Konversi Ransum HASIL DAN PEMBAHASAN

kearah yang lebih buruk 449 vs 466 gr. Hal ini mungkin dengan memanaskan ulang zeolit maka struktur zeolit mengalami perubahan dan Pertembahan bobot badan 500 U1 : Y = 585,7 – 19,42 X 480 Partikel kasar 460 Partikel halus 440 420 400 U2 : Y = 315,3 + 21,47 X 4,5 9,0 Taraf zeolit Gambar 3. Grafik interaksi taraf dengan ukuran partikel zeolit terhadap pertambahan bobot badan aktivasi zeolit melakukan pertukaran kation dan penyerapan menurun. Meskipun demikian pertambahan berat badan babi dalam percobaan ini masih lebih baik dibandingki hasil penelitian pemberian ransum kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian zeolit taraf 9,0 partikel kasar yang diaktivasii pabrik memberikan respon lebih baik terhadap pertambahan berat badan harian babi, sedangkan pemberian zeolit taraf 4,5 partikel halus yang diaktivasi ulang memberikan respon lebih buruk dibandingkan perlakuan zeolit lainya dalam ransum.

4.4. Konversi Ransum

Penilaiaan pertambahan berat badan akan lebih informatif jika dihubungkan dengan konsumsi ransum. Hubungan kedua parameter ini dinyatakan dengan keefisienan penggunaan ransum atau konversi ransum yaitu perbandingan antara pertambahan berat badan dengan konsumsi ransum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit dalam ransum dapat memperbaiki konversi ransum Onagi, 1966; Mumpton dan Fishman, 1977; Mumpton, 1978; Willis et al, 1982. Pada Tabel 6 disuguhkan konversi ransum babi selama 10 minggu percobaan. Tabel 6. Rataan konversi ransum selama penelitian Z e o l i t a, b 4,5 9,0 Halus Kasar Halus Kasar Ula- ngan kontrol AP c PU D AP PU AP PU AP PU 1 3,25 3,29 3,25 2,99 3,27 2,78 3,52 2,97 3,24 2 3,94 2,92 3,53 3,94 3,14 3,27 3,61 3,14 2,80 3 3,29 3,08 3,60 3,29 2,52 3,41 3,90 3,04 2,97 Rata rata 3,58 3,10 3,46 3,41 2,98 3,16 3,68 3,05 3,00 Keterangan : a Interaksi taraf dengan partikel zeolit P 0,01 b AP = Aktivasii pabrik; c AU = Aktivasii ulang koefisien keragaman = 10,62 Bila diperhatikan data konversi ransum ternak babi dalam percobaan ini bahwa penggunaan zeolit baik taraf 4,5 dan 9,0 dalam ransum diperoleh perbaikan keefisienan penggunaan ransum masing – masing sebesar 2,66 dibandingkan pemberian ransum control 3,6 vs 3,2 dan vs 3,2. Penjelasan kearah ini dikemukakan oleh Coll dan Willard 1982 bahwa zeolit mempengaruhi waktu transit bahan – bahan makanan selama berada di gastrointestinal atau waktu pengosongan lambung sehingga meningkatkan keefisienan penggunaan ransum menghasilkan pertambahan berat badan. Perbaikan kefisienan penggunaan ransum ini tampaknya berhubungan dengan keefisienan penggunaan kalori. Dengan demikian pemberian 4,5 dan 9,0 zeolit dalam ransum secara statistik tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap angka konversi ransum. Hal ini berarti meningkatnya kandungan zeolit dalam ransum tidak memberikan respon terhadap keefisienan penggunaan ransum, tetapi memberikan respon sedikit lebih baik terhadap pertambahan berat badan. Hasil penelitian ini sejalan dengan percobaan Castro dan Pastrana 1988, Marsh1982, Cool dan Willard 1982, Tsitsishvili et al 1984, Castro dan Elias 1988 dan sianturi 1988 bahwa pemberian dari 0,5 sampai 10 zeolit tidak menunjukkan perbedaan terhadap nilai konversi ransum. Analisis statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh ukuran partikel zeolit baik partikel halus maupun partikel kasar terhadap konversi ransum, tetapi pemberian zeolit partikel kasar memberikan respon lebih baik dibandingkan zeolit partikel halus 3,10 vs 3,30. Hal ini mungkin berhubungan dengan pernyataan Flaningen 1984 dan Sheppard 1984 semakin kecil ukuran partikel zeolit, maka semakin besar porositas dan luas permukaan zeolit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan lingkungannya dan sebaliknya. Kemungkinan lain diungkapkan oleh Kvashali dan Mikautadze 1980 bahwa zeolit bentuk butiran lebih dari pada bentuk halus karena keunikan fungsi saluran pencernaan ternak monogastrik lebih luas untuk merubah komponen bahan makanan menjadi bentuk produksi terutama terhadap pertumbuhan. Hasil percobaan ini sejalan dengan pengamatan Pond dan Yen 1982 bahwa pemberian 5,0 clinoptilolit yang berpartikel halus 50 mesh tidak menghasilkan perbedaan dengan partikel kasar 16 mesh terhadap nilai konversi ransum babi. Aktivasii ulang zeolit dan aktivasii pabrik menghasilkan konversi ransum yang sama masing-masing sebesar 3,2 kg sehingga secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara perlakuan . Hal ini menunjukkan bahwa aktivasi ulang zeolit tidak berarti efektivitas zeolit lebih baik dalam melakukan pertukaran kation dan penyerapan. Akan tetapi terjadi interaksi dengan ukuran partikel yang sangat nyata P0,01 menunjukkan bahwa pemberian zeolit partikel kasar yang diaktivasi ulang menghasilkan konversi ransum yang nyata lebih kecil dibandingkan aktivasi pabrik 3,0 vs 3,6 ; demikian juga pemberian zeolit partikel halus yang diaktivasi ulang konversi ransum nyata berbeda lebih kecil dibandingkan aktivasi pabrik 3,1 vs 3,6 . Sementara pemberian zeolit partikel halus baik diaktivasi pabrik dengan diaktivasi ulang 3,1 vs 3,2 , dan zeolit partikel kasar yang diaktivasi pabrik dan diaktivasi ulang 3,2 vs 3,0, zeolit partikel halus yang diaktivasi ulang dengan partikel kasar yang diaktivasi pabrik 3,2 vs 3,6 atau zeolit partikel halus yang diaktivasi pabrik dengan partikel kasar yang diaktivasi ulang 3,1 vs 3,0 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata diantara perlakuan. Hal ini secara grafis diperlihatkan pada Gambar 4. Kg 3,6 3,5 Aktivasi pabrik 3,4 Aktivasi ulang 3,3 3,2 3,1 3,0 55 65 Partikel zeolit mesh Gambar 4. Grafik interaksi ukuran partikel dengan aktivasi Pemanasan terhadap konversi ransum Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian zeolit baik taraf 4,5 maupun 9,0 partikel kasar yang diaktivasi pabrik atau diaktivasi ulang konversi lebih kecil, sedangkan pemberian zeolit taraf 4,5 maupun 9,0 partikel halus baik diaktivasii pabrik maupun diaktivasii ulang konversi ransum lebih besar dibandingkan perbandingan perlakuan zeolit lainnya dalam ransum.

4.5 Biaya ransum