menimbulkan penilaian yang berbeda dari sebelumnya dan munculnya penilaian yang baru terhadap kelompoknya. Ketika individu memandang bahwa
kelompoknya memiliki kesatuan yang baik entitativity yang tinggi, maka perilaku yang akan ditunjukkan oleh individu tersebut juga akan cenderung sama
dengan apa yang diharapkan oleh kelompoknya Batang, Mart, Millar, Cole,
1984. Kedua, entitativity dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kelompoknya ketika kelompok tersebut memiliki dampak atau pengaruh yang
relatif besar bagi sekitarnya Hamilton dan Sherman, 1996.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara social identity dengan perceive entitativity pada mahasiswa Fakultas
Teknik pelaku tawuran.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan social identity
dengan perceived entitativity pada mahasiswa Fakultas Teknik pelaku tawuran?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan social identity dengan perceived entitativity pada
mahasiswa Fakultas Teknik pelaku tawuran.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini, maka dapat dilihat manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Mengembangkan kajian ilmu di bidang psikologi, khususnya psikologi
sosial yang menyangkut permasalahan mengenai social identity dan perceived entitativity, khususnya pada mahasiswa pelaku tawuran
b. Memperkaya literatur dan menambah daftar temuan penelitian yang
berkaitan dengan social identity dan perceived entitativity, khususnya pada mahasiswa pelaku tawuran. Selain itu, untuk berbagi dasar pengetahuan
bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai social identity dan perceived entitativity
2. Manfaat Praktis
a. Dapat bermanfaat bagi orangtua, pendidik, dan terutama mahasiswa
sendiri, sehingga dapat lebih memahami hubungan ataupun dinamika yang terjadi di dalam kelompoknya
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak-pihak yang ingin melakukan
intervensi ataupun tindakan preventif untuk mencegah kemungkinan terjadinya tawuran, khususnya pada mahasiswa Fakultas Teknik USU
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
Universitas Sumatera Utara
BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti yaitu teori social identity, teori perceived entitativity, teori mengenai
tawuran, teori mengenai hubungan antara social identity dengan perceived entitativity, serta hipotesa penelitian.
BAB III : Metode Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel
penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur penelitian, validitas dan
reliabilitas, uji daya beda aitem, prosedur pelaksanaan penelitian, serta metode analisis data.
BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini berisi uraian tentang gambaran subjek penelitian, hasil
penelitian yang meliputi hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, dan hasil tambahan penelitian, serta pembahasan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini memuat mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI
A. Social Identity 1. Definisi
Teori social identity identitas sosial dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial
dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel 1982, social identity identitas sosial adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan
mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity
berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
Hogg dan Abram 1990 menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam
berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai
minat. Menurut William James dalam Walgito, 2002, social identity lebih
diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang
tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya,
uangnya dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor 1991 menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Universitas Sumatera Utara