BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDIRI LAIN YANG SUDAH
MENYETORKAN MODALNYA SECARA TUNAI
A. Kegagalan Pendiri Menyetorkan Modal Sebagai Perbuatan Wanprestasi
Pada hakekatnya dapat dikatakan bahwa modal dalam pengertian yang sangat luas merupakan faktor utama bagi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan
berusaha pada umumnya. Kegiatan berusaha dalam bentuk apapun dan yang dilakukan oleh siapapun sangat bergantung pada faktor modal tersebut. Modal
menjadi sangat penting artinya bagi setiap kegiatan berusaha, karena modal merupakan sumber energi baik untuk kelangsungan, pengembangan maupun
pertumbuhan badan-badan usaha pada umumnya dalam melakukan kegiatannya tanpa melibatkan pada bidang usaha, luasnya cakupan usaha dan pemasaran hasil
usaha.
176
Sehubungan dengan pendirian perseroan berdasarkan perjanjian ini, perbuatan hukum pendirian oleh 2 dua orang atau lebih itu tidak hanya
melahirkan perjanjian diantara pendiri, tetapi juga mengakibatkan perjanjian antara semua pendiri di satu pihak dan perseroan di pihak lain. Berdasarkan
perjanjian pendirian dimaksud, para pendiri berhak menerima saham dalam perseroan sekaligus wajib melakukan penyetoran penuh atas saham yang
diambilnya.
177
176
Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: Mandar Maju,
2000. Hal. 1.
177
Hasbullah F, Sjawie, Op.Cit. hal. 65
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian merupakan satu hal yang penting dalam hukum perdata. Oleh karena itu hukum perdata banyak mengatur peraturan hukum yang berdasarkan
atas janji-janji seseorang kepada orang lain. Perjanjian tersebut merupakan satu peristiwa ketika seseorang berjanji kepada orang lain saling berjanji untuk
melakukan suatu hal.
178
Sebagaimana dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkankan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang
melakukan hubungan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu
perjanjian itu mengandung hal-hal sebagai berikut:
179
1. Adanya suatu perbuatan hukum atau hubungan hukum;
2. Adanya dua pihak atau lebih yang mengikatkan diri;
3. Berdasarkan kata sepakat;
4. Adanya tujuan tertentu yaitu untuk menimbulkan hak dan kewajiban.
Prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian atau perikatan tersebut wajib dipenuhi oleh para pihak. Apabila debitur atau salah satu pihak tidak memenuhi
prestasi sebagaimana telah ditentukan dalam perjanjian maka ia telah melakukan wanprestasi.
180
178
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Hal. 61
179
Ibid
180
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Jelaslah bahwa penyetoran saham merupakan kewajiban mutlak yang harus dipenuhi oleh mereka yang telah mengambil bagian dan menyetujui penempatan
saham tersebut oleh perseroan dalam suatu dokumen resmi, baik dilakukan sebelum maupun setelah perseroan terbatas tersebut berdiri dan memperoleh
status sebagai badan hukum. Ketiadaan penyetoran saham pada saat yang telah ditentukan menerbitkan perikatan utang piutang antara perseroan sebagai kreditur
dengan para pemegang saham sebagai debitur.
181
Berdasarkan saat lahirnya, secara garis besar kewajiban penyetoran saham oleh para pendiri maupun pemegang saham perseroan dapat dikategorikan ke
dalam tiga momen, yaitu kewajiban penyetoran pada saat:
182
1. Akta pendirian perseroan di tanda tangani;
2. Pada saat perseroan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman;
3. Pada saat perseroan melakukan peningkatan modal, baik modal dasar,
modal ditempatkan atau dikeluarkan maupun modal disetor. Untuk melaksanakan pengawasan atas penyetoran modal perseroan, Menteri
Kehakiman telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan
Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data
Perseroan Terbatas dalam Pasal 13 ayat 3: c. bukti setor modal Perseroan, berupa:
181
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, op.cit. hal. 49
182
Ibid
Universitas Sumatera Utara
1. fotokopi slip setoran atau fotokopi surat keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening bersama atas nama para pendiri atau asli surat
pernyataan telah menyetor modal Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota
dewan komisaris Perseroan, jika setoran modal dalam bentuk uang;
Permohonan pengesahan akta pendirian perseroan tersebut dapat diterima walaupun hanya melampirkan asli surat pernyataan telah menyetor modal
Perseroan. Hal tersebut telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana yang telah disebutkan diatas.
Melalui Keputusan Menteri Kehakiman tersebut, diharapkan dapat melakukan monitor langsung pelaksanaan penyetoran modal perseroan oleh para
pendiri, maupun pemegang saham. Walaupun demikian ada 2 dua hal yang luput dari pengawasan tersebut, yaitu:
183
1. Penyetoran oleh pemegang saham setelah akta pendirian perseroan
memperoleh pengesahan; 2.
Penyetoran sebagai akibat peningkatan modal dasar perseroan setelah perubahan anggaran dasar perseroan memperoleh persetujuan dari
Menteri. Untuk kedua hal tersebut pelaksanaan penyetoran saham sangat tergantung
pada direksi perseroan. Di sini direksi perseroan diharapkan dapat bertindak pro aktif untuk melakukan penagihan atas utang pemegang saham terhadap perseroan.
Dalam hal ini penagihan telah dilakukan, namun penyetoran modal tidak juga dilaksanakan maka perseroan dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
184
183
Ibid
184
Ibid, hal. 51
Universitas Sumatera Utara
1. Mengajukan gugatan perdata ke pemegang saham yang tidak melakukan
penyetoran dalam bentuk gugatan utang piutang; 2.
Meminta dilakukannya Rapat Umum Pemegang Saham yang bertujuan untuk:
a. Membeli kembali saham perseroan yang tidak disetor oleh pemegang
saham sebagai treasury stock; b.
Secara tegas menyatakan pengurangan modal perseroan; atau c.
Memberikan hak kepada pemegang saham lainnya atau pihak ketiga yang disetujui untuk secara langsung mengambil alih, dengan
menyetor penuh dan sekaligus, seluruh saham yang belum disetor oleh pemegang saham lama.
Syarat pertama agar hak tagih pemegang saham dapat dikompensasi sebagai penyetoran kewajiban pembayaran atas saham yang telah diambilnya harus
disetujui RUPS Penjelasan Pasal 35 ayat 1 mengatakan, diperlukannya persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah untuk menegaskan
bahwa hanya dengan persetujuan RUPS dapat dilakukan kompensasi karena dengan disetujuinya kompensasi, hak didahulukan pemegang saham lainnya untuk
mengambil saham baru dengan sendirinya dilepaskan. Keputusan RUPS yang menyetujui kompensasi hak tagih pemegang saham
sebagai setoran saham yang mereka ambil, baru sah apabila tata cara RUPS mulai dari panggilan rapat, kuorum, dan jumlah suara, dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
185
185
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Pendiri lain yang telah menyetorkan modal dapat mengajukan gugatan perdata ke pendiri perseroan yang tidak menyetorkan modal ke perseroan
sebagaimana mestinya. Gugatan yang dimaksud adalah wanprestasi. Wanprestasi atau kelalaian mempunyai akibat-akibat yang begitu penting,
maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim.
Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan bahwa seseorang lalai atau alpa, karena seringkali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak
diwajibkan melakukan prestasi yang dijanjikan.
186
Ada 4 macam bentuk dari wanprestasi, yaitu:
187
a. Tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat lagi
atau tidak dapat diperbaiki. b.
Terlambat memenuhi prestasi. c.
Memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak sebagaimana mestinya. d.
Melakukan sesuatu namun menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Konsekuensi dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam kontrak tersebut untuk menuntut ganti kerugian dari pihak
yang telah merugikannya, yaitu pihak yang telah melakukan wanprestasi.
188
Wanprestasi ingkar janji berarti tidak melaksanakan isi kontrak. Padahal pihak-pihak sebelumnya telah sepakat melaksanakannya. Untuk mencegah
wanprestasi dan memberikan keadilan serta kepastian hukum kepada pihak-pihak,
186
Endang Purwaningsih, op.cit. hal. 69
187
Handri Haharjo, op.cit. hal. 80
188
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Modern Di Era Global, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2012
Universitas Sumatera Utara
hukum menyediakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan perjanjian, dan peralihan resiko.
189
Sanksi demikian merupakan sanksi perdata karena masalah kontrak menyangkut kepentingan pribadi, yang berbeda dengan sanksi pidana berupa
hukuman fisik pemenjaraan terhadap pelaku kejahatan atau tindak pidana tertentu sebagaimana diatur dalam hukum pidana. Ganti rugi yang dapat digugat
terhadap wanprestasi adalah penggantian kerugian material yang nyata akibat wanprestasi tersebut. Ganti rugi tersebut dapat berupa biaya yang telah
dikeluarkan, kerugian yang diderita, dan keuntungan yang seharusnya bisa didapatkan seandainya tidak terjadi wanprestasi. Disamping itu, juga penggantian
kerugian immaterial berupa kehilangan kesempatan yang semuanya perlu dihitung berapa besar jumlahnya dalam bentuk uang.
190
Wanprestasi yang berarti suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak berprestasi atau tidak melaksanakan kewajibannya dan dia dapat dipersalahkan.
Ada tiga unsur yang menentukan kesalahan, yaitu:
191
1. Perbuatan yang dilakukan debitur dapat disesalkan kreditur. 2. Debitur dapat menduga akibatnya.
3. Debitur dalam keadaan cakap berbuat. Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam
perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur karena 2 dua kemungkinan alasan, yaitu:
192
189
Sanusi Bintang, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Dan Bisnis, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2000. Hal. 19
190
Ibid, hal 19-20
191
Handri Hararjo, op.cit, hal. 79
Universitas Sumatera Utara
1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian dan;
2. Karena keadaan memaksa force majeure, di luar kemampuan debitur.
Jadi, debitur tidak bersalah. Untuk menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan wanprestasi,
perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Dalam hal ini, ada 3 tiga keadaan, yaitu:
1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali;
2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru; dan
3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat.
Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan waprestasi, perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan jangka waktu pelaksanaan
pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan, perlu memperingatkan debitur supaya dia
memenuhi prestasi. Dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentuan Pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata debitur dianggap
lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan.
193
Akibat dari wanprestasi yang dapat ditimbulkan dari suatu keadaan wanprestasi, yaitu:
194
1. Bagi debitur:
a. Mengganti kerugian.
b. Objek perjanjian menjadi tanggung jawab debitur.
192
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2011, hal. 241
193
Ibid, hal. 242
194
Handri Hararjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,
2009. Hal. 81
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi kreditur Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu
kreditur dapat menuntut: a.
Ganti kerugian Pasal 1243-1252 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah akibat hukum yang ditanggung debitur yang tidak
memenuhi kewajibannya wanprestasi yang berupa memberikan atau mengganti.
Model ganti rugi akibat dari wanprestasi, yaitu:
195
1. Ganti rugi dalam kontrak, ganti rugi hanya dapat dimintakan seperti
tertulis dalam kontrak tersebut, tidak boleh dilebihi atau dikurangi. 2.
Ganti rugi ekspektasi, dihitung juga keuntungan yang seyogianya diperoleh seandainya kontrak tersebut jadi dilaksanakan.
3. Pergantian biaya, dimana ganti rugi dibayar sejumlah biaya-biaya yang
telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan dalam hubungan dengan kontrak atau perjanjian tersebut.
Cara memperingati debitur supaya dia memenuhi prestasinya yaitu dengan cara debitur perlu diberi peringatan tertulis, yang isinya menyatakan bahwa
debitur wajib memenuhi prestasi yang ditentukan. Jika dalam waktu itu debitur tidak memenuhinya, debitur dinyatakan telah lalai atau wanprestasi.
196
Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi dan dapat juga secara tidak resmi. Peringatan tertulis secara resmi dilakukan melalui pengadilan negeri yang
berwenang, yang disebut somasi. Kemudian, Pengadilan Negeri dengan perantara juru sita menyampaikan surat peringatan tersebut kepada debitur yang disertai
195
Faisal Santiago, op.cit. hal. 22
196
Ibid
Universitas Sumatera Utara
berita acara penyampaiannya. Peringatan tertulis tidak resmi, misalnya, melalui surat tercatat, telegram, faksimilie, atau disampaikan sendiri oleh kreditor kepada
debitur dengan tanda terima. Surat peringatan ini disebut ingebreke stelling.
197
Kewajiban ganti rugi tidak dengan sendirinya timbul pada saat kelalaian. Ganti rugi baru efektif menjadi keharusan debitur setelah debitur dinyatakan lalai.
Harus ada pernyataan lalai dari kreditur.
198
Untuk lahirnya kewajiban ganti rugi debitur harus lebih dulu ditempatkan dalam keadaan lalai, melalui prosedur peringatan pernyataan lalai. Dengan begitu
si debitur sudah dapat dikatakan berada dalam keadaan lalai, jika sebelumnya sudah ada pemberitahuan, peringatan atau tegoran kreditur terhadap debitur
bahwa si debitur telah lalai melakukan pelaksanaan perjanjian. Peringatan itu dilakukan oleh kreditur sesaat setelah batas waktu yang ditentukan lewat.
199
Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan waprestasi adalah hukuman atau sanksi hukum sebagai berikut ini:
200
1. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor
Pasal 1243 KUH Perdata 2.
Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan melalui Pengadilan Pasal 1266 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata
197
Ibid
198
M. Yahya Harahap, 2, op.cit. hal. 61
199
Ibid
200
Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Perikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitur sejak
terjadi wanprestasi Pasal 1237 ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
4. Debitur diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau
pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
5. Debitur wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka
Pengadilan Negeri dan debitur dinyatakan bersalah. Sesuai dengan Pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang
menyatakan “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.
Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan tergugat dan merugikan penggugat dimana antara kedua belah pihak tidak ada hubungan kontraktual,
diajukan perbuatan melawan hukum. Gugatan wanprestasi menempatkan penggugat pada posisi seandainya perjanjian tidak terlaksana maka ganti rugi
berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan disamping kerugian yang diderita kreditor.
201
Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau antara dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut
201
Ibid, hal. 266-267
Universitas Sumatera Utara
yang dinamakan perikatan, yaitu suatu hubungan hukum antara dua orang dan berdasarkan hubungan tersebut pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari
pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau
untuk tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
202
Jadi perjanjian itu menimbulkan suatu perikatan antara dua orang atau pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan diucapkan atau yang ditulis, dan yang tertulis ini disebut kontrak.
203
Dengan pengertian tersebut, ada tiga unsur yang dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
204
1. Ada orang yang menuntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut
kreditor; 2.
Ada orang yang dituntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut debitur;
3. Ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi.
Dengan terikatnya para pihak dalam suatu perjanjian, para pihak harus melaksanakannya karena setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi
Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian yang sah harus
202
I.G. Rai Widjaya, op.cit. hal 10.
203
Ibid
204
Zaeni Asyhadie, op.cit. hal. 23
Universitas Sumatera Utara
memenuhi empat syarat yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
205
Jadi perjanjian ini menimbulkan suatu perikatan antara dua orang atau pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau yang ditulis dan yang ditulis ini disebut kontrak. Menurut Black’s Law
Dictionary, kontrak adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu.
206
Di dalam kenyataan sulit untuk menentukan saat debitur dikatakan tidak memenuhi perikatan, karena sering kali ketika mengadakan perjanjian pihak-pihak
tidak menentukan waktu untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Bahkan didalam perikatan di mana waktu untuk melaksanakan prestasi itupun ditentukan, cidera
janji tidak terjadi dengan sendirinya. Yang mudah untuk menentukan saat debitur tidak memenuhi perikatan ialah pada perikatan untuk tidak berbuat sesuatu.
207
Pasal 1265 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa apabila suatu syarat batal dipenuhi maka syarat tersebut menghentikan perikatan
dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan. Dengan demikian si kreditur telah menerima prestasi
yang diperjanjikan harus mengembalikan apa yang telah diterimanya.
208
205
Ibid
206
Ibid, hal 10.
207
Ibid
208
Suharnoko, op.cit, hal. 62
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Pasal 1266 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian
yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi. Akan tetapi, dalam Pasal 1266 ayat 2 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata disebutkan bahwa dalam hal terjadi wanprestasi, maka perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.
209
Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Wanprestasi tidak secara otomatis mengakibatkan batalnya perjanjian,
tetapi harus dimintakan kepada hakim. Hal ini didukung oleh alasan bahwa jika pihak debitur wanprestasi, maka kreditur masih berhak mengajukan gugatan agar
pihak debitur memenuhi perjanjian, sedangkan apabila wanprestasi dianggap sebagai suatu syarat batalnya perjanjian, maka kreditur hanya dapat menuntut
ganti rugi.
210
Selain itu berdasarkan ketentuan Pasal 1266 ayat 4 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hakim berwenang untuk memberikan kesempatan kepada debitur
dalam jangka waktu paling lama satu bulan, untuk memenuhi perjanjian meskipun sebenarnya debitur sudah wanprestasi atau cidera janji. Dalam hal ini hakim
mempunyai discrecy untuk menimbang berat ringannya kelalaian debitur
dibandingkan kerugian yang diderita jika perjanjian dibatalkan.
211
209
Ibid
210
Ibid
211
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Untuk memutuskan apakah terjadinya wanprestasi merupakan syarat batal atau harus dimintakan pembatalannya kepada hakim, harus dipertimbangkan
kasus demi kasus dan pihak yang membuat perjanjian.
212
Manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup tanpa mengadakan hubungan dengan manusia yang lain. Mengadakan hubungan dengan orang lain
dilakukan antara lain dengan menutup perjanjian-perjanjian. Perjanjian merupakan janji dari dua pihak, ada kemungkinan bahwa janji-janji itu tidak
terpenuhi.
213
Pada umumnya setiap orang yang dapat menjadi pendiri suatu perseroan terbatas dapat menjadi pemegang saham perseroan terbatas. Yang dimaksud
dengan para pendiri ini adalah mereka yang hadir dihadapan Notaris pada saat akta pendirian perseroan terbatas ditandatangani. Status hukum para pendiri ini
akan berubah menjadi pemegang saham pada saat perseroan terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, yaitu pada saat akta pendirian perseroan terbatas
tersebut memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Dengan demikian, berarti, pada saat yang bersamaan juga, yaitu saat perseroan terbatas
memperoleh status badan hukum, saham perseroan sebagai bukti pemilikan pemegang saham dalam perseroan terbatas memperoleh kedudukannya dalam
hukum.
214
Secara umum, mereka yang dianggap mampu untuk hadir dan bertindak sebagai pendiri adalah mereka yang sudah diberlakukan sebagai pihak yang cakap
212
Ibid
213
J. Satrio, Wanprestasi Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Doktrin, dan
Yurisprudensi, Bandung: Citra Aditya Bakti: 2012, hal. 1
214
Gunawan Widjaja, hal. 39-40
Universitas Sumatera Utara
untuk bertindak dalam membuat perjanjian. Ini adalah konsekwensi logis dari pengertian perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan perjanjian. Dengan
demikian setiap orang yang cakap untuk membuat perjanjian, yaitu semua orang dewasa, kecuali yang berada dibawah pengampuan atau karena Undang-undang
dinyatakan tidak cakap untuk melakukan tindakan hukum dapat menjadi pendiri dan pemegang saham perseroan terbatas.
215
Para pendiri perseroan berkewajiban dalam menyetor modal ke dalam perseroan dimaksudkan supaya perseroan memiliki modal awal dalam melakukan
kegiatan perseroan dalam rangka mencapai tujuan perseroan dalam upaya mendapatkan keuntungan. Jika tidak adanya modal awal perseroan, maka sudah
jelas perseroan tidak dapat menjalankan kegiatannya untuk mencari keuntungan. Apa yang diinbrengkan ke dalam pendirian perseroan terbatas merupakan
pembayaran atas saham yang diambil pendiri perseroan dari perseroan tersebut.
216
Pasal 12 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa:
1 Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan
penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian.
2 Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
dinyatakan dengan akta yang bukan akta otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian.
3 Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
dinyatakan dengan akta otentik, nomor, tanggal dan nama serta tempat kedudukan Notaris yang membuat akta otentik tersebut disebutkan
dalam akta pendirian Perseroan.
4 Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2,
dan ayat 3 tidak dipenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat Perseroan.
215
Ibid
216
Abdul Muis, Op.Cit. hal. 54
Universitas Sumatera Utara
Pasal 13 1
Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan
menjadi badan hukum apabila RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban
yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya.
Pendirian dalam akta otentik yang terdapat dalam Pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta Notaris
yang dibuat dalam bahasa Indonesia” disini pendirian perseroan terbatas tetap sah, tetapi belum berstatus badan hukum, hanya sebatas terjadinya hubungan
kontraktual.
217
Apabila ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri sebelum perseroan disahkan, maka menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, perbuatan hukum tersebut akan mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum dengan 3 persyaratan, yaitu:
1. Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang
dibuat oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri dengan pihak ketiga.
2. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan
kewajiban yang dibuat pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan.
3. Perseroan mengkuhkan secara tertulis sema perbuatan hukum yang
dilakukan atas nama perseroan.
Apabila perbuatan hukum seperti yang dimaksudkan diatas tidak diterima, tidak diambil alih, atau tidak dikukuhkan oleh perseroan, maka akibat hukumnya
217
Abdul R Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, op.cit. hal. 118
Universitas Sumatera Utara
adalah masing-masing pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul.
218
Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum perseroan didirikan
harus dicantumkan dalam akta pendirian. Dalam hal perbuatan hukum tersebut dinyatakan dengan akta yang otentik, maka nomor, tanggal, nama serta tempat
kedudukan Notaris yang membuat akta otentik tersebut disebutkan dalam akta pendirian perseroan terbatas. Apabila ketentuan tidak dipenuhi, perbuatan hukum
tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat perseroan.
219
Menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukan dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan dari
orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi kegiatan bisnis yang sedang berjalan tersebut. Perangkat hukum tersebutlah yang disebut dengan
perjanjian.
220
Pada intinya saat perjanjian diperlukan untuk menjaga para pihak dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dapat terjaga atau adanya suatu kepastian hukum.
Untuk menjadikan pelaksanaan bisnis aman dan tentram, maka diperlukan suatu perangkat hukum yaitu perjanjian. Dengan adanya suatu perjanjian maka akan
menjadi suatu pengikat dan menjadi Undang-undang bagi kedua belah pihak. Oleh karena itu perjanjian yang dibuat jangan dilanggar oleh para pihak yang terlibat
didalamnya, karena apabila dilanggar maka salah satu pihak akan mendapatkan
218
Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta: Asdi Mahasatya,
2007, hal. 5
219
Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas¸Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, hal. 27
220
Faisal Santiago, op.cit. hal. 19
Universitas Sumatera Utara
sanksi dari perjanjian tersebut, dapat dikatakan apabila suatu perjanjian dilanggar:
221
1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang
dirugikan untuk memperoleh ganti rugi; 2.
Jika pelanggaran itu cukup berat, juga akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya.
Dalam hal keputusan persoalan merugikan pemegang saham, ada kemungkinan hal itu merugikan perseroan secara keseluruhan, tetapi juga
mungkin merugikan pribadi pemegang saham tertentu dan yang terakhir ini dapat pula menggugat perseroan untuk kepentingan pribadinya. Jadi, seorang pemegang
saham dapat menuntut atas nama dirinya sendiri dan atau beserta pemegang saham lain, kecuali pemegang saham yang dituntut atau digugat.
222
Sejak ditandatanganinya akta pendirian perseroan oleh para pendiri maka perseroan telah berdiri, dan hubungan antar pendiri adalah hubungan kontraktual
karena perseroan belum memperoleh status badan hukum. Selama perseroan terbatas masih belum memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman maka masih
berlaku hubungan perjanjian kontraktual, tetapi jika perseroan terbatas telah Hak
perseorangan adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas untuk menuntut perserorangan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat
tindakanperbuatan perseroan. Dengan demikian, pemegang saham minoritas dapat bertindak atas namanya sendiri untuk membela kepentingannya bila ada
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham tersebut.
221
Ibid
222
Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan Dan Soal-Soal Aktual Hukum
Perusahaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 27
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman, maka atas hubungan-hubungan hukum yang terjadi dalam perseroan terbatas bukan lagi didasarkan atas
kontraktual melainkan atas dasar institusi.
223
Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dijelaskan beberapa pengertian saham antara lain, dilihat dari sudut pandang ekonomis saham berarti surat bukti
bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor. Saham adalah hak yang dimiliki orang
pemegang saham terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagi di pemilikan dan pengawasan.
224
Modal merupakan hal penting dalam perseroan. Sebab, modal adalah sarana kelangsungan hidup perseroan. Pasal 31 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 menyatakan, bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Ayat ini bisa dipahami, bahwa modal dasar dalam perseroan adalah
saham-saham para pendiri yang telah dikumpulkan dan disatukan. Keseluruhan saham-saham yang disatukan itulah yang disebut modal dasar.
225
Perseroan terbatas sebagai badan usaha bersifat dinamis, artinya perubahan terhadap pemilik modal dan ataupun perubahan modal sangat mungkin terjadi
setiap saat, apalagi dewasa ini yang menjadi objek transaksi tidak terbatas terhadap produk perusahaan semata, akan tetapi perusahaan itu sendiri menjadi
objek transaksi.
226
223
Rudhi Prasetya, op.cit. hal. 130
224
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, Bandung:
Nuansa Aulia, 2007
225
Ibid, hal 58
226
Sentosa Sembiring, op.cit. hal. 21
Universitas Sumatera Utara
Pendirian Perseroan Terbatas tidak hanya sampai pada pembuatan akta pendirian dihadapan Notaris saja. Perseroan Terbatas harus didaftakan kepada
Kementerian Hukum dan HAM, agar akta pendirian mendapat pengesahan. Untuk mendapatkan putusan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM, maka
dilakukan pendaftaran ke Kementerian Hukum dan HAM melalui surat elektronik. Pengajuan dilakukakan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum SABH.
Pendaftaran tersebut dilakukan oleh para pendiri atau Notaris yang ditunjuk melalui surat kuasa. Para pendiri atau Notaris akan mengisi Format Isian Akta
Notaris model I dan II. Selain itu pendaftaran juga dilengkapi oleh dokumen penting pendukung lainnya juga melalui surat elektronik. Pengajuan permohonan
paling lambat 60 enam puluh hari terhitung sejak akta pendirian ditandatangani.
227
B. Perlindungan Hukum Terhadap Pendiri Lain yang Sudah Menyetorkan Modal Secara Tunai