hubungan kebersamaan yaitu hubungan kebersamaan dari ‘mereka’ yang dianggap tidak dapat merepresentasikan ‘kami’.
1.4.2. Imagined Communities
Sebagaimana dalam pandangan Anderson yang mendefenisikan nation bangsa sebagai komunitas politik dan dibayangkan sebagai sesuatu yang bersifat
terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan. Bangsa adalah sesuatu yang terbayang karena para anggota bangsa terkecil sekali pun tidak bakal tahu dan
takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka.
Namun toh di benak setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka. Bangsa dibayangkan sebagai sesuatu
yang pada hakikatnya bersifat terbatas karena bahkan bangsa-bangsa paling besar pun yang anggotanya mungkin semilyar manusia memiliki garis-garis perbatasan
yang pasti memiliki elastis. Di luar perbatasan itu adalah bangsa-bangsa lain. Tak satu bangsa pun membayangkan dirinya meliputi seluruh umat manusia di bumi.
Para nasionalis yang paling mendekati sikap ‘juru selamat’ pun tidak mendambakan datangnya hari agung di mana seluruh anggota spesies manusia
bakal bergabung dengan bangsa mereka dengan cara seperti pada zaman-zaman tertentu, orang-orang Kristen memimpikan sebuah planet yang seutuhnya orang
Kristen. Bangsa dibayangkan sebagai sesuatu yang berdaulat lantaran konsep itu
Universitas Sumatera Utara
lahir dalam kurun waktu di mana pencerahan dan revolusi memporak-porandakan keabsahan ranah dinasti berjenjang berkat pentahbisan oleh Tuhan sendiri.
15
Konsep itu beranjak matang di masa para pengikut paling setia pun dari agama universal mana pun tak ayal lagi dihadang kemajemukan agama-agama
universal yang hidup, dan harus menghadapi alomorfisme antara masing-masng klaim keimanan ontologis serta bentang kewilayahannya yang terbatas, maka dari
itu bangsa-bangsa bermimipi tentang kebebasan dan andai pun di bawah lindungan Tuhan secara langsung tanpa perantara. Panji-panji kebebasan ini
adalah negara berdaulat. Akhirnya, bangsa dibayangkan sebagai sebuah komunitas, sebab tidak peduli akan ketidakadilan yang ada dan penghisapan yang
mungkin tak terhapuskan dalam setiap bangsa, bangsa itu sendiri selalu dipahami sebagai kesetiakawanan yang masuk mendalam dan melebar-mendatar. Pada
akhirnya, selama dua abad terakhir, rasa persaudaraan inilah yang memungkinkan begitu banyak orang, jutaan jumlahnya, bersedia jangankan melenyapkan nyawa
orang lain, merenggut nyawa sendiri pun rela demi pembayangan tentang yang terbatas itu.
16
Konsep komunitas terbayang juga akan kembali kepada pernyataan bahwa representasi itu tidak bersifat tetap. Pada dasarnya dalam sebuah sistem, semua
elemen masyarakat memiliki ikatan emosional yang kuat yang dalam pandangan Anderson sebuah kebersatuan dalam bentuk nasionalisme tetapi ikatan emosional
itu pun menjadi luntur sehingga timbul sebuah formasi sosial baru yang dianggap lebih baik dan representatif. Kemunculan komunitas terbayang bisa saja terjadi
akibat kesamaan suku, agama, ras, dan wilayah. Dari pemahaman tersebut jelas
15
Benedict Anderson, Imagined Communities Yogyakarta: Insist Pustaka Pelajar, 2002, hal. 8- 10
16
Ibid., hal. 11
Universitas Sumatera Utara
bahwa identitas bersifat dinamis yang dalam pandangan Laclau mengatakan bahwa identitas bisa terbentuk dalam sebuah wacana sosial.
1.4.3. Revolusi Demokratik ke arah Welfare State