2.3. Subcomandate Insurgente Marcos
Pendudukan yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Zapatista EZLN di kota-kota besar di negara bagian Chiapas pada 1 Januari 1994 tidak
terlepas dari sosok seorang Subcomandante Marcos. Ia adalah tokoh sentral dan juga sebagai pimpinan dari kelompok pemberontak Zapatista yang selalu
menyerukan keadilan, kebebasan, dan demokrasi. Marcos bersama EZLN-nya yang menyuarakan agar tidak ada disparitas dan diskriminasi khususnya kepada
para petani adat Chiapas karena di situlah kelaliman pemerintah dirasakan sangat kuat dan marginalisasi pemerintah atas penduduk petani adat Chiapas, Marcos
juga menentang pemerintah karena mengarah kepada sistem neoliberalisme yang tentu saja akan mematikan para produsen kecil termasuk di dalamnya para petani
adat. Marcos bukan hanya seorang tokoh revolusioner tapi ia juga adalah
seorang sastrawan handal yang mampu meraih simpati dari penduduk dan bahkan simpati seantero dunia karena daya inspirasinya yang sangat kuat apalagi pada
kelompok-kelompok pergerakan sosial dan bahkan kepada tokoh-tokoh dunia seperti sastrawan senior Meksiko Octavio Paz, Intelektual Perancis Regis Debray,
Jose Saramago pemenang nobel sastra Portugis, hingga Garcia Marquez – sang empu realisme magis – yang sampai mengakui bahwa apa yang tengah
berlangsung di Chiapas membuatnya ingin membuang buku-bukunya ke laut.
42
Marcos dan seluruh tentara pemberontak Zapatista sangat khas dengan Balaclava-nya tutup kepala yang biasa dipakai para petani untuk menghindarkan
diri dari udara dingin atau biasa disebut dengan topeng ski, Marcos juga tidak
42
Subcomandante Marcos, Kata Adalah Senjata Yogyakarta: Resist Book , 2006, hal. vii
Universitas Sumatera Utara
pernah terlepas dengan rokok pipanya yang selalu mengeluarkan kepulan asap yang tebal. Sosok yang sering mengeluarkan komunike-komunike kepada
penduduk dan Pemerintah Meksiko, seperti deklarasi perang yang ia kemukakan pada hari pertama pemberontakan yang kemudian menyerukan Ya Basta cukup
sudah, yaitu seruan EZLN yang menjadi semboyan khas Zapatista. Gerilyawan bertopeng yang wajahnya tersembunyi di balik topeng ski
hitam, yang membaca deklarasi dari balkon balai kota di San Cristobal de las Casas pada hari pertama tahun 1994 menyebut dirinya Subcomandante Marcos.
Tidak ada yang tahu persis siapa sosok Subcomandante Marcos, namun ada yang mengatakan bahwa Ia adalah seorang mantan mahasiswa filsafat yang bernama
asli Rafael Sebastian Guillen, putra produsen furnitur dari kota Pampico, salah satu kota utama di bagian utara Meksiko. Setelah menyelesaikan studinya di
sebuah sekolah Yesuit, Guillen menyelesaikan gelar dalam filsafat di Kota Meksiko, di mana ia dipengaruhi oleh teoritis strukturalis Perancis yang terkenal
pada saat itu. Tesisnya masih tersedia di perpustakaan di Universidad Nacional Autonoma de Meksiko Departemen Filsafat penuh dengan referensi Foucault,
Althusser, dan ilmuwan politik Marxis Nicos Poulantzas. Guillen lantas menyerukan jenis baru filsafat yang akan didasarkan pada praktek politik
proletar, yang akan membuat teori dengan politik dan politik dengan teori. Setelah ia menyelesaikan gelar filsafatnya, Guillen mengambil pos mengajar seni
grafis di sebuah universitas eksperimental di pinggiran Mexico City. Ia menunjukkan minat yang kuat dalam seni visual.
43
43
Kevin McDonald, Global Movements, Action and Culture Oxford: Blackwell , 2006, hal. 113
Universitas Sumatera Utara
Sampai di sini bisa ditarik beberapa kesamaan dan perbedaan antara Zapatisme awal abad 20 dengan Zapatisme akhir abad 20. Keduanya sama-sama
lahir di negara bagian yang punya gunung-gunung tinggi berhutan lebat, dengan kandungan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa
banyaknya, serta rakyat tertindas yang hampir tidak mendapat apa-apa dari kekayaan alam mereka sendiri. Di Morelos zaman Zapata, yang berkuasa adalah
juragan gula, sedangkan di Chiapas zaman Marcos, yang berkuasa adalah juragan ternak. Keduanya sama-sama mencerca presiden yang mengaku progresif, ketika
orang lain masih terkesima oleh pencapaian mereka. Sama seperti Zapata mencerca Madero yang membualkan perubahan, Zapatista 1994 bangkit ketika
Carlos Salinas de Gortari membuai seluruh Meksiko dengan impian dunia pertama: indikator-indikator ekonomi yang meninggi, gemuruh modernisasi, dan
masuknya Meksiko ke dalam NAFTA. Tapi Zapatista telah melihat kehancuran yang dikandung oleh impian manis macam itu.
44
Namun bedanya adalah meski Zapata berhasil merengkuh pengaruh pada beberapa intelektual urban, ia sesungguhnya tak pernah bisa beranjak lebih jauh
lagi dari Morelos. Negara bagian kecil itu seakan menjadi kerajaannya yang ia kenali dengan akrab tiap derita manusia dan lekuk jalannya. Sementara Marcos,
dari mula memang menunjukkan pemberontakan EZLN kepada publik yang lebih luas. EZLN bergerak agar masyarakat sipil Meksiko bergerak, sehingga EZLN
sendiri bisa terhapus. Inilah salah satu paradoks Zapatista yang paling terkenal: “EZLN berjuang agar dirinya tiada.”
45
44
Subcomandante Marcos, Atas dan Bawah: Topeng dan Keheningan Yogyakarta: Resist Book , 2005, hal. xxxi
45
Ibid,. Hal. xxxii
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENCIPTAAN
WELFARE STATE DALAM SEBUAH NEGARA DESPOTISME
3.1. Meksiko Demokratis dan Berkeadilan: Konstruksi Wacana
Subcommandante Marcos
Tidak bisa dipungkiri bahwa kemunculan Subcomandante Marcos dan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista-nya merupakan hasil dari tindakan
pemerintah Meksiko yang diskriminatif dan tidak demokratis. Sebelumnya, Emiliano Zapata telah menunjukkan kekesalannya kepada pemerintah Porfirio
Diaz pada 1910 yang bisa dikatakan sebagai revolusi berdarah. Sama halnya dengan pemerintahan Carlos Salinas yang tidak ada bedanya sama sekali dengan
pemerintahan Diaz, namun hal itu tidak urung membuat pemerintah Meksiko sadar akan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, tetapi semakin menonjolkan
sentralistik dan kediktatorannya. Awal dari kekecewaan Zapatista abad ke-20 adalah karena alienasi penduduk adat suku Indian dan kepemilikan tanah yang
tidak merata yang dilakukan oleh pemerintah Meksiko, tetapi pemerintah mengabaikannya. Sebelumnya Tentara Zapatista telah mencoba cara-cara damai
dan legal langkah dialogis tanpa ada hasilnya, selama 10 tahun terakhir kurang lebih 150.000 penduduk adat meninggal akibat penyakit-penyakit yang
sebenarnya mudah untuk disembuhkan. Rencana sosial ekonomi pemerintah tidak menawarkan solusi nyata apapun atas masalah penduduk adat dan sebatas
memberi zakat fitrah manakala ada pemilu, namun hal itu hanya bersifat temporer
Universitas Sumatera Utara