1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra dibagi menjadi tiga, yaitu puisi, prosa dan drama. Salah satu bentuk prosa adalah roman atau novel, yakni suatu karya yang
mengisahkan peristiwa
lahir-batin seseorang
atau beberapa orang
tokoh pada suatu zaman tertentu dan untuk pembaca-pembaca individual. Roman merupakan contoh karya sastra fiksi berupa cerita dalam bentuk
prosa yang terbagi atas beberapa bab dan menceritakan perikehidupan sehari-hari tentang orang atau keluarga yang meliputi kehidupan lahir dan
batin Nursito, 2000: 101. Roman sendiri dalam kesusastraan Jerman merupakan cerita yang
digambarkan secara panjang lebar dan menceritakan tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa fiktif, sedangkan novel adalah sebuah cerita yang
menceritakan peristiwa-peristiwa lebih panjang daripada cerpen, tetapi lebih pendek daripada roman.
Salah satu roman berbahasa Jerman yang telah banyak diteliti adalah roman yang berjudul Die Weiße Massai karya Corinne Hofmann.
Roman Die Weiße Massai yang bertemakan pertemuan dua budaya ini sudah banyak dikaji dengan berbagai analisis. Alur cerita yang menarik
dengan menunjukkan kebudayaan khas suatu suku pedalaman di Kenya yang tidak semua orang ketahui dan konflik yang dialami tokoh utama
membuat roman ini mendapat banyak tanggapan dari para pembaca sehingga banyak diteliti.
Peneliti memilih roman Die Weiße Massai karena, pertama, roman ini menceritakan pertemuan antara dua budaya, yaitu budaya Eropa
dan Afrika yang sangat kontras dan banyak tanda budaya yang perlu dikaji dan dimaknai dalam setiap alur ceritanya agar pembaca mudah untuk
memahami jalan cerita dalam roman ini. Kedua, roman ini sudah diterbitkan ke dalam 19 bahasa, termasuk bahasa Indonesia yang telah
diterjemahkan oleh Lulu Fitri Rahman dan roman ini telah difilmkan pada tahun 2005 oleh sutradara Hermine Huntgeburth. Ketiga, roman ini
merupakan roman autobiografi dari Corinne Hofmann, sehingga jalan cerita dalam roman ini seolah-olah memang benar-benar terjadi dan nyata.
Keempat, roman ini memberi inspirasi kepada pengarang untuk membuat roman sekuelnya yang berjudul Zurück aus Afrika Kembali dari Afrika,
Wiedersehen in Barsaloi Reuni di Barsaloi, Afrika, meine Passion Afrika, pasionku, dan Das Mädchen mit dem Giraffenhals Gadis
Berleher Jerapah. Die Weiße Massai menceritakan Corinne, seorang wanita
berkebangsaan Swiss yang sedang berlibur dengan kekasihnya, Marco ke Kenya. Corinne jatuh cinta pada ksatria Massai Afrika, Lketinga dan
meninggalkan kekasihnya. Di sana Corinne harus mengatasi perbedaan budaya dan bahasa yang dialami selama di Kenya demi bersama Lketinga.
Namun setelah Corinne mampu mengatasai hambatan berat dan perbedaan
budaya yang sangat kontras, akhirnya ia pun pindah ke sebuah gubuk kecil bersama Lketinga dan ibunya, dan menghabiskan empat tahun di desa
warga Kenya tersebut. Perlahan mimpi Corinne untuk bahagia bersama Lketinga mulai berantakan. Lalu Corinne berencana kembali ke kampung
halamannya bersama putri mereka, buah cinta yang tak mungkin terpisahkan antara orang kulit putih Eropa dan seorang Massai Afrika.
Corinne Hofmann merupakan seorang penulis asal Swiss yang lahir pada 4 Juni 1960, dari seorang ibu berkebangsaan Prancis dan ayah
yang berkebangsaan Jerman. Dia menamatkan sekolah dasar dan menengah di Kanton Glarus, dan setelah itu menjadi pedagang eceran. Ia juga pernah
dua tahun bekerja sebagai sales di bidang asuransi, dan kemudian dua tahun kemudian sebagai sales representative di perusahaan yang sama.
Ketika berusia 21 tahun, dia membuka toko sendiri, menjual pakaian pengantin dan pakaian bekas eksklusif. Bisnis ini berhasil ia jalankan
selama lima tahun www.alvabet.co.id. Corinne mengunjungi Kenya untuk pertama kalinya pada tahun
1986 dan pindah ke sana pada tahun berikutnya. Pada akhir 1990, ia kembali ke Swiss, membawa seorang anak kecil. Setelah beberapa tahun
bekerja lagi sebagai sales representative, Corinne Hofman menulis Die Weiße Massai, yang menjadi buku laris pertamanya. Karya keduanya,
Zurück aus Afrika Kembali dari Afrika, terbit di Jerman pada tahun 2003 dan juga menjadi buku laris. Buku ketiganya yang terbit pada Juni 2005,
Wiedersehen in Barsaloi Reuni di Barsaloi, juga menyusul dua karya
sebelumnya sebagai buku laris, lalu Afrika, meine Passion Afrika, pasionku pada tahun 2011, serta yang terbaru tahun 2015, Das Mädchen
mit dem Giraffenhals Gadis berleher Jerapah. Untuk memahami alur cerita dalam roman Die Weiße Massai yang
mempunyai banyak tanda budaya, maka peneliti menggunakan kajian semiotik dalam menganalisis roman tersebut. Peneliti berpendapat bahwa
kajian tersebut merupakan kajian yang tepat untuk menganalisis tanda budaya dalam roman Die Weiße Massai, karena terdapat banyak tanda
budaya yang perlu diketahui makna budayanya. Tanpa memperhatikan sistem tanda dan maknanya, kita tidak dapat mengerti makna dan alur
cerita secara optimal.
B. Fokus Permasalahan