58
Berdasarkan jawaban responden, diketahui bahwa pengasuh memberikan batasan-batasan terhadap santri dalam beberapa hal
yang dianggap berpotensi memberikan dampak yang negatif terhadap santrinya, seperti pergaulan terhadap lawan jenisnya
sehingga akan memengutamakan ketertarikan daripada tugas-tugas sebagai santri, dan hal-hal yang berpotensi mengancam keselamatan
santri, seperti lingkungan pondok pesantren yang kurang baik dalam pergaulan, namun untuk hal-hal yang dianggap positif, pengasuh
tidak memberikan batasan-batasan terhadap santri.
c. Aturan-aturan dan larangan pengaruh terhadap santrinya
Aturan dan larangan perlu di terapkan terhadap santri, untuk mengenalkan santri mengenai hal yang boleh dan tidaknya dilakukan
oleh santri. Namun dalam menerapkan aturan-aturan dan larangan terhadap santri perlu lebih berhati-hati, karena jika tersebut
dilakukan dengan paksaan dan bersifat kaku, sehingga santri tidak bisa merespon dengan baik maksud dan tujuan positif yang ingin
disampaikan pengasuh terhadap santri. Dalam pondok pesantren pengasuh memberlakukan aturan-
aturan tertentu dimana pelaksanaannya tidak bersifat memaksa dan kaku. Hal ini sebagaimana yang yang diungkapkan oleh NK, bahwa:
“Pengasuh memberlakukan aturan-aturan, tetapi yang sering dilakukan itu kayak membawa hp, tidak ikut sholat
berjamaah dan
mencuri mbak.
Biasanya pengasuh
memberikan hukuman kalau itu sudah tidak bisa ditoleran ya di keluarkan, hukumannya ya seperti membaca 1 juz di
59
lapangan, menghafalkan surat-surat pendek, membersihkan kamar mandi dan wc, masih banyak lagi mbak tergantung
pelanggaran nya seperti apa gitu CW I.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh IC bahwa: “disetiap pondok pesantren pasti ada aturan tetapi peraturan
disini masih belum berjalan sempurna, biasanya mereka diberi hukuman dari teman-temannya sendiri. Kalau santri
tidak mematuhi biasanya saya nasihati dulu, kalau masih diulangi kami berikan hukuman, tetapi saya sesuaikan
hukuman dengan apa yang mereka langgar CW V
.” Meskipun aturan-aturan yang dibuat dalam pelaksanaannya
tidak bersifat memaksa, namun pengasuh memberlakukan sebuah hukuman untuk pelanggaran yang dilakukan santri, sebagaimana
dingkapkan oleh AA, bahwa: “Iya, pengasuh memberlakukan aturan-aturan namun aturan
tersebut masih bersifat fleksibel. Menegur dan menasihati agar tidak mengulangi lagi CW
II.” Hal serupa juga diungkapkan oleh AL bahwa:
“Setiap pondok pesantren selalu memberlakukan takzir, kalau disini yang paling disorot dalam hal beribadah dan membawa
hp. Kan sudah ada aturannya kalau tidak mematuhi, contohnya saat sholat berjamaah, santri tidak mengikuti maka
hukumannya membersihkan kamar mandi dan wc, dan yang sering dilanggar ya sholat berjamaah dan bawa hp CW
VII
.” Berdasarkan jawaban responden, diketahui bahwa didalam
pondok pesantren di buat aturan-aturan tertulis yang bersifat tegas, yaitu mengenai kedisiplinan mengaji, larangan membawa hp dan
pencuriaan. Ketika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang dibuat, pengasuh memberlakukan sanksi tertent terhadap santri,
dengan tujuan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, sehingga
60
santri bisa belajar mengenai konsekuensi atas tindakan yang dilakukan.
d. Kontrol pengasuh dalam bertindak dan mengambil keputusan