Kegagalan Pendiri Menyetorkan Modal Sebagai Perbuatan Wanprestasi

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDIRI LAIN YANG SUDAH

MENYETORKAN MODALNYA SECARA TUNAI

A. Kegagalan Pendiri Menyetorkan Modal Sebagai Perbuatan Wanprestasi

Pada hakekatnya dapat dikatakan bahwa modal dalam pengertian yang sangat luas merupakan faktor utama bagi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan berusaha pada umumnya. Kegiatan berusaha dalam bentuk apapun dan yang dilakukan oleh siapapun sangat bergantung pada faktor modal tersebut. Modal menjadi sangat penting artinya bagi setiap kegiatan berusaha, karena modal merupakan sumber energi baik untuk kelangsungan, pengembangan maupun pertumbuhan badan-badan usaha pada umumnya dalam melakukan kegiatannya tanpa melibatkan pada bidang usaha, luasnya cakupan usaha dan pemasaran hasil usaha. 176 Sehubungan dengan pendirian perseroan berdasarkan perjanjian ini, perbuatan hukum pendirian oleh 2 dua orang atau lebih itu tidak hanya melahirkan perjanjian diantara pendiri, tetapi juga mengakibatkan perjanjian antara semua pendiri di satu pihak dan perseroan di pihak lain. Berdasarkan perjanjian pendirian dimaksud, para pendiri berhak menerima saham dalam perseroan sekaligus wajib melakukan penyetoran penuh atas saham yang diambilnya. 177 176 Sri Redjeki Hartono, Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Bandung: Mandar Maju, 2000. Hal. 1. 177 Hasbullah F, Sjawie, Op.Cit. hal. 65 Universitas Sumatera Utara Perjanjian merupakan satu hal yang penting dalam hukum perdata. Oleh karena itu hukum perdata banyak mengatur peraturan hukum yang berdasarkan atas janji-janji seseorang kepada orang lain. Perjanjian tersebut merupakan satu peristiwa ketika seseorang berjanji kepada orang lain saling berjanji untuk melakukan suatu hal. 178 Sebagaimana dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkankan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih yang melakukan hubungan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu perjanjian itu mengandung hal-hal sebagai berikut: 179 1. Adanya suatu perbuatan hukum atau hubungan hukum; 2. Adanya dua pihak atau lebih yang mengikatkan diri; 3. Berdasarkan kata sepakat; 4. Adanya tujuan tertentu yaitu untuk menimbulkan hak dan kewajiban. Prestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian atau perikatan tersebut wajib dipenuhi oleh para pihak. Apabila debitur atau salah satu pihak tidak memenuhi prestasi sebagaimana telah ditentukan dalam perjanjian maka ia telah melakukan wanprestasi. 180 178 Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Hal. 61 179 Ibid 180 Ibid Universitas Sumatera Utara Jelaslah bahwa penyetoran saham merupakan kewajiban mutlak yang harus dipenuhi oleh mereka yang telah mengambil bagian dan menyetujui penempatan saham tersebut oleh perseroan dalam suatu dokumen resmi, baik dilakukan sebelum maupun setelah perseroan terbatas tersebut berdiri dan memperoleh status sebagai badan hukum. Ketiadaan penyetoran saham pada saat yang telah ditentukan menerbitkan perikatan utang piutang antara perseroan sebagai kreditur dengan para pemegang saham sebagai debitur. 181 Berdasarkan saat lahirnya, secara garis besar kewajiban penyetoran saham oleh para pendiri maupun pemegang saham perseroan dapat dikategorikan ke dalam tiga momen, yaitu kewajiban penyetoran pada saat: 182 1. Akta pendirian perseroan di tanda tangani; 2. Pada saat perseroan memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman; 3. Pada saat perseroan melakukan peningkatan modal, baik modal dasar, modal ditempatkan atau dikeluarkan maupun modal disetor. Untuk melaksanakan pengawasan atas penyetoran modal perseroan, Menteri Kehakiman telah mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas dalam Pasal 13 ayat 3: c. bukti setor modal Perseroan, berupa: 181 Ahmad Yani Gunawan Widjaja, op.cit. hal. 49 182 Ibid Universitas Sumatera Utara 1. fotokopi slip setoran atau fotokopi surat keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening bersama atas nama para pendiri atau asli surat pernyataan telah menyetor modal Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota Direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris Perseroan, jika setoran modal dalam bentuk uang; Permohonan pengesahan akta pendirian perseroan tersebut dapat diterima walaupun hanya melampirkan asli surat pernyataan telah menyetor modal Perseroan. Hal tersebut telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Melalui Keputusan Menteri Kehakiman tersebut, diharapkan dapat melakukan monitor langsung pelaksanaan penyetoran modal perseroan oleh para pendiri, maupun pemegang saham. Walaupun demikian ada 2 dua hal yang luput dari pengawasan tersebut, yaitu: 183 1. Penyetoran oleh pemegang saham setelah akta pendirian perseroan memperoleh pengesahan; 2. Penyetoran sebagai akibat peningkatan modal dasar perseroan setelah perubahan anggaran dasar perseroan memperoleh persetujuan dari Menteri. Untuk kedua hal tersebut pelaksanaan penyetoran saham sangat tergantung pada direksi perseroan. Di sini direksi perseroan diharapkan dapat bertindak pro aktif untuk melakukan penagihan atas utang pemegang saham terhadap perseroan. Dalam hal ini penagihan telah dilakukan, namun penyetoran modal tidak juga dilaksanakan maka perseroan dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut: 184 183 Ibid 184 Ibid, hal. 51 Universitas Sumatera Utara 1. Mengajukan gugatan perdata ke pemegang saham yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk gugatan utang piutang; 2. Meminta dilakukannya Rapat Umum Pemegang Saham yang bertujuan untuk: a. Membeli kembali saham perseroan yang tidak disetor oleh pemegang saham sebagai treasury stock; b. Secara tegas menyatakan pengurangan modal perseroan; atau c. Memberikan hak kepada pemegang saham lainnya atau pihak ketiga yang disetujui untuk secara langsung mengambil alih, dengan menyetor penuh dan sekaligus, seluruh saham yang belum disetor oleh pemegang saham lama. Syarat pertama agar hak tagih pemegang saham dapat dikompensasi sebagai penyetoran kewajiban pembayaran atas saham yang telah diambilnya harus disetujui RUPS Penjelasan Pasal 35 ayat 1 mengatakan, diperlukannya persetujuan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah untuk menegaskan bahwa hanya dengan persetujuan RUPS dapat dilakukan kompensasi karena dengan disetujuinya kompensasi, hak didahulukan pemegang saham lainnya untuk mengambil saham baru dengan sendirinya dilepaskan. Keputusan RUPS yang menyetujui kompensasi hak tagih pemegang saham sebagai setoran saham yang mereka ambil, baru sah apabila tata cara RUPS mulai dari panggilan rapat, kuorum, dan jumlah suara, dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 185 185 Ibid Universitas Sumatera Utara Pendiri lain yang telah menyetorkan modal dapat mengajukan gugatan perdata ke pendiri perseroan yang tidak menyetorkan modal ke perseroan sebagaimana mestinya. Gugatan yang dimaksud adalah wanprestasi. Wanprestasi atau kelalaian mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah si berutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim. Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan bahwa seseorang lalai atau alpa, karena seringkali juga tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang dijanjikan. 186 Ada 4 macam bentuk dari wanprestasi, yaitu: 187 a. Tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat lagi atau tidak dapat diperbaiki. b. Terlambat memenuhi prestasi. c. Memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak sebagaimana mestinya. d. Melakukan sesuatu namun menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Konsekuensi dari tindakan wanprestasi adalah timbulnya hak dari pihak yang dirugikan dalam kontrak tersebut untuk menuntut ganti kerugian dari pihak yang telah merugikannya, yaitu pihak yang telah melakukan wanprestasi. 188 Wanprestasi ingkar janji berarti tidak melaksanakan isi kontrak. Padahal pihak-pihak sebelumnya telah sepakat melaksanakannya. Untuk mencegah wanprestasi dan memberikan keadilan serta kepastian hukum kepada pihak-pihak, 186 Endang Purwaningsih, op.cit. hal. 69 187 Handri Haharjo, op.cit. hal. 80 188 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Modern Di Era Global, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2012 Universitas Sumatera Utara hukum menyediakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan perjanjian, dan peralihan resiko. 189 Sanksi demikian merupakan sanksi perdata karena masalah kontrak menyangkut kepentingan pribadi, yang berbeda dengan sanksi pidana berupa hukuman fisik pemenjaraan terhadap pelaku kejahatan atau tindak pidana tertentu sebagaimana diatur dalam hukum pidana. Ganti rugi yang dapat digugat terhadap wanprestasi adalah penggantian kerugian material yang nyata akibat wanprestasi tersebut. Ganti rugi tersebut dapat berupa biaya yang telah dikeluarkan, kerugian yang diderita, dan keuntungan yang seharusnya bisa didapatkan seandainya tidak terjadi wanprestasi. Disamping itu, juga penggantian kerugian immaterial berupa kehilangan kesempatan yang semuanya perlu dihitung berapa besar jumlahnya dalam bentuk uang. 190 Wanprestasi yang berarti suatu keadaan yang menunjukkan debitur tidak berprestasi atau tidak melaksanakan kewajibannya dan dia dapat dipersalahkan. Ada tiga unsur yang menentukan kesalahan, yaitu: 191 1. Perbuatan yang dilakukan debitur dapat disesalkan kreditur. 2. Debitur dapat menduga akibatnya. 3. Debitur dalam keadaan cakap berbuat. Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perikatan. Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur karena 2 dua kemungkinan alasan, yaitu: 192 189 Sanusi Bintang, Pokok-Pokok Hukum Ekonomi Dan Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Hal. 19 190 Ibid, hal 19-20 191 Handri Hararjo, op.cit, hal. 79 Universitas Sumatera Utara 1. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun kelalaian dan; 2. Karena keadaan memaksa force majeure, di luar kemampuan debitur. Jadi, debitur tidak bersalah. Untuk menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi. Dalam hal ini, ada 3 tiga keadaan, yaitu: 1. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali; 2. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru; dan 3. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat. Untuk mengetahui sejak kapan debitur dalam keadaan waprestasi, perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan jangka waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan, perlu memperingatkan debitur supaya dia memenuhi prestasi. Dalam hal telah ditentukan tenggang waktunya, menurut ketentuan Pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata debitur dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan. 193 Akibat dari wanprestasi yang dapat ditimbulkan dari suatu keadaan wanprestasi, yaitu: 194 1. Bagi debitur: a. Mengganti kerugian. b. Objek perjanjian menjadi tanggung jawab debitur. 192 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2011, hal. 241 193 Ibid, hal. 242 194 Handri Hararjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009. Hal. 81 Universitas Sumatera Utara 2. Bagi kreditur Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu kreditur dapat menuntut: a. Ganti kerugian Pasal 1243-1252 Kitab Undang-undang Hukum Perdata adalah akibat hukum yang ditanggung debitur yang tidak memenuhi kewajibannya wanprestasi yang berupa memberikan atau mengganti. Model ganti rugi akibat dari wanprestasi, yaitu: 195 1. Ganti rugi dalam kontrak, ganti rugi hanya dapat dimintakan seperti tertulis dalam kontrak tersebut, tidak boleh dilebihi atau dikurangi. 2. Ganti rugi ekspektasi, dihitung juga keuntungan yang seyogianya diperoleh seandainya kontrak tersebut jadi dilaksanakan. 3. Pergantian biaya, dimana ganti rugi dibayar sejumlah biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan dalam hubungan dengan kontrak atau perjanjian tersebut. Cara memperingati debitur supaya dia memenuhi prestasinya yaitu dengan cara debitur perlu diberi peringatan tertulis, yang isinya menyatakan bahwa debitur wajib memenuhi prestasi yang ditentukan. Jika dalam waktu itu debitur tidak memenuhinya, debitur dinyatakan telah lalai atau wanprestasi. 196 Peringatan tertulis dapat dilakukan secara resmi dan dapat juga secara tidak resmi. Peringatan tertulis secara resmi dilakukan melalui pengadilan negeri yang berwenang, yang disebut somasi. Kemudian, Pengadilan Negeri dengan perantara juru sita menyampaikan surat peringatan tersebut kepada debitur yang disertai 195 Faisal Santiago, op.cit. hal. 22 196 Ibid Universitas Sumatera Utara berita acara penyampaiannya. Peringatan tertulis tidak resmi, misalnya, melalui surat tercatat, telegram, faksimilie, atau disampaikan sendiri oleh kreditor kepada debitur dengan tanda terima. Surat peringatan ini disebut ingebreke stelling. 197 Kewajiban ganti rugi tidak dengan sendirinya timbul pada saat kelalaian. Ganti rugi baru efektif menjadi keharusan debitur setelah debitur dinyatakan lalai. Harus ada pernyataan lalai dari kreditur. 198 Untuk lahirnya kewajiban ganti rugi debitur harus lebih dulu ditempatkan dalam keadaan lalai, melalui prosedur peringatan pernyataan lalai. Dengan begitu si debitur sudah dapat dikatakan berada dalam keadaan lalai, jika sebelumnya sudah ada pemberitahuan, peringatan atau tegoran kreditur terhadap debitur bahwa si debitur telah lalai melakukan pelaksanaan perjanjian. Peringatan itu dilakukan oleh kreditur sesaat setelah batas waktu yang ditentukan lewat. 199 Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan waprestasi adalah hukuman atau sanksi hukum sebagai berikut ini: 200 1. Debitur diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor Pasal 1243 KUH Perdata 2. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan melalui Pengadilan Pasal 1266 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 197 Ibid 198 M. Yahya Harahap, 2, op.cit. hal. 61 199 Ibid 200 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Perikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitur sejak terjadi wanprestasi Pasal 1237 ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 4. Debitur diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian Pasal 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata 5. Debitur wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di muka Pengadilan Negeri dan debitur dinyatakan bersalah. Sesuai dengan Pasal 1238 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang menyatakan “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan tergugat dan merugikan penggugat dimana antara kedua belah pihak tidak ada hubungan kontraktual, diajukan perbuatan melawan hukum. Gugatan wanprestasi menempatkan penggugat pada posisi seandainya perjanjian tidak terlaksana maka ganti rugi berupa kehilangan keuntungan yang diharapkan disamping kerugian yang diderita kreditor. 201 Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau antara dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut 201 Ibid, hal. 266-267 Universitas Sumatera Utara yang dinamakan perikatan, yaitu suatu hubungan hukum antara dua orang dan berdasarkan hubungan tersebut pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 202 Jadi perjanjian itu menimbulkan suatu perikatan antara dua orang atau pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan diucapkan atau yang ditulis, dan yang tertulis ini disebut kontrak. 203 Dengan pengertian tersebut, ada tiga unsur yang dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 204 1. Ada orang yang menuntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut kreditor; 2. Ada orang yang dituntut, atau yang dalam istilah bisnis biasa disebut debitur; 3. Ada sesuatu yang dituntut, yaitu prestasi. Dengan terikatnya para pihak dalam suatu perjanjian, para pihak harus melaksanakannya karena setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian yang sah harus 202 I.G. Rai Widjaya, op.cit. hal 10. 203 Ibid 204 Zaeni Asyhadie, op.cit. hal. 23 Universitas Sumatera Utara memenuhi empat syarat yang terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. 205 Jadi perjanjian ini menimbulkan suatu perikatan antara dua orang atau pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau yang ditulis dan yang ditulis ini disebut kontrak. Menurut Black’s Law Dictionary, kontrak adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. 206 Di dalam kenyataan sulit untuk menentukan saat debitur dikatakan tidak memenuhi perikatan, karena sering kali ketika mengadakan perjanjian pihak-pihak tidak menentukan waktu untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Bahkan didalam perikatan di mana waktu untuk melaksanakan prestasi itupun ditentukan, cidera janji tidak terjadi dengan sendirinya. Yang mudah untuk menentukan saat debitur tidak memenuhi perikatan ialah pada perikatan untuk tidak berbuat sesuatu. 207 Pasal 1265 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyebutkan bahwa apabila suatu syarat batal dipenuhi maka syarat tersebut menghentikan perikatan dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu perikatan. Dengan demikian si kreditur telah menerima prestasi yang diperjanjikan harus mengembalikan apa yang telah diterimanya. 208 205 Ibid 206 Ibid, hal 10. 207 Ibid 208 Suharnoko, op.cit, hal. 62 Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Pasal 1266 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian yang bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi. Akan tetapi, dalam Pasal 1266 ayat 2 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan bahwa dalam hal terjadi wanprestasi, maka perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim. 209 Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi, maka perjanjian itu batal demi hukum. Wanprestasi tidak secara otomatis mengakibatkan batalnya perjanjian, tetapi harus dimintakan kepada hakim. Hal ini didukung oleh alasan bahwa jika pihak debitur wanprestasi, maka kreditur masih berhak mengajukan gugatan agar pihak debitur memenuhi perjanjian, sedangkan apabila wanprestasi dianggap sebagai suatu syarat batalnya perjanjian, maka kreditur hanya dapat menuntut ganti rugi. 210 Selain itu berdasarkan ketentuan Pasal 1266 ayat 4 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hakim berwenang untuk memberikan kesempatan kepada debitur dalam jangka waktu paling lama satu bulan, untuk memenuhi perjanjian meskipun sebenarnya debitur sudah wanprestasi atau cidera janji. Dalam hal ini hakim mempunyai discrecy untuk menimbang berat ringannya kelalaian debitur dibandingkan kerugian yang diderita jika perjanjian dibatalkan. 211 209 Ibid 210 Ibid 211 Ibid Universitas Sumatera Utara Untuk memutuskan apakah terjadinya wanprestasi merupakan syarat batal atau harus dimintakan pembatalannya kepada hakim, harus dipertimbangkan kasus demi kasus dan pihak yang membuat perjanjian. 212 Manusia sebagai makhluk sosial, tidak bisa hidup tanpa mengadakan hubungan dengan manusia yang lain. Mengadakan hubungan dengan orang lain dilakukan antara lain dengan menutup perjanjian-perjanjian. Perjanjian merupakan janji dari dua pihak, ada kemungkinan bahwa janji-janji itu tidak terpenuhi. 213 Pada umumnya setiap orang yang dapat menjadi pendiri suatu perseroan terbatas dapat menjadi pemegang saham perseroan terbatas. Yang dimaksud dengan para pendiri ini adalah mereka yang hadir dihadapan Notaris pada saat akta pendirian perseroan terbatas ditandatangani. Status hukum para pendiri ini akan berubah menjadi pemegang saham pada saat perseroan terbatas memperoleh status sebagai badan hukum, yaitu pada saat akta pendirian perseroan terbatas tersebut memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Dengan demikian, berarti, pada saat yang bersamaan juga, yaitu saat perseroan terbatas memperoleh status badan hukum, saham perseroan sebagai bukti pemilikan pemegang saham dalam perseroan terbatas memperoleh kedudukannya dalam hukum. 214 Secara umum, mereka yang dianggap mampu untuk hadir dan bertindak sebagai pendiri adalah mereka yang sudah diberlakukan sebagai pihak yang cakap 212 Ibid 213 J. Satrio, Wanprestasi Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Doktrin, dan Yurisprudensi, Bandung: Citra Aditya Bakti: 2012, hal. 1 214 Gunawan Widjaja, hal. 39-40 Universitas Sumatera Utara untuk bertindak dalam membuat perjanjian. Ini adalah konsekwensi logis dari pengertian perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan perjanjian. Dengan demikian setiap orang yang cakap untuk membuat perjanjian, yaitu semua orang dewasa, kecuali yang berada dibawah pengampuan atau karena Undang-undang dinyatakan tidak cakap untuk melakukan tindakan hukum dapat menjadi pendiri dan pemegang saham perseroan terbatas. 215 Para pendiri perseroan berkewajiban dalam menyetor modal ke dalam perseroan dimaksudkan supaya perseroan memiliki modal awal dalam melakukan kegiatan perseroan dalam rangka mencapai tujuan perseroan dalam upaya mendapatkan keuntungan. Jika tidak adanya modal awal perseroan, maka sudah jelas perseroan tidak dapat menjalankan kegiatannya untuk mencari keuntungan. Apa yang diinbrengkan ke dalam pendirian perseroan terbatas merupakan pembayaran atas saham yang diambil pendiri perseroan dari perseroan tersebut. 216 Pasal 12 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa: 1 Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum Perseroan didirikan, harus dicantumkan dalam akta pendirian. 2 Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dinyatakan dengan akta yang bukan akta otentik, akta tersebut dilekatkan pada akta pendirian. 3 Dalam hal perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dinyatakan dengan akta otentik, nomor, tanggal dan nama serta tempat kedudukan Notaris yang membuat akta otentik tersebut disebutkan dalam akta pendirian Perseroan. 4 Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 tidak dipenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat Perseroan. 215 Ibid 216 Abdul Muis, Op.Cit. hal. 54 Universitas Sumatera Utara Pasal 13 1 Perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan Perseroan yang belum didirikan, mengikat Perseroan setelah Perseroan menjadi badan hukum apabila RUPS pertama Perseroan secara tegas menyatakan menerima atau mengambil alih semua hak dan kewajiban yang timbul dari perbuatan hukum yang dilakukan oleh calon pendiri atau kuasanya. Pendirian dalam akta otentik yang terdapat dalam Pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia” disini pendirian perseroan terbatas tetap sah, tetapi belum berstatus badan hukum, hanya sebatas terjadinya hubungan kontraktual. 217 Apabila ada perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pendiri sebelum perseroan disahkan, maka menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perbuatan hukum tersebut akan mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum dengan 3 persyaratan, yaitu: 1. Perseroan secara tegas menyatakan menerima semua perjanjian yang dibuat oleh pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri dengan pihak ketiga. 2. Perseroan secara tegas menyatakan mengambil alih semua hak dan kewajiban yang dibuat pendiri atau orang lain yang ditugaskan pendiri, walaupun perjanjian tidak dilakukan atas nama perseroan. 3. Perseroan mengkuhkan secara tertulis sema perbuatan hukum yang dilakukan atas nama perseroan. Apabila perbuatan hukum seperti yang dimaksudkan diatas tidak diterima, tidak diambil alih, atau tidak dikukuhkan oleh perseroan, maka akibat hukumnya 217 Abdul R Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, op.cit. hal. 118 Universitas Sumatera Utara adalah masing-masing pendiri yang melakukan perbuatan hukum tersebut bertanggung jawab secara pribadi atas segala akibat yang timbul. 218 Perbuatan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan saham dan penyetorannya yang dilakukan oleh calon pendiri sebelum perseroan didirikan harus dicantumkan dalam akta pendirian. Dalam hal perbuatan hukum tersebut dinyatakan dengan akta yang otentik, maka nomor, tanggal, nama serta tempat kedudukan Notaris yang membuat akta otentik tersebut disebutkan dalam akta pendirian perseroan terbatas. Apabila ketentuan tidak dipenuhi, perbuatan hukum tersebut tidak menimbulkan hak dan kewajiban serta tidak mengikat perseroan. 219 Menjalankan bisnis pada dasarnya manusia tidak bisa melakukan dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan dari orang lain. Untuk itu diperlukan suatu perangkat hukum demi kegiatan bisnis yang sedang berjalan tersebut. Perangkat hukum tersebutlah yang disebut dengan perjanjian. 220 Pada intinya saat perjanjian diperlukan untuk menjaga para pihak dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dapat terjaga atau adanya suatu kepastian hukum. Untuk menjadikan pelaksanaan bisnis aman dan tentram, maka diperlukan suatu perangkat hukum yaitu perjanjian. Dengan adanya suatu perjanjian maka akan menjadi suatu pengikat dan menjadi Undang-undang bagi kedua belah pihak. Oleh karena itu perjanjian yang dibuat jangan dilanggar oleh para pihak yang terlibat didalamnya, karena apabila dilanggar maka salah satu pihak akan mendapatkan 218 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Jakarta: Asdi Mahasatya, 2007, hal. 5 219 Try Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas¸Bogor: Ghalia Indonesia, 2008, hal. 27 220 Faisal Santiago, op.cit. hal. 19 Universitas Sumatera Utara sanksi dari perjanjian tersebut, dapat dikatakan apabila suatu perjanjian dilanggar: 221 1. Setiap pelanggaran perjanjian akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk memperoleh ganti rugi; 2. Jika pelanggaran itu cukup berat, juga akan memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menghentikan perjanjian dan mengakhirinya. Dalam hal keputusan persoalan merugikan pemegang saham, ada kemungkinan hal itu merugikan perseroan secara keseluruhan, tetapi juga mungkin merugikan pribadi pemegang saham tertentu dan yang terakhir ini dapat pula menggugat perseroan untuk kepentingan pribadinya. Jadi, seorang pemegang saham dapat menuntut atas nama dirinya sendiri dan atau beserta pemegang saham lain, kecuali pemegang saham yang dituntut atau digugat. 222 Sejak ditandatanganinya akta pendirian perseroan oleh para pendiri maka perseroan telah berdiri, dan hubungan antar pendiri adalah hubungan kontraktual karena perseroan belum memperoleh status badan hukum. Selama perseroan terbatas masih belum memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman maka masih berlaku hubungan perjanjian kontraktual, tetapi jika perseroan terbatas telah Hak perseorangan adalah hak yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas untuk menuntut perserorangan apabila pemegang saham tersebut dirugikan akibat tindakanperbuatan perseroan. Dengan demikian, pemegang saham minoritas dapat bertindak atas namanya sendiri untuk membela kepentingannya bila ada tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham tersebut. 221 Ibid 222 Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan Dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 27 Universitas Sumatera Utara memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman, maka atas hubungan-hubungan hukum yang terjadi dalam perseroan terbatas bukan lagi didasarkan atas kontraktual melainkan atas dasar institusi. 223 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dijelaskan beberapa pengertian saham antara lain, dilihat dari sudut pandang ekonomis saham berarti surat bukti bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor. Saham adalah hak yang dimiliki orang pemegang saham terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagi di pemilikan dan pengawasan. 224 Modal merupakan hal penting dalam perseroan. Sebab, modal adalah sarana kelangsungan hidup perseroan. Pasal 31 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 menyatakan, bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Ayat ini bisa dipahami, bahwa modal dasar dalam perseroan adalah saham-saham para pendiri yang telah dikumpulkan dan disatukan. Keseluruhan saham-saham yang disatukan itulah yang disebut modal dasar. 225 Perseroan terbatas sebagai badan usaha bersifat dinamis, artinya perubahan terhadap pemilik modal dan ataupun perubahan modal sangat mungkin terjadi setiap saat, apalagi dewasa ini yang menjadi objek transaksi tidak terbatas terhadap produk perusahaan semata, akan tetapi perusahaan itu sendiri menjadi objek transaksi. 226 223 Rudhi Prasetya, op.cit. hal. 130 224 Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas, Bandung: Nuansa Aulia, 2007 225 Ibid, hal 58 226 Sentosa Sembiring, op.cit. hal. 21 Universitas Sumatera Utara Pendirian Perseroan Terbatas tidak hanya sampai pada pembuatan akta pendirian dihadapan Notaris saja. Perseroan Terbatas harus didaftakan kepada Kementerian Hukum dan HAM, agar akta pendirian mendapat pengesahan. Untuk mendapatkan putusan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM, maka dilakukan pendaftaran ke Kementerian Hukum dan HAM melalui surat elektronik. Pengajuan dilakukakan melalui Sistem Administrasi Badan Hukum SABH. Pendaftaran tersebut dilakukan oleh para pendiri atau Notaris yang ditunjuk melalui surat kuasa. Para pendiri atau Notaris akan mengisi Format Isian Akta Notaris model I dan II. Selain itu pendaftaran juga dilengkapi oleh dokumen penting pendukung lainnya juga melalui surat elektronik. Pengajuan permohonan paling lambat 60 enam puluh hari terhitung sejak akta pendirian ditandatangani. 227

B. Perlindungan Hukum Terhadap Pendiri Lain yang Sudah Menyetorkan Modal Secara Tunai