disembelih dan dimakan bersama. Hal ini dilakukan setiap ada orang yang berkunjung. Mereka memperlakukan tamu mereka sedemikian
rupa sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah meluangkan waktunya untuk berkunjung ke rumah mereka dan berbincang-bincang.
1.4 Kesenian
a. Conga Prajurit Masai mempunyai tarian yang ditampilkan bersama para
gadis dalam suatu acara tertentu, bernama conga. Samburu pria dan para gadis berumur belasan tahun menari dengan berbaris berhadap-hadapan
dengan menggerakkan kepala dengan irama yang sama tanpa adanya musik yang mengiringi. Kemudian Samburu pria satu persatu melompat
ke udara dengan gerakan khas prajurit Masai. Para gadis memilih salah satu prajurit dan bergoyang-goyang di depan para pria. Tarian ini
memiliki kesan erotis yang ditunjukkan oleh prajurit dan gadis yang menari. Baik pria maupun gadis Samburu menari dengan banyaknya
aksesoris yang dikenakan dan juga dengan dada telanjang. b. Manyatta
Manyatta merupakan adalah sebuah gubuk yang berukuran 3 X 5 meter berukuran bulat terbuat dari kotoran sapi, kain, dan ranting yang
dianyam. Ciri-ciri bentuk ini menjadi penanda untuk manyatta. Adapun petanda manyatta yang berupa gubuk kecil tersebut dijadikan tempat
tinggal oleh suku Samburu sekaligus rumah adat tradisonal mereka. Suku Samburu membuat tempat tinggal sedemikian rupa agar mudah
dibongkar ketika pindah ke tempat yang baru sesuai gaya hidup mereka yang nomaden.
c. Kanga Kanga sebenarnya digunakan sebagai pakaian tradisional suku
Samburu. Kanga merupakan kain tipis berwarna merah. Baik pria maupun wanita Samburu menggunakan kanga dengan membungkus
tubuh bagian bawah mereka menyerupai rok, dilengkapi dengan perhiasan atau aksesoris kesukuan tradisional untuk melengkapi
penampilannya. Selain digunakan sebagai pakaian tradisional, kanga dimanfaatkan suku Samburu sebagai selimut, penutup muka, penutup
makanan dan lain-lain. Hal ini yang membuat kanga menjadi keunikan masyarakat Samburu, karena penggunaannya yang multifungsi.
1.5 Makanan dan Minuman
a. Ugali Ugali adalah bubur jagung yang dikonsumsi masyarakat Samburu,
selain nasi dan hewan ternak. Ugali dimasak suku Samburu untuk makanan sehari-hari bahkan dalam acara penting, seperti upacara
pernikahan dan acara lainnya sebagai suguhan kepada tamu mereka ataupun tetangga yang telah membantu mereka dalam acara tersebut.
Bubur jagung ini sebelum dimasak berupa tepung jagung. Dalam penyajiannya, biasanya ugali dicampur dengan susu segar
hasil perahan hewan ternak mereka sendiri, hal ini dijadikan penanda untuk ugali. Lalu petandanya adalah bubur jagung. Gabungan dari
penanda dan petanda ini menghasilkan makna bahwa ugali yang berupa bubur jagung ini, selain dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat
Samburu, juga lazim untuk disajikan dalam suatu acara penting. b. Mandazi
Mandazi adalah roti panggang berbumbu berbahan dasar santan kelapa. Tidak banyak masyarakat Samburu yang mengonsumsi
mandazi, sehingga mandazi hanya dijual di kedai teh tertentu. Suku Samburu menjadikan mandazi sebagai makanan campuran bersama sup
atau bubur. Mandazi dapat dikonsumsi esok harinya dengan cara dipanaskan. Jadi, jika ada orang yang ingin makan sesuatu yang tahan
lama, mereka akan membeli mandazi di kedai teh yang menjualnya. c. Miraa
Miraa adalah sejenis daun penenang yang legal untuk dikonsumsi di Kenya. Daun penenang dalam hal ini merupakan sesuatu yang masih
konotasi sehingga disebut sebagai petanda miraa. Miraa dijual di toko atau kios tertentu dengan harga yang cukup mahal, berupa batang-batang
kecil yang dengan daun yang dirangkai menjadi bundelan sepanjang dua puluh sentimeter. Seseorang yang mengunyah miraa akan tenang
pikirannya dan terjaga dari tidur. Efek tenang yang didapat setelah mengunyah miraa membuat masyarakat sekitar akan mengonsumsinya
ketika mereka membutuhkan ketenangan dengan adanya masalah yang melanda. Mengunyah miraa juga dilakukan oleh prajurit Masai. Mereka
tidak boleh lengah dalam menjaga keamanan lingkungan sekitar. Oleh
karena itu, banyak dari prajurit yang sedang bertugas sambil mengunyah miraa. Miraa dikonsumsi prajurit Masai sebagai pengganti meminum
minuman keras, karena mereka tidak diperbolehkan untuk meminum alkohol.
d. Memakan ranting semak-semak Ranting semak-semak yang memiliki kandungan air dijadikan
penanda. Walaupun di musim panas, ranting semak-semak diketahui tetap memiliki kandungan air sehingga dimanfaatkan oleh suku
Samburu. Petanda yang digunakan untuk memaknai tanda ini adalah ranting semak-semak sebagai pengganti air minum. Gabungan dari
penanda dan petanda ini akan menjadi makna yang tersebar di kalangan masyarakat Samburu.
Adapun makna dalam tanda ini disebutkan bahwa suku Samburu percaya bahwa jika haus, meminum air akan membuat mereka semakin
haus, apalagi dengan persediaan air yang sedikit. Dengan kondisi alam yang tandus, kekurangan air, dan tanah yang retak-retak, mereka akan
memakan ranting semak-semak jika merasa haus. Selain dimakan sebagai pelepas dahaga, memakan ranting diketahui akan membuat gigi
bersih. Mereka memanfaatkan ranting semak-semak sebagai pengganti air minum dan pembersih gigi.
e. Chai Chai adalah minuman yang terbuat dari teh. Orang Samburu
biasanya mencampurkan chai mereka dengan susu, sehingga minuman
ini biasanya disebut teh susu. Chai adalah sajian wajib setiap hari bagi masyarakat Samburu. Minuman ini dikonsumsi dari anak-anak hingga
orang dewasa. Mereka mengawali aktivitas mereka di pagi hari dengan meminum chai. pada sore atau malam harinya mereka juga meminum
chai sambil berbincang-bincang. Dalam tata krama suku Samburu, mereka wajib menyediakan sesuatu, setidaknya chai untuk menghormati
tamu mereka. f.
Meminum buih lemak domba Suku Samburu percaya jika orang setelah sakit meminum buih
lemak domba, maka kekuatannya akan segera kembali. Buih lemak domba juga baik dikonsumsi untuk ibu hamil. Penandanya adalah
beberapa potongan daging domba yang direbus kemudian diambil buih lemaknya untuk diminum. Hasil yang didapatkan setelah meminum buih
lemak domba adalah kekuatan yang pulih kembali setelah sakit. Efek yang dihasilkan itu merupakan petanda pada tanda.
Dalam roman diceritakan bahwa setelah Corinne meminum buih lemak tersebut, ia mengalami diare. Hal ini disebabkan karena ia sebagai
orang kulit putih belum pernah meminum buih lemak domba sebelumnya. Akan tetapi bagi masyarakat Samburu sendiri yang telah
mempercayai manfaat buih lemak domba dan terbiasa mengonsumsinya, mereka tidak akan mendapatkan efek samping seperti yang dialami
Corinne. Samburu tidak hanya memanfaatkan hewan ternak mereka untuk dimakan, tetapi juga digunakan untuk obat tradisional.
g. Meminum darah hewan ternak Hewan ternak merupakan sumber utama yang terpenting
masyarakat Samburu untuk bertahan hidup. Selain untuk dimakan dan diambil susunya, Samburu memanfaatkan darah kambing agar tubuh
mereka menjadi kuat. Seperti halnya buih lemak domba yang diminum orang sakit agar kekuaatannya cepat kembali, darah kambing atau sapi
dipercaya akan membuat tubuh kuat dan terhindar dari penyakit. Suku Samburu jarang mengonsumsi sayuran dan buah, karena
kondisi alam yang panas dan tandus sehingga tidak banyak tanaman yang tumbuh di sana. Oleh karena itu mereka lebih banyak
mengonsumsi protein hewani. Dengan banyaknya protein hewani yang mereka konsumsi, tidak membuat mereka cepat terserang penyakit
karena diimbangi dengan aktivitas fisik mereka yang cukup berat setiap harinya. Hal ini membuat suku Samburu terkenal dengan diet tradisional
mereka, yang terdiri dari darah mentah dan susu segar hasil dari hewan ternak mereka sendiri.
2. Hukum