuk mencapainya sehingga situasi tersebut mengakibatkan perubahan respon dalam diri individu tersebut, baik secara fisik maupun psikologis.

1.2 Faktor-Faktor Penyebab Stres

Penyebab stress atau stressor adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul (Yosep, 2007). Menurut Yosep (2007), pada umumnya penyebab stres dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Perkawinan, yaitu masalah pertengkaran, perpisahan, perceraian, dan keadaan kematian salah satu pasangan yang dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi stres.


(19)

2. Masalah orang tua, yaitu permasalahan yang dihadapi orang tua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak yang sakit, dan kondisi pertengkaran dengan mertua, besan, dan ipar yang tidak baik.

3. Hubungan interpersonal, berupa gangguan yang timbul dari hubungan dengan orang terdekat seperti teman dekat, konflik dengan kekasih, konflik antara bawahan dan atasan.

4. Pekerjaan, misalnya pekerjaan yang terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, dan kehilangan pekerjaan.

5. Lingkungan hidup, berupa gangguan yang dialami di daerah tempat tinggal, misalnya disebabkan oleh hidup dalam lingkungan yang tingkat kriminalitasnya tinggi, penggusuran, dan pindah tempat tinggal.

6. Keuangan, yaitu masalah keuangan yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh lebih rendah daripada pengeluaran, terlibat hutang, usaha yang gagal, dan permasalahan warisan.

7. Hukum, yaitu keterlibatan seseorang dalam permasalahan hukum seperti tuntutan hukum, pengadilan, dan penjara.

8. Perkembangan, yaitu gangguan yang timbul akibat perkembangan fisik dan mental seseorang yang tidak baik sehingga menimbulkan kondisi stres, bahkan jatuh dalam kondisi cemas dan depresi.

9. Penyakit fisik atau cedera, misalnya akibat penyakit, kecelakaan, operasi, aborsi, dan lain sebagainya.


(20)

10.Faktor keluarga, yaitu faktor penyebab stres yang dialami oleh anak dan remaja yang disebabkan hubungan keluarga yang tidak baik, misalnya komunikasi orang tua dan anak yang tidak baik, kedua orang tua jarang di rumah, orang tua kurang sabar dalam mendidik anak, dan lain sebagainya.

11.Faktor penyebab stres lainnya, seperti bencana alam, kebakaran, kehamilan di luar nikah, dan lain sebagainya.

1.3 Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik

Stressor adalah situasi atau keadaan yang menimbulkan stres atau memicu terjadinya stres (Santrock, 2005). Wilks dalam Calaguas (2011), menyatakan bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap pengalaman stres mahasiswa, tetapi secara khusus stres akademik yang dialami berkaitan dengan manajemen waktu, masalah keuangan, interaksi dengan dosen, tujuan pribadi, kegiatan sosial, penyesuaian dengan lingkungan sekolah, dan kurangnya dukungan.

Berdasarkan penelitian Ross dkk (1999), terdapat empat kategori sumber stres, yaitu: 1) masalah interpersonal berupa pertengkaran dengan teman atau masalah dengan orang tua; 2) masalah intrapersonal misalnya perubahan pola makan dan waktu tidur; 3) masalah akademik yang berupa aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan beban tugas mahasiswa yang harus dikerjakan, pindah sekolah, ketinggalan pelajaran, dan perselisihan dengan dosen; dan 4) lingkungan, misalnya kendaraan yang mogok, komputer yang rusak, dan masalah keuangan.


(21)

Kohn & Frazer (1986) mendeskripsikan pengalaman penyebab stress menjadi tiga bagian, yaitu: 1) physical stressors berupa suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan; 2) psychological stressor berupa belajar untuk menghadapi ujian, tugas yang berlebihan, lupa mengerjakan tugas; 3)

psychosocial stressor yang terjadi akibat interaksi interpersonal.

Berdasarkan penelitian Calaguas (2011), faktor penyebab stres yang sering dialami oleh mahasiswa di Philipina ada delapan kategori, yaitu:

1. Stressor yang berkaitan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan, yaitu mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil/menambahkan mata pelajaran, dan validasi mata pelajaran.

2. Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, yaitu mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewati ujian lisan, lulus dalam ujian praktek, berpartisipasi dalam diskusi kelas, memahami diskusi kelas, melakukan penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan tugas, berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan.

3. Stressor yang berkaitan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen pengajar yang

perfectionist, metode pengajaran dosen, penyesuaian dengan dosen yang memperlakukan mahasiswa dengan tidak adil, permasalahan dengan dosen.

4. Stressor yang berkaitan dengan teman sekelas, yaitu berdebat dengan teman sekelas, tidak menyukai teman sekelas, persaingan dengan teman sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, tingkah laku teman sekelas.


(22)

5. Stressor yang berkaitan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan organisasi dan menghadiri kegiatan kampus.

6. Stressor yang berkaitan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat penuh, ventilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat yang terbatas, dan gangguan dari dalam dan luar kelas.

7. Stressor yang berkaitan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencana-rencana.

8. Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang tua, harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.

1.4 Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres berjalan secara lambat dan baru dirasakan saat tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari. Amberg dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:


(23)

a. Stres tahap I

Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar, penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya tanpa menyadari cadangan energi dihabiskan, disertai rasa gugup yang berlebihan, merasa senang dengan pekerjaan tersebut dan semakin bertambah semangat, tetapi tanpa disadari cadangan energi semakin menipis. b. Stres tahap II

Pada tahap ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang istirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah merasa letih ketika bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

Merupakan keadaan yang akan terjadi apabila seseorang tetap memaksakan dirinya dalam pekerjaan tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II. Keluhan-keluhan pada tahap ini seperti gangguan usus dan lambung yang semakin nyata, ketegangan otot-otot, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia), koordinasi tubuh terganggu. Pada tahapan ini, seseorang harus


(24)

berkonsultasi pada dokter atau terapis, beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat.

d. Stres tahap IV

Tidak jarang seseorang yang memeriksakan diri ke dokter karena keluhan-keluhan yang dialami pada stres tahap III, dinyatakan tidak sakit oleh dokter dikarenakan tidak adanya kelainan fisik yang ditemukan pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan orang tersebut tetap memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul. Gejalanya adalah bosan terhadap aktivitas kerja yang semula terasa menyenangkan, kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate), ketidakmampuan untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, seringkali menolak ajakan (negativism) karena tidak ada semangat dan kegairahan, daya konsentrasi dan daya ingat menurun dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

e. Stres tahap V

Keadaan lanjutan yang ditandai dengan keadaan kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion), ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder), dan timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat serta mudah bingung dan panik.


(25)

f. Stres tahap VI

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang akan mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Stres pada tahap ini ditandai dengan gejala debaran jantung teramat keras, susah bernapas (sesak dan megap-megap), sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran, ketiadaan tenaga untuk melakukan hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (collapse).

1.5 Reaksi Stres

Menurut Helmi dalam Safaria & Saputra (2009), ada empat macam reaksi stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir dan tingkah laku. Keempat reaksi ini dapat berwujud negatif maupun positif. Reaksi yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:

1. Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah marah, sedih dan tersinggung.

2. Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik, seperti pusing, nyeri tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit dan rambut rontok.

3. Reaksi proses berpikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan sulit megambil keputusan.


(26)

4. Reaksi perilaku, biasanya tampak dari perilaku-perilaku menyimpang seperti minum-minuman beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan, frekuensi merokok meningkat, dan menghindari bertemunya teman.

1.6 Dampak Stressor

Menurut Kozier dan Erb dalam Keliat (1998), dampak stressor

dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: a. Sifat stressor

Jika seseorang mempersepsikan stressor sebagai keadaan yang mengancam kehidupannya dan berakibat buruk baginya, maka tingkat stres yang dialami akan terasa berat. Namun, bila stressor yang sama dipersepsikan dengan baik, maka tingkat stres yang dialami akan lebih ringan.

b. Jumlah stressor yang dihadapi dalam waktu bersamaan

Apabila terdapat banyak stressor sedang dialami oleh seseorang, maka penambahan stressor kecil dapat menjadi pencetus yang mengakibatkan reaksi yang berlebihan.

c. Lamanya pemaparan terhadap stressor

Pemaparan yang intensif terhadap stressor dapat menyebabkan kelelahan dan ketidakmampuan menghadapi stressor.

d. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi stressor

yang sama. Misalnya, seseorang yang dirawat di rumah sakit satu tahun yang lalu dengan pengalaman negatif terhadap perawat, maka akan merasa lebih


(27)

cemas lagi ketika harus di rawat di rumah sakit yang sama untuk kedua kalinya.

e. Tingkat perkembangan

Pada tingkat perkembangan tertentu, terdapat jumlah dan intensitas stressor

yang berbeda sehingga resiko terjadinya stres pada tiap tingkat perkembangan berbeda-beda.

2. Koping

2.1Pengertian Koping

Proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang penuh dengan stres. Koping adalah respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis (Rasmun, 2004). Menurut Keliat (1998), koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Jadi dapat dikatakan koping adalah proses dimana seseorang berusaha mengatur ketidakcocokan antara tuntutan dan sumber yang muncul dalam situasi yang penuh stres atau dengan kata lain cara yang dilakukan individu untuk menyelesaikan masalahnya.

2.2Respon Koping

Koping dapat diidentifikasikan melalui respon, manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan melalui wawancara. Keliat (1998) menyatakan bahwa koping dapat dikaji melalui beberapa aspek berikut:


(28)

a. Respon Fisiologis

Manifestasi tubuh terhadap stres dapat dirasakan melalui pelebaran pupil mata, sekresi keringat yang meningkat, denyut nadi yang meningkat, kulit menjadi dingin, tekanan darah meningkat, frekuensi dan kedalaman pernapasan, pengeluaran urin yang menurun, mulut kering, kewaspadaan mental dan ketegangan otot yang meningkat, gula darah meningkat, letargi, dan mungkin penurunan fungsi fisiologis dan tonus otot.

b. Reaksi Psiko-Sosial

Koping yang dapat dikaji pada diri individu terkait dengan aspek psikososial adalah:

a. Reaksi yang berorientasi pada ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental, yaitu berupa reaksi penyangkalan (denial), proyeksi (menyalahkan orang lain), regresi (penolakan), mengisar (displacement), isolasi (keinginan untuk menyendiri), dan supresi (menunda menyelesaikan masalah).

b. Reaksi yang berkaitan dengan respon verbal, seperti menangis untuk menurunkan perasaan tegang terhadap situasi yang menyedihkan, tertawa untuk mengurangi ketegangan, teriak sebagai respon pada ketakutan, frustasi atau marah, memukul dan meyepak sebagai respon terhadap ancaman fisik, menggenggam dan meremas sebagai respon untuk mengurangi ketegangan dan perasaan sedih, mencerca sebagai respon yang diarahkan pada sumber stres. Mekanisme pertahanan mental dan respon


(29)

verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas karena itu perlu dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Reaksi yang berorientasi pada penyelesaian masalah. Koping ini melibatkan proses kognitif, afektif, dan psikomotor, seperti berbicara dengan orang lain (teman maupun anggota keluarga) tentang masalahnya dan mencari jalan keluar dari informasi orang lain, mencari tahu lebih banyak tentang situasi yang dihadapi melalui buku atau orang yang ahli, melakukan kegiatan ibadah yang teratur untuk meningkatkan percaya diri dan mengembangkan pikiran positif, melakukan latihan penanganan stres, misalnya latihan pernapasan dan meditasi, membuat berbagai alternatif tindakan dalam menangani situasi, dan belajar dari pengalaman yang lalu atau dengan kata lain tidak mengulang kesalahan yang sama.

2.3Fungsi Koping

Menurut Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009), koping memiliki dua fungsi umum, yaitu fungsinya dapat berupa fokus ke titik permasalahannya, serta melakukan regulasi emosi dalam merespon masalah.

Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009) menyatakan bahwa koping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) adalah fungsi koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini dapat berupa tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan keluar, mempertimbangkan segala kemungkinan yang berhubungan dengan alternatif


(30)

yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil keputusan untuk bertindak. Setiap hari dalam kehidupan kita secara tidak langsung koping berpusat pada masalah sering kita gunakan, saat kita bernegosiasi untuk membeli sesuatu di toko, saat kita membuat jadwal pelajaran, mengikuti perawatan psikologis, atau belajar untuk meningkatkan kemampuan (kursus bahasa Inggris, menjahit, pelatihan komputer).

Folkman & Lazarus juga mengidentifikasi beberapa aspek koping yang berpusat pada masalah, yaitu:

1. Seeking informational support, yaitu mencoba untuk memperoleh informasi dari orang lain, seperti dokter, psikolog, atau guru

2. Confrontive coping, yaitu melakukan penyelesaian masalah secara konkrit 3. Planful problem solving, yaitu menganalisa setiap situasi yang menimbulkan

masalah serta berusaha mencari solusi secara langsung terhadap masalah yang dihadapi.

Koping yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) adalah fungsi koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menimbulkan masalah. Koping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan apabila individu merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah mengatur emosinya. Sebagai contoh yang jelas, ketika seseorang yang dicintai meninggal dunia, orang biasanya mencari dukungan emosi dan mengalihkan diri atau menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah atau kantor. Menurut Sarafino (1998), individu dapat mengatur respon emosionalnya dengan beberapa cara, antara lain dengan mencari dukungan


(31)

emosi dari sahabat atau keluarga, meakukan aktivitas yang disukai, seperti olahraga atau menonton film untuk mengalihkan perhatian dari masalah, bahkan tidak jarang dengan menggunakan alkohol dan obat-obatan.

Folkman & Lazarus dalam Safaria & Saputra (2009) juga mengidentifikasi beberapa aspek koping yang berpusat pada emosi yang didapat dari penelitian-penelitiannya, yaitu:

1. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain

2. Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat sebuah harapan positif

3. Escape avoidance, yaitu mengkhayal mengenai situasi atau melakukan tindakan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan dimana individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak memikirkan tentang masalah dengan tidur atau menggunakan alkohol

4. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah

5. Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan masalah yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya

6. Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat yang religius.


(32)

2.4 Mekanisme Koping

Menurut Keliat (1998), mekanisme koping terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. Mekanisme koping adaptif, yaitu suatu usaha yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan, yang bersifat positif, rasional, dan konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif, yaitu suatu usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah akibat adanya stressor atau tekanan, yang bersifat negatif, merugikan dan destruktif serta tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas.

3. Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran dimana dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Kurikulum yang dikonsepkan ini, lebih didasarkan pada rumusan kompetensi yang harus dicapai/dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku kepentingan/stakeholders (competence based curriculum). Luaran hasil pendidikan (outcomes) yang diharapkan sesuai dengan societal needs, industrial/business needs, dan professional needs, dengan pengertian bahwa


(33)

outcomes merupakan kemampuan mengintegrasikan intellectual skill, knowledge

dan afektif dalam sebuah perilaku secara utuh (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008).

Berdasarkan Kepmendiknas No. 232/U/200, kurikulum ini terdiri atas kelompok-kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), serta Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Kurikulum ini tidak hanya menekankan pada hard skill saja, namun mengembangkan soft skill sesuai bidang ilmunya.

Pola pembelajaran yang sebelumnya terpusat pada dosen dianggap kurang memadai untuk mencapai tujuan pengajaran yang berbasis kompetensi. Berbagai alasan yang dapat dikemukakan adalah: (i) perkembangan IPTEK dan Seni yang sangat pesat dengan berbagai kemudahan untuk mengaksesnya merupakan materi pembelajaran yang sulit dapat dipenuhi oleh seorang dosen, (ii) perubahan kompetensi kekaryaan yang berlangsung sangat cepat memerlukan materi dan proses pembelajaran yang lebih fleksibel, (iii) kebutuhan untuk mengakomodasi demokratisasi partisipatif dalam proses pembelajaran di pergruan tinggi. Oleh karena itu, pembelajaran ke depan di dorong menjadi berpusat pada mahasiswa (SCL) dengan memfokuskan pada tercapainya kompetensi yang diharapkan. Hal ini berarti mahasiswa harus didorong untuk memiliki motivasi dalam diri mereka sendiri, kemudian berupaya keras mencapai kompetensi yang diinginkan.

Pola pembelajaran KBK memandang pengetahuan sebagai sebuah hasil konstruksi atau bentukan dari orang yang belajar, sehingga belajar adalah sebuah


(34)

proses mencari dan membentuk/mengkonstruksi pengetahuan, jadi bersifat aktif, dan spesifik caranya. Pola pembelajaran yang dipraktekkan adalah dosen hanya sebagai fasilitator dan motivator dengan menyediakan beberapa strategi belajar yang memungkinkan mahasiswa (bersama dosen) memilih, menemukan dan menyusun pengetahuan serta cara mengembangkan ketrampilannya (method of inquiry and discovery). Dengan paradigma inilah proses pembelajaran (learning process) dilakukan.

Terdapat beragam metode pembelajaran untuk SCL, di antaranya adalah

Small Group Discussion, Role-Play & Simulation, Case Study, Discovery Learning, Self-Directed Learning, Cooperative Learning, Collaborative Learning, Contextual Instruction, Project Based Learning, dan Problem Based Learning and Inquiry. Selain model tersebut, masih banyak model pembelajaran lain yang belum dapat disebutkan satu persatu, bahkan setiap pendidik/dosen dapat pula mengembangkan model pembelajarannya sendiri (Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008). Metode pembelajaran KBK yang diterapkan di Fakultas Keperawatan USU adalah metode ceramah, tutorial, praktikum dan skill lab.


(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stressor

dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan teori dan tujuan yang diteliti dalam penelitian ini maka kerangka penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Skema 1: Kerangka penelitian gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara

Mahasiswa pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas

Keperawatan USU

Stressor


(36)

2. Definisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Stressor Keadaan yang menyebabkan

mahasiswa mengalami stres dalam mengikuti pembelajaran KBK di Fakultas Keperawatan USU

Kuesioner dengan 23 pilihan jawaban faktor penyebab stres dan wawancara dengan 1 pertanyaan terbuka

Koping Respon atau usaha yang dilakukan oleh mahasiswa saat menghadapi stressor

Wawancara dengan 2 pertanyaan terbuka


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratifyangbertujuan untuk mengetahui secara luas stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara angkatan 2010.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling 2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti pembelajaran KBK di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 dan 2011 yaitu 264 orang mahasiswa, dimana angkatan 2010 terdiri dari 128 orang dan angkatan 2011 terdiri dari 136 orang.

2.2Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Jika jumlah populasi dalam penelitian lebih dari 100, maka lebih baik diambil sampel sekitar 10-15%atau 20-25% dari total populasi. Populasi terbagi atas 4 kelas berdasarkan jalur masuk fakultas keperawatan, yaitu jalur PMP, UMB, SNMPTN, dan Mandiri. Proporsi sampel yang diambil adalah


(38)

25% dari tiap kelas yang ada di populasi. Total populasi adalah (264 orang), dan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 66orang mahasiswa, yaitu 32 orang dari mahasiswa angkatan 2010 dan 34 orang mahasiswa angkatan 2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified random sampling.

Pembagian sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Populasi dan Sampel Penelitian

Angkatan Kategori Kelas Jumlah Populasi (orang)

Jumlah Sampel (orang) 2010

− PMP − UMB

− SNMPTN − Mandiri 18 26 69 15 4 7 17 4 2011 − PMP − UMB − SNMPTN − Mandiri 24 28 65 19 6 7 16 5

Jumlah 264 66

3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Prof. Ma’as No. 3 kampus Universitas Sumatera Utara, Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan lokasi penelitian yang merupakan daerah kampus dimana peneliti berada sehingga diharapkan akan memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan Universitas Sumetera Utara. Penelitian ini akan dimulai pada bulan Mei 2012 sampai Juni 2012.


(39)

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah proposal penelitian selesai diuji dan peneliti mendapatkan persetujuan dari Fakultas Keperawatan USU.Setelah mendapatkan izin dalam pengumpulan data, maka dilakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian ini yaitu: 1) Right to Self Determination, responden diperlakukan secara manusiawi dan peneliti memberi kebebasan kepada responden untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian, 2) Informed Consent,

peneliti menanyakan kesediaan responden menjadi pesertapenelitian setelah responden mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan, 3) Anonimity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, tetapi akan memberikan kode pada masing-masing lembar persetujuan tersebut, 4)

Confidentiality, peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas dua jenis, yaitu menggunakan kuesioner (angket) dan pengambilan data melalui wawancara terstruktur. Metode wawancara ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman


(40)

berupa kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga peneliti hanya membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada responden.

Bagian pertama yaitu kuesioner data demografi responden terdiri dari pertanyaan mengenai usia, jenis kelamin, angkatan, agama, tempat tinggal dan jalur masuk PTN. Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang responden yang mungkin ikut mempengaruhi penelitian ini. Kuesioner juga digunakan untuk mengetahui gambaran stressor

mahasiswa pembelajaran KBK fakultas keperawatan USU, dimana responden diminta menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif yang ada, tetapi tidak menutup kemungkinan jika responden ingin memberi jawaban yang berbeda dari alternatif pilihan yang ada karena disediakan tempat untuk menuliskan jawaban apabila berbeda dari pilihan alternatif jawaban.

Bagian kedua digunakan metode wawancara terstruktur untuk mengetahui

stressor dan koping mahasiswa KBK dengan menggunakan 1 pertanyaan terbuka untuk mengetahui alasan penyebab stres mahasiswa dan 2 pertanyaan terbuka untuk mengetahui koping yang digunakan mengatasi stressor. Pertanyaan stressor

dan koping mahasiswa pembelajaran KBK adalah pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan teori yang relevan.

6. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010). Uji validitas instrument bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrument untuk mengukur apa yang


(41)

diukur (Notoatmojo dalam Arikunto, 2010). Kuesioner ini divalidasi dengan menggunakan validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh beberapa dosen berstrata magister dari Departemen Keperawatan Dasar. Pernyataan yang tidak valid langsung diganti oleh peneliti berdasarkan saran dari penguji validitas. Uji validitas ini dilakukan pada tanggal 27 April 2012 dan dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini layak untuk dipakai penelitian.

7. Rencana Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mengajukan surat permohonan penelitian dan mendapatkan surat izin dari lokasi penelitian yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan surat izin, peneliti mengajukan permohonan untuk mendapatkan nama-nama mahasiswa Fakultas Keperawatan angkatan 2010 dan 2011 sesuai jalur masuk PTN. Setelah itu, peneliti melakukan pengumpulan data penelitian dengan mendatangi responden pada saat berada di Fakultas Keperawatan dan kemudian meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti menjelaskan tentang tujuan, manfaat, prosedur pengisian kuisioner pada calon responden dan dua metode pengumpulan data, yaitu dengan kuesioner dan wawancara. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan). Selanjutnya peneliti akan meminta responden untuk mengisi kuesioner data demografi dan kuesioner stressor mahasiswa pembelajaran KBK. Setelah kuesioner diisi, peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan menggunakan alat recording sebagai alat pencatatan wawancara.


(42)

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka hasil penelitian dianalisa. Analisa data yang dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi.

Metode statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit& Hungler, 2002). Pengolahan data untuk gambaran stressor mahasiswa disajikan dalam bentuk tabel disribusi frekuensi dan persentasi.Pengolahan data hasil wawancara terstruktur disajikan dalam bentuk narasi dan juga tabel distribusi frekuensi dan persentasi.


(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran

stressor dan koping mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU yang telah dilaksanakan mulai dari Mei 2012 sampai Juni 2012 dengan jumlah responden sebanyak 66 orang. Selain menjawab pertanyaan tentang tentang gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden.

1.1. Karakteristik Demografi

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 66 orang. Adapun karakteristik responden yang dipaparkan mencakup usia, jenis kelamin, angkatan, agama, tempat tinggal, dan jalur masuk perguruan tinggi. Dari data yang diperoleh bahwa usia mahasiswa yang paling muda yaitu 17 tahun dan yang paling tua adalah 21 tahun dengan mayoritas responden berusia 19 tahun (45,5%). Responden berasal dari mahasiswa angkatan 2011 yaitu sebanyak 34 orang (51,5%) dan mahasiswa angkatan 2010 yaitu sebanyak 32 orang (48,5%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 57 orang (86,4%), beragama Kristen Protestan sebanyak 37 orang (56,1%) dan tinggal di rumah kost, yaitu sebanyak 46 orang (69,7%). Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik responden, dapat dilihat pada tabel 3.


(44)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=66)

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Usia

17 tahun 2 3,0

18 tahun 18 27,3

19 tahun 30 45,5

20 tahun 15 22,7

21 tahun 1 1,5

Jenis Kelamin

Laki-laki 9 13,6

Perempuan 57 86,4

Angkatan

2010 32 48,5

2011 34 51,5

Agama

Islam 27 40,9

Katolik 2 3,0

Protestan 37 56,1

Tempat Tinggal

Bersama Orang tua 13 3,9

Rumah Kost 46 69,7

Dengan Saudara 7 10,6

Jalur Masuk PTN

PMP 10 15,2

SNMPTN 33 50,0

UMB 14 4,2

MANDIRI 9 13,6

1.2 Distribusi Gambaran Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Penilaian faktor penyebab stres (stressor) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk pernyataan pilihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima faktor yang paling banyak menyebabkan stres pada mahasiswa pembelajaran KBK adalah mempersiapkan ujian (15,2%), jadwal kuliah yang padat (14,2%), kondisi kelas yang terlalu penuh (12,4%), ujian skill


(45)

stressorterkait tingkah laku teman (0%) tidak pernah dialami oleh responden. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

No Stressor Frekuensi Persentasi (%)

1 Mempersiapkan ujian 50 15,2

2 Jadwal kuliah yang padat 47 14,2

3 Kelas yang terlalu penuh 41 12,4

4 Ujian skill lab 35 10,6

5 Ujian tertulis 22 6,7

6 Waktu kosong yang terlalu sedikit 20 6,1

7 Kelas yang ribut 17 5,2

8 Pengeluaran yang besar 16 4,9

9 Metode pengajaran dosen 14 4,2

10 Harapan orang tua yang besar 13 3,9

11 Khawatir terhadap masa depan 12 3,6

12 Ventilasi kelas yang buruk 11 3,4

13 Harapan diri yang besar 10 3,0

14 Berpartisipasi dalam diskusi kelas 7 2,1

15 Berbicara di kelas 3 0,9

16 Pertanyaan lisan dari dosen 2 0,6

17 Dosen yang perfectionist 2 0,6

18 Permasalahan dengan dosen 2 0,6

19 Persaingan dengan teman sekelas 2 0,6

20 Berdebat dengan teman sekelas 1 0,3

21 Pencahayaan kelas yang kurang 1 0,3

22 Kelas yang kotor 1 0,3

23 Lain-lain: Masalah pribadi 1 0,3

24 Tingkah laku teman sekelas 0 0

1.3 Analisa Hasil Wawancara

1.3.1 Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU Responden memiliki alasan tersendiri terhadap hal-hal yang menyebabkan mereka berada dalam kondisi stres saat mengikuti proses pembelajaran. Tabel berikut merupakan alasan sepuluh stressor yang paling banyak dipilih oleh responden yang didapat melalui wawancara.


(46)

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Alasan Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

No Alasan Stressor Frekuensi

1 Mempersiapkan ujian

− Materi perkuliahan yang banyak

− Bahan kuliah yang belum didapat

− Waktu persiapan ujian yang singkat

− Waktu perkuliahan yang singkat

− Khawatir menghadapi ujian

19 14 9 4 4 2 Jadwal kuliah yang padat

− Perkuliahan tidak sesuai dengan jadwal

− Perkuliahan dari pagi sampai sore

− Tidak bisa mengikuti kegiatan di luar perkuliahan

35 9 3 3 Kelas yang terlalu penuh

− Terlalu banyak mahasiswa

− Ruangan kelas ribut

39 2 4 Ujian skill lab

− Berhadapan dengan dosen

− Prosedur harus dihapal dan dilakukan dalam waktu singkat

− Perbedaan penilaian saat belajar dan ujian

− Takut gagal

20 10 2 3 5 Ujian tertulis

− Soal yang banyak, tidak terprediksi, dan jawabannya menjebak

− Kesulitan untuk menghapal

− Bahan ujian terlambat didapat

− Waktu ujian singkat dan khawatir gagal ujian

12 3 2 5 6 Waktu kosong yang sedikit

− Perkuliahan berlangsung setiap hari

− Kegiatan di luar kampus tidak dapat terjadwal dengan baik

− Jadwal kuliah berganti-ganti

15 3 2 7 Kelas yang Ribut

− Suasana kelas ribut sekali sehingga tidak konsentrasi belajar

− Suara dosen ketika mengajar tidak kedegaran

− Banyak perempuan

12 3 2 8 Pengeluaran yang besar

− Pembelian buku BRP

− Untuk membeli makanan di kampus

− Fotokopi bahan perkuliahan dan membeli buku

− Membeli peralatan skill lab

10 2 3 1 9 Metode pengajaran dosen (metode ceramah)

− Membosankan karena hanya membaca slideSlide berbahasa Inggris dan kurang menarik

10 4 10 Harapan orang tua yang besar

− Anak mendapat IP tinggi dan sukses setelah tamat

− Khawatir tidak dapat membahagiakan orang tua

11 2


(47)

1.3.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Respon atau usaha yang paling banyak dipilih mahasiswa saat menghadapi

stressor selama mengikuti perkuliahan KBK adalah mendengarkan musik, tidur, dan jalan-jalan bersama teman. Hasil wawancara ini dianalisa berdasarkan klasifikasi koping oleh Lazarus dan Folkman (1984), yaitu seeking informational support, confrontive coping, planful problem solving, seeking social emotional support,distancing, escape avoidance, self control,accepting responcibility

dan,positive reappraisal.untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Dan Persentasi Jawaban Responden Tentang Koping

Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

No Koping Frekuensi

1 Escape avoidance

− Mendengarkan musik

− Tidur

− Jalan-jalan

− Makan

− Bermain bersama teman

− Olahraga

− Membaca buku cerita

− Menyanyi − Menghayal 10 7 7 5 4 2 2 1 1 2 Self control

− Menenangkan diri

− Menyendiri

− Tidak peduli terhadap masalah

6 3 1 3 Planful problem solving

− Belajar

− Mencari referensi

4 2 4 Seeking emotional support

− Bercerita dengan teman 4

5 Accepting responsibility

− Menjalaninya saja 3

6 Positive reappraisal

− Berdoa 2

7 Distancing

− Berpikir positif 1

8 Seeking informational support

− Berdskusi dengan teman dan dosen 1


(48)

1.3.3 Keefektifan Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, didapatkan hasil bahwa mayoritas stres yang dialami mahasiswa teratasi dengan koping yang mereka pilih, yaitu ada 43 responden (65,2%). Sedangkan 23 responden (34,8%) lainnya mengatakan koping yang dimiliki hanya mampu mengurangi kondisi stres mereka sesaat. Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Keefektifan Fungsi Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Keefektifan koping Frekuensi Persentasi (%)

Stres teratasi 43 65,2

Stres berkurang 23 34,8

Stres tidak teratasi 0 0

2. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran stressor dan koping mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU.

2.1 Stressor Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Stres adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari, disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, 1998). Baumel (2000) menyatakan stres akademik muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru ataupun teman sebaya dan stress ini meningkat setiap tahunnya seiring dengan tuntutan terhadap anak yang berbakat dan berprestasi yang tidak pernah berhenti.


(49)

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa stressor utama yang dialami oleh mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU adalah mempersiapkan ujian (15,2%), yaitu mempersiapkan ujian blok. Hal ini dikarenakan materi perkuliahan yang banyak, bahan perkuliahan diberikan beberapa hari menjelang ujian, waktu mempersiapkan ujian yang singkat, bahkan mahasiswa mengatakan waktu perkuliahan yang hanya sebentar membuat mereka stres karena terus-terus harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan alasan lainnya adalah kekhawatiran mahasiswa dalam menghadapi ujian. Hal ini sesuai dengan pendapat Abouserie (1994) yang mengatakan para siswa mengalami stres akademik pada tiap semester dengan sumber stres yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian dan dari begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu singkat. Kohn & Frazer (1986) menyebutkan salah satu

stressor akademik adalah akibat mempersiapkan ujian dan menggolongkan

stressor ini dalam psychological stressor.

Stressor kedua adalah terkait jadwal perkuliahan yang padat (14,2%) karena banyaknya jam ganti perkuliahan menjelang ujian akibat ketidakdisiplinan dosen mengajar sesuai waktunya, sehingga menyebabkan jadwal perkuliahan mereka menjadi padat dan berantakan. Perkuliahan yang berlangsung dari pagi sampai sore hari juga membuat mahasiswa tidak dapat mengikuti kegiatan organisasi di luar kampus secara rutin. Selain itu, seringnya dosen datang tidak tepat waktu atau terlambat mengajar juga menjadi alasan mahasiswa mengeluhkan jadwal kuliah yang padat sebagai stressor mereka. Gusniati (2010) dalam penelitiaannya menemukan bahwa salah satu fenomena stres yang dialami siswa


(50)

di sekolah adalah adanya perpanjangan waktu belajar di kelas, sehingga sisiwa merasa letih karena mendapatkan beban studi yang tidak sesuai dengan kebutuhan (overload schedule).

Stressor terkait kelas yang terlalu penuh (12,4%) dikarenakan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu kelas sehingga membuat kelas tidak kondusif saat mengikuti pelajaran. Keadaan kelas dengan mahasiswa yang jumlahnya banyak membuat mahasiswa harus datang cepat agar dapat duduk di urutan depan, dapat melihat slide presentasi tanpa terhalang orang yang duduk di depannya, dan dapat mendengarkan penjelasan dosen ketika mengajar karena kelas yang terlalu penuh membuat kelas menjadi ribut juga bahkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu unsur yang mempengaruhi iklim kelas yang efektif menurut Parson, dkk (2001) adalah lingkungan fisik kelas. Kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga individu-individu yang ada di kelas dapat saling melihat saat aktivitas belajar terjadi dan tempat duduk harus diatur untuk meningkatkan perhatian saat aktivitas belajar berlangsung.

Stressor terkait mengikuti ujian skill lab (10,6%) pada mahasiswa KBK, karena pada ujian skill lab mahasiswa harus melakukan prosedur tindakan di hadapan dosen penguji seorang diri. Hal ini menimbulkan ketegangan sendiri bagi mahasiswa saat mengikuti ujian tersebut, ditambah lagi ekspresi wajah dosen penguji yang tegang membuat mahasiswa yang mengikuti ujian menjadi tegang juga. Selain itu, prosedur tindakan yang harus dihapal dan dilakukan secara berurutan dalam waktu yang singkat juga menjadi alasan mahasiswa. Terkait dengan mengikuti ujian skill lab, mahasiswa juga mengatakan bahwa perbedaan


(51)

penilaian dosen ketika belajar dan ujian, beban skill lab yang berat walaupun hanya 1 SKS,dan rasa takut gagal dalam ujian menjadi alasan penyebab stres mereka.

Stressor mengikuti ujian tertulis (6,7%) atau secara lebih spesifik lagi saat menghadapi ujian multy disciplinary examination (MDE) disebabkan banyaknya jumlah soal yang diujikan, soal yang tidak dapat diprediksi, kesulitan dalam menghapal materi kuliah yang banyak, rasa takut menghadapi ujian, materi kuliah yang terlambat didapat, waktu ujian yang singkat, dan ujian yang setiap blok diadakan membuat mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa juga mengeluhkan pilihan jawaban yang menjebak, membuat mereka kehabisan waktu untuk berpikir dan memilih jawaban yang tepat pada saat ujian. Olejnik dan Holschuh (2007) menjelaskan bahwa siswa akan merasa cemas ketika mengikuti ujian karena siswa mungkin tidak mempersiapkan diri dengan baik. Menurut Wulandari (2010), dalam situasi ujian, banyak mahasiswa yang menjadi lupa akan apa yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya ketegangan dalam menghadapi ujian, sehingga mahasiswa menjadi lupa. Ketegangan ini muncul karena adanya situasi yang mengancam yang mengakibatkan mahasiswa menjadi cemas serta takut gagal dalam ujian.

Berdasarkan hasil penelitian, hal lain yang menjadi stressor mahasiswa adalah terkait waktu kosong yang sedikit (6,1%). Mahasiswa mengeluhkan perkuliahan yang berlangsung setiap hari bahkan adanya perkuliahan pada hari Sabtu membuat mahasiswa kurang memiliki waktu untuk berekreasi dan mengikuti kegiatan organisasi di luar kampus. Stressor ini berkaitan dengan


(52)

stressor jadwal kuliah yang padat, sehingga ada mahasiswa yang mengeluhkan jadwal kuliah yang sering berganti-ganti menyebabkan waktu kosong mereka menjadi sedikit.

Stressor kondisi kelas yang ribut (5,2%) juga berkaitan dengan jumlah mahasiswa yang banyak dalam satu ruangan kelas, sehingga suasana kelas ribut. Mahasiswa juga ribut saat perkuliahan berlangsung sehingga selain mengganggu konsentrasi mahasiswa lainnya saat belajar, suara dosen ketika mengajar juga tidak kedengaran sampai tempat duduk urutan belakang. Alasan lainnya yang dikeluhkan adalah karena jumlah mahasiswa perempuan yang banyak membuat kelas menjadi ribut.

Pengeluaran yang besar (4,9%) dikeluhkan sebagai stressor yang sering sekali dialami mahasiswa dengan sistem pembelajaran KBK. Hal ini terkait dengan pembelian buku BRP yang dirasakan mahasiswa kurang bermanfaat dan harganya mahal. Buku BRP adalah buku yang berisi tentang prasyarat mahasiswa, tujuan pembelajaran, lingkup bahasan, daftar bahan rujukan, metoda pembelajaran, sarana dan prasarana, evaluasi keberhasilan mahasiswa, narasumber dan jadwal pembelajaran pada satu blok.Mahasiswa mengatakan bahwa ada dosen yang memberikan jadwal perkuliahan kepada mereka saat memperkenalkan blok baru, sehingga mahasiswa merasa buku BRP jadi kurang bermanfaat.Pengeluaran lainnya yang dikeluhkan berhubungan dengan fotokopi materi kuliah yang banyak dan pengeluaran untuk membeli makanan ketika di kampus karena waktu perkuliahan dari pagi sampai sore hari. Selain itu,


(53)

pembelian alat-alat yang diperlukan untuk skill lab dan buku kesehatan juga menjadi alasan mahasiswa.

Stressor mengenai metode pembelajaran (4,2%) khususnya metode ceramah saat perkuliahan membuat mahasiswa merasa stres. Menurut mahasiswa metode ceramah adalah metode pembelajaran yang membosankan yang mereka ikuti, karena dosen biasanya hanya mengatakan apa yang tertera di slide

presentasi tanpa ada penjelasan yang lebih lagi, slide menggunakan bahasa Inggris yang kadang tidak diterjemahkan oleh dosen dengan baik dan tampilan slide yang kurang menarik. Hasil wawancara menyatakan adanya dosen yang kurang membangun interaksi dengan mahasiswa membuat mahasiswa yang duduk di belakang kurang mendapat perhatian dari dosen dan akhirnya melakukan hal lain yang seperti ribut maupun tidur di kelas.

Stessor terkait harapan orang tua (3,9%) disebabkan oleh tuntutan orang tua terhadap keberhasilan masa depan anaknya, anaknya mendapatkan nilai indeks prestasi (IP) yang tinggi, dan juga rasa takut mahasiswa tidak dapat memenuhi harapan orang tua.

2.2 Koping Mahasiswa Pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, diperoleh hasil bahwa koping mahasiswa dalam menghadapi keadaan stres selama mengikuti perkuliahan KBK adalah mendengarkan musik, tidur dan jalan-jalan. Berdasarkan klasifikasi koping oleh Lazarus dan Folkman (1984), koping yang dipilih mahasiswa termasuk ke dalam koping yang berfokus pada emosi, yaitu escape avoidance. Koping yang dipilih merupakan tindakan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan


(54)

dimana individu melakukan fantasi andaikan permasalahannya pergi dan mencoba untuk tidak memikirkan tentang masalah dengan menyibukkan diri dengan kegiatan lain.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa selain memilih menggunakan koping escape avoidance, mahasiswa memilih koping self control dan planful problem solving untuk mengatasi stres dalam perkuliahan. Koping self control

yang dilakukan mahasiswa adalah menenangkan diri dengan cara menyendiri dan tidak menanggapi masalah yang dihadapi. Sedangkan koping yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi melalui planful problem solving adalah dengan cara fokus belajar dan mencari referensi materi perkuliahan dari internet.

Lazarus & Folkman (1984) menyatakan koping yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) adalah koping yang bertujuan untuk mengontrol respon emosional terhadap situasi yang menimbulkan masalah. Koping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan apabila individu tidak mampu atau merasa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, sehingga yang diatur individu adalah mengatur emosinya. Koping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) adalah koping yang bertujuan untuk mengatur atau mengatasi masalah penyebab stres dan mencari sumber penyelesaian masalah. Pengelolaan koping ini dapat berupa tindakan merumuskan masalah, membuat alternatif-alternatif jalan keluar, mempertimbangkan segala kemungkinan yang berhubungan dengan alternatif yang akan diambil, memilih alternatif yang terbaik, dan mengambil keputusan untuk bertindak.


(55)

Berdasarkan hasil wawancara yang tertera pada tabel 7, didapatkan hasil bahwa 53 responden (65,2%) menyatakan fungsi koping yang dilakukan dapat mengatasi masalah responden atau stres yang dialami, sedangkan 23 responden (34,8%) lainnya mengatakan mekanisme koping yang dimiliki hanya mampu mengurangi stres mereka. Berdasarkan penelitian, koping yang banyak dipilih mahasiswa adalah koping yang berfokus pada emosi dan mereka mengatakan bahwa masalahnya teratasi dengan melakukan koping tersebut. Menurut analisa peneliti, hasil penelitian yang didapat ini bertentangan dengan yang dikatakan Keliat (1998), yaitu mekanisme pertahanan mental dan respon verbal tidak menyelesaikan masalah secara tuntas, sehingga perlu dikembangkan kemampuan menyelesaikan masalah. Lazarus & Folkman dalam Safaria & Saputra (2009) juga mengatakan bahwa koping yang berfokus pada emosi tidak mampu mengubah kondisi yang stressful. Jadi menurut asumsi peneliti, stres atau masalah yang dialami mahasiswa belum teratasi dengan koping yang digunakan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan penyelesaian masalah untuk menghasilkan mekanisme koping yang adaptif. Keliat (1998) mengatakan bahwa usaha yang bersifat positif, rasional, dan konstruktif yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah adalah mekanisme koping yang adaptif, sedangkan apabila usaha yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah tidak dapat menyelesaikan masalah dengan tuntas disebut dengan mekanisme koping yang maladaptif.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian dilakukan terhadap 66 responden mahasiswa pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi Fakultas Keperawatan USU menggambarkan bahwa mahasiswa mengalami stres saat mengikuti pembelajaran di kampus. Secara garis besar stressor yang dialami dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian besar, yaitu stressor terkait mata pelajaran, dosen, teman sekelas, jadwal kuliah, ruang kelas, keuangan, harapan dan permasalahan pribadi.

Berdasarkan analisa deskriptif diperoleh lima stressor paling banyak dipilih oleh responden, yaitu mempersiapkan ujian (15,2%), jadwal kuliah yang padat (14,2%), kelas yang penuh (12,4%), mengikuti ujian skill lab (10,6%), dan ujian tertulis (6,7%). Semua faktor tersebut dapat menyebabkan stres pada mahasiswa keperawatan yang nantinya dapat berdampak pada jalannya proses pendidikan. Oleh sebab itu mahasiswa perlu memilih koping yang tepat untuk menanggulangi stres. Dari hasil penelitian, koping yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa adalah koping yang berpusat pada emosi, yaitu escape avoidance. Tindakan yang dipilih adalah mendengarkan musik, tidur, dan jalan-jalan. Koping ini dilakukan karena mahasiswa tidak mampu mengubah kondisi yang stressful. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, koping yang dipilih mahasiswa untuk mengatasi kejenuhan yang dialami saat pembelajaran KBK berhasil mengatasi stres yang dihadapi.


(57)

2. Saran

2.1. Pendidikan Keperawatan

Dalam dunia pendidikan keperawatan perlu diadakan unit konseling membantu mahasiswa yang bermasalah dalam pendidikan. Mahasiswa harus diajarkan mengenai tanda dan gejala stres dan penggunaan koping yang efektif agar tidak larut dalam kondisi stres yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan maupun gangguan lainnya saat mengikuti pembelajaran KBK, sehingga proses belajar-mengajar pada mahasiswa dapat berjalan dengan lancar.

Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan ataupun diterapkan dalam pembelajaran KBK berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Bagi mahasiswa

Sebaiknya mahasiswa mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti ujian agar mendapatkan nilai indeks prestasi yang sesuai harapan. Dalam bidang keuangan, mahasiswa diharap dapat memanajemen pengeluaran dengan baik berdasarkan prioritas sehingga tidak melebihi pemasukan. Mahasiswa juga sebaiknya menjaga keadaaan kelas tetap kondusif dan nyaman saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

2. Bagi dosen

Sebaiknya menaati jadwal mengajar dengan tepat waktu sehingga tidak ada pergantian jadwal perkuliahan menjelang ujian. Materi pelajaran diberikan saat perkuliahan selesai, sehingga mahasiswa dapat mempelajarinya dengan baik sebelum waktu ujian. Pada saat pembelajaran ceramah di kelas dosen sebaiknya membuat slide presentasi lebih menarik dan membangun interaksi


(58)

dengan mahasiswa, sehingga semua mahasiswa mendapat perhatian dosen. Pada saat menguji ujian skill lab sebaiknya dosen tidak menunjukkan ekspresi wajah menegangkan agar mahasiswa dapat lebih rileks mengikuti ujian.

3. Bagi instansi pendidikan

Sebaiknya mahasiswa dengan pembelajaran KBK dibagi menjadi dua kelas, karena mahasiswa yang banyak dalam satu kelas akan membuat keadaan kelas tidak kondusif saat proses pembelajaran berlangsung. Fasilitas kelas juga harus dilengkapi, seperti keadaan alat proyektor atau LCD yang dapat menampilkan slide presentasi dengan jelas, penggunaan wireless yang tidak perlu dipegang oleh dosen sehingga dosen dapat dengan leluasa mengajar dan berinteraksi dengan mahasiswa dan fasilitas kipas yang dapat berfungsi sempurna. Selain itu sebaiknya pihak instansi pendidikan dapat mengefektifkan isi dari buku BRP dengan baik sehingga tidak ada mahasiswa yang merasa dirugikan untuk membelinya.

2.2. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan pada 66 mahasiswa pembelajaran KBK Fakultas Keperawatan USU. Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang menyebabkan stres pada mahasiswa pembelajaran KBK, tingkat stres mahasiswa pembelajaran KBK dan teknik reduksi stres yang efektif bagi mahasiswa. Selain itu, penelitian selanjutnya juga disarankan untuk meneliti gambaran faktor penyebab stres pada dosen pengajar di Fakultas Keperawatan USU.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Calaguas, Glenn M. (2011). College Academic Stress: Difference along Gender Lines. Diambil pada tanggal 27 Februari 2012 dari Carolin. (2011). Gambaran Tingkat Stres Pada Mahasiswa Pendidikan Sarjana

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diambil pada tanggal 22 Nopember 2011 dari http://repository.usu.ac.id

Direktorat Akademik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2008). Buku Panduan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi. Diambil pada tanggal 7 Oktober 2011 dari http://www.unud.ac.id Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Fathi, Nurhidayah, & Aarum. (2011). Persepsi Mahasiswa tentang Metode

Pembelajaran KBK. Tidak dipublikasikan, Universitas Sumatera Utara Hanggoro, Fuat Roy. (2010). Perbedaan Tingkat Depresi antara Mahasiswa

dengan Sistem Pembelajaran KBK dan Mahasiswa dengan Sistem Non-KBK di Fakultas Kedokteran UMS. Diambil pada tanggal 7 Oktober 2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id

Hawari, Dadang. ( 2004). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: Gaya Baru

Keliat, Budi Anna. (1998). Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Kohn J.P. &Frazer, G.H. (1986). An Academic Stress Scale: Identification and Rated Importance of Academic Stressors. Diambil pada tanggal 19 April

da

Marseliana. (2011) .Hubungan Pola Komunikasi Remaja 14-17 Tahun dalam Keluarga dengan Perkembangan Sosial Remaja di SMK Mandiri Bojong Gede Bogor. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Nursalam. (2003). Konsep dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


(60)

Polit, D.F & Hungler, B.P. (1999). NursingResearch: Prinsiples and Method (5thedition). Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi: Teori Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Ross dkk. (1999). Sources of Stress Among College Students. Daimbil pada tanggal 31 Maret 2012 dari http://web.ebscohost.com

Safaria, Triantoro & Nofrans Saputra. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda.

Jakarta: bumi Aksara

Santrock, John W. (2005). Psychology. New York: McGraw-Hill

Sarafino, Edward P. (2006). Health psychology biopsychososial interaction, fifth edition. USA: John Wiley&Sons, Inc

Wade, Carole & Carol Travis. (2008). Psikologi Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Wahyuningsih, Wulan. (2010). Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi. Pengelolaannya antara Siswa SMP ProgramAkselerasi dengan Kelas Reguler. Diambil pada tanggal 3 Oktober 2011 dari http://repository.upi.edu

Wisantya, Nurmalitasari. (2010). Stres pada Siswa SMAN 3 Semarang Ditinjau dari Efikasi Diri Akademik dan Jenis Kelamin. Diambil pada tanggal 4 Juli 2012 dari

Wulandari, Lita Hadiati. (2011). Gambaran Stres Di Bidang Akademik Pada Pelajar Sindrom Hurried Child Di Sekolah Chandra Kusuma. Diambil pada tanggal 4 April 2012 dari http://repository.usu.ac.id


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

Lampiran 3 Lembar Persetujuan menjadi Responden

Oleh:

Yemima Dayfiventy

Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Gambaran Stresor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara”. Penelitian ini merupakan kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.

Saya mengharapkan kesediaan saudara agar dapat berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden untuk keperluan penelitian saya. Saya juga mengharapkan kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan jujur dan menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang saudara berikan dijamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini.

Terima kasih atas bantuan dan partisipasi saudara dalam penelitian ini. Medan, Juni 2012

Peneliti, Responden,


(66)

Lampiran 4 INSTRUMEN PENELITIAN

No.Responden :

Tanggal :

A. Data Demografi Responden

Petunjuk : - Jawablah pertanyaan yang tersedia dan berikan tanda (√) pada tempat yang telah disediakan.

- Tiap pertanyaan harus diisi dengan satu jawaban.

1. Umur : ….. tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

3. Angkatan : 2010 2011

4. Agama : Islam Katolik Protestan 5. Tempat tinggal : Tinggal bersama Rumah kost Tinggal

Orang tua dengan

saudara

6. Jalur masuk PTN : PMP UMB

SNMPTN Mandiri

B. Kuisioner Stressor pada Mahasiswa Sistem KBK Fakultas Keperawatan USU

Jawablah pertanyaan berikut:

Berikan tanda (√) pada 5 stressor yang paling sering anda alami selama mengikuti perkuliahan KBK di Fakultas Keperawatan

Mempersiapkan ujian Permasalahan dengan dosen

Ujian tertulis Berdebat dengan teman sekelas kelas


(67)

Ujian skill lab Tingkah laku teman sekelas Jadwal kuliah yang padat Pencahayaan kelas yang kurang

Waktu kosong yang terlalu sedikit Kelas yang kotor

Kelas yang terlalu penuh Kelas yang ribut

Ventilasi kelas yang buruk Pengeluaran yang besar

Berpartisipasi dalam diskusi kelas Harapan orang tua yang besar

Berbicara di kelas Khawatir terhadap masa depan

Dosen yang perfectionist Harapan diri yang besar Metode pengajaran dosen

Lain-lain sebutkan ………

………..

………..


(68)

C. Panduan Pertanyaan Wawancara mengenai Stressor dan Koping pada Mahasiswa Sistem KBK Fakultas Keperawatan USU

Jawablah pertanyaan berikut!

1. Mengapa hal tersebut dapat membuat anda stres? 2. Apa yang anda lakukan saat stressor tersebut muncul? 3. Apakah tindakan tersebut berhasil mengatasi stressor anda?


(1)

k6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 27 40.9 40.9 40.9

ya 39 59.1 59.1 100.0

Total 66 100.0 100.0

k7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 56 84.8 84.8 84.8

ya 10 15.2 15.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

k8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 63 95.5 95.5 95.5

ya 3 4.5 4.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

k9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak 64 97.0 97.0 97.0

ya 2 3.0 3.0 100.0


(2)

Lampiran 6 CURRICULUM VITAE

Nama : Yemima Dayfiventy

Tempat, Tanggal Lahir : Loksemawe, 05 Nopember 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jln. Rindam I No. 2A, Pematangsiantar

Riwayat Pendidikan

• 1995-2000 : SD Negeri 13 Lhokseumawe • 2000-2002 : SD Negeri 122401 Pematangsiantar • 2002-2005 : SMP Negeri 10 Pematangsiantar • 2005-2008 : SMA Negeri 4 Pematangsiantar


(3)

Lampiran 7

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

- Biaya kertas print proposal Rp 80.000,-

- Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 30.000,-

- Biaya internet Rp 50.000,-

- Perbanyak proposal dan penjilidan Rp 70.000,-

- Konsumsi saat sidang proposal Rp 70.000,-

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Penggandaan kuesioner Rp 15.000,-

- Souvenir penelitian Rp 50.000,-

3. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp 100.000,-

- Penggandaan skripsi dan penjilidan Rp 150.000,-

- Biaya sidang skripsi Rp 150.000,-

- Konsumsi saat sidang skripsi Rp 150.000,-

4. Biaya tidak Terduga

Jumlah Rp1.006.500,-


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 72 77

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 1

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 1 6

Perbandingan Pelaksanaan Metode Pembelajaran Laboratorium pada Mahasiswa Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum Berbasisi Isi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 15

Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres 1.1 Pengertian Stres Akademik - Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 18

Gambaran Stressor dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 10

Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 1 18

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres 1.1 Pengertian Stres Akademik - Gambaran Stressor Dan Koping Mahasiswa Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 18