Roman sebagai Karya Sastra

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Roman sebagai Karya Sastra

Goethe mengatakan: Der Roman ist eine Form, in welcher der Verfasser sich die Erlaubnis ausbittet, die Welt nach seiner Weise zu behandeln Zimmermann, 2001: 26, yang artinya: Roman adalah suatu bentuk dari pengarang yang berusaha menggambarkan dunia menurut pendapatnya sendiri. Hal ini menunjukan bahwa pengarang bebas mengekspresikan pikiran-pikirannya dalam suatu roman. Van Leeuwen melalui Nurgiyantoro, 2005: 15 berpendapat bahwa roman berarti cerita prosa yang melukiskan pengalaman- pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu keadaan. Teknik pengungkapannya bersifat padat dan antar unsurnya merupakan struktur yang terpadu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa roman merupakan sebuah pengalaman pengarang atau seseorang yang mengekpresikan pikiran-pikirannya dalam suatu bentuk cerita dengan berbagai konflik yang harus diatasi oleh tokoh cerita. Roman tidak dapat terlepas dari masyarakat dan budaya yang menjadi latar belakang yang digunakan oleh pengarang. Seringkali pengarang sengaja menonjolkan kekayaan budaya masyarakat, suku bangsa atau bangsanya. Oleh karena itu, untuk memahami dan memberi makna pada karya sastra terutama roman, latar sosial budaya harus diperhatikan. Apalagi pada roman yang bertemakan interkultural seperti pada roman Die Weiße Massai karya Corinne Hofmann terdapat tanda- tanda budaya yang belum diketahui pembaca. Dalam roman Die Weiße Massai terdapat kalimat yang menunjukkan salah satu budaya suku Samburu, yaitu Priscilla sagt, die meisten dieser Frauen hätten noch nie eine Weiße gesehen, geschweige denn berührt. So kommt es vor, daß während des Händedrückens noch darauf gespuckt wird, was eine besondere Ehre sein soll Hofmann, 2000:74. Priscilla berkata sebagian besar dari mereka belum pernah melihat wanita kulit putih, apalagi menyentuhnya. Aku baru tahu alasan mereka meludahi tangan kami ketika bersentuhan. Itu suatu kehormatan. Dari kutipan kalimat di atas dapat diketahui bahwa salah satu budaya suku Samburu adalah meludahi tangan orang asing terutama tangan orang kulit putih yang belum pernah mereka lihat sebagai suatu tanda kehormatan bagi suku Samburu terhadap orang kulit putih. Untuk memahami tanda budaya diperlukan suatu kajian semiotika budaya, karena pada dasarnya, tanda-tanda budaya yang terdapat dalam roman dinilai sebagai sebuah tanda yang harus diungkapkan maknanya. Kebudayaan bisa dipahami dengan lebih cermat jika dilihat dari sudut pandang semiotik. Dapat dikatakan, semiotika mempelajari semua proses budaya.

B. Budaya