Teknik Pengumpulan Data Analisa Data

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Library Research Studi kepustakaan yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan hukum primer, hukum sekunder dan hukum tersier dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi dokumenpustaka atau penelitian pustaka library research yaitu dengan cara mengumpulkan semua peraturan Perundang-undangan, dokumen- dokumen hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian. 50 b. Wawancara Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu Notaris Mauliddin Shatti, S.H di Kota Medan yang mengetahui permasalahan mengenai penyetoran modal dalam proses pendirian perseroan terbatas. 50 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal. 156-159 Universitas Sumatera Utara

4. Analisa Data

Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun secara sistematis kemudian akan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur didalam bahan hukum primer. 51 Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan library research kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus. 52 51 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 105 52 Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit, hal 109 Universitas Sumatera Utara

BAB II PENYETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS MELALUI

PERNYATAAN MENYETORKAN MODAL A. Penyetoran Modal Pada Saat Pendirian Perseroan Terbatas Perseroan terbatas terdiri dari dua kata, yaitu perseroan dan terbatas. Perseroan merujuk kepada modal PT yang terdiri dari sero-sero atau saham- saham, sedangkan kata terbatas merujuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal saham yang dimilikinya. 53 Perseroan terbatas menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Pasal 1 butir 1 yaitu perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan definisi perseroan terbatas diatas, terdapat beberapa unsur dari perseroan terbatas, sebagai berikut: 54 a. Perseroan terbatas merupakan badan hukum. b. Perseroan terbatas merupakan persekutan modal. c. Didirikan berdasarkan perjanjian. 53 Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas Doktrin, Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Yogyakarta: Total Media Yogyakarta, 2009, hal. 1 54 Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hal. 82 Universitas Sumatera Utara