Peran biro pengasuhan santri terhadap permasalahan santri di pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan

= ϑϑϑϑ9999$$$$#### ∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇⊃⊃⊃⊃⊆⊆⊆⊆∪∪∪∪

Artinya : “ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imron; 104)


(5)

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tugas dan kewajiban bagi pembimbing agama adalah membina masyarakat, mengajak kepada kebaikan dan membina manusia kejalan yang bdiridhoi noleh Allah SWT.

Dengan kata lain, dalam diri manusia telah tertanam benih yang disebut instink agama (Instink Religious atau Nauralite Regional) yang menurut Al-Qur’an disebut kecenderungan kearah beragama (haniefan musliman) yang dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup baik.

Sabda Nabi muhammad SAW, yang menjelaskan bahwa “… Setiap manusia dilahirkan diatas fitrahnya, dan orang-orang tuanyalah yang mendidiknya menjadi beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Akan tetapi bila orang tuanya beragama

Islam, maka niscaya anaknya pun menjadi muslim”.3

Hadits di atas menjelaskan pengaruh bimbingan dan pembinaan yang dipandu dengan pengaruh dasar yang disebut dengan fitrah. Fitrah tersebut dapat menjadikan manusia itu hamba Allah yang mampu berjalan di dalam jalan yang benar dan dapat bermasyarakat. Bimbingan dan pembinaan sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian manusia. Dalam bimbingan dan pembinaan itu terdapat norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat.

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, 1971), hal.93


(6)

abnormal tergantung pada kesesuaian dengan aturan-aturan social yang ada atau kesesuaian dengan norma-norma kebudayaan dari masyarakat.4

Dan jika bimbingan itu bear-benar dijalankan akan terjamin kebahagiaan dan ketentraman batin dalam hidup ini. Bimbingan merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan manusia di dalam hidupnya silih berganti menghadapi persoalan atau problem.5

B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Berupa penjelasan hubungan atau korelasi tentang lembaga di Pondok Pesantren Darunnajah dan teknik pendidikan, pengajaran, dan bimbingan konseling antara ustad, pengurus dan santri

Sebagaimana telah diketahui, selama ini kegiatan bimbingan rohani merupkan unsur utama dari Lembaga Biro Pengasuhan Santri dalam melakukan suatu bimbingan.

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pelebaran pembahasan maka penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada “Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah

4

H. M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Edisi 2, cet. Ke-4, hal.123

5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 1993), Cet. Ke-7, hal.7


(7)

menghibur dirinya sendiri.

2. Perumusan Masalah

Setelah membatasi masalah di atas, maka perumusan masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Apa peran Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah?

b. Bagaimana harapan santri tentang peranan yang seharusnya dilakukan Biro Pengasuhan Santri dalam mengatasi permasalahan santri di Pondok Pesantren Darunnajah?

c. Apakah terdapat kesesuaian antara peranan lembaga Biro Pengasuhan Santri dengan harapan santri Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

a. Untuk mengetahui fungsi dan cara pembimbing dalam memberikan motivasi terhadap permasalahn santri di Pondok Pesantren Darunnajah.

b. Untuk mengetahui harapan santrit tentang diberikannya motivasi kepada santri-santri yang bermasalah.

c. Untuk mengetahui terdapat kesesuaian antara peran pembimbing dalam memberikan motivasi dengan harapan santri.


(8)

kondisi maupun kesesuaian antara peran pembimbing dengan harapan masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi pembimbing dalam melakukan pengasuhan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi atau acuan bagi para keluarga yang menitipkan dan mempercayakan anaknya kepada Pondok Pesantren yang anak ini memiliki permasalahan agar dapat di bimbing dengan baik.

D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung untuk meneliti sesuatu berupa informasi dan permasalahan santri, dimana peneliti langsung ke lapangan (objek) penelitian untuk mengamati sesuatu. Dalam hal ini mengenai Peran Biro Pengasuhan Santri (BPS) Terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.

2. Pendekatan Penelitian

Berupa penelitian kualitatif seperti wawancara, komunikasi konseling baik dari ilmu agama ataupun ilmu umum. Penelitian melalui pendekatan kualitatif


(9)

Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan.

3. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan, yang ber alamat di Jl. Ulujami Raya No.86 Kecamatan Pesanggrahan Kelurahan Ulujami Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitian dimulai dari tanggal 28 mei 2010 s/d 8 desember 2010.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah konselor (ketua dan wakil Biro Pengasuhan Santri) yang lebih sering terlihat dan terlibat langsung dalam memberikan motivasi terhadap permasalahan santri yang juga terlibat dalam proses konseling tersebut. Kemudian objeknya yaitu peran pembimbing dalam memberikan motivasi kepada seluruh santri yang dikira kurang bersemangat, nakal ataupun mengalami kesulitan dalam belajar.

5. Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode observasi, yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera.

6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-33, edisi revisi, hal.4.


(10)

6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, maka instrumen penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya dan keseluruhan proses penelitian7.

Alat bantu dalam penelitian ini adalah catatan lapanga, handycam, dan pedoman wawancara.

7. Teknik keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria;

a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan jawaban yang diberikan oleh pembimbing dengan santri mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

7Ibid, h.168


(11)

dicari kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci, maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.

8. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi, Dalam hal ini penulis mengamati dan memperhatikan secara langsung, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dan fenomena tersebut . Observasi dilakukan dengan mengamati langsung ke Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan untuk memeperoleh informasi sehingga data penelitian bisa didapatkan.

b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada ketua dan wakil Biro Pengasuhan Santri untuk memperoleh kelengkapan data, sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang berkaitan dengan objek peneliti sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu dengan tape recorder untuk merekam hasil wawancara dan mencatat informasi yang didapat waktu itu.


(12)

9. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Dimana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelumnya ada skripsi yang membahas mengenai permasalahan santri yang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitian diuraikan sebagai berikut yaitu dengan Judul Skripsi, “Upaya Bimbingan Konseling dalam menumbuhkan Konsep Diri Anak yang Positif di Panti Asuhan Putera Asih

Tangerang”, yang ditulis oleh Siti Muchlisoh Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam

tahun 2006, dalam skripsi ini lebih ditekankan bagaimana upaya bimbingan dalam menumbuhkan konsep diri yang positif pada anak asuh di Panti Asuhan Putera Asih Tangerang.

Penelitian lainnya yaitu, “Peran Konselor dalam Upaya Pembentukan


(13)

II di SMK Muhammadiyah 09 Jakarta.

Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitian. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Serta yang menjadi objek penelitian ini adalah Peran Pembimbing di Lembaga Biro Pengasuhan Santri terhadap Permasalahan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah. Hal tersebut dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian mengenai bentuk bimbingan lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam mengatasi permasalahan santri.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam skripsi ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULAN

Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.


(14)

dan tujuan Penyuluhan, Pengertian santri, Pengertian Pesantren, elemen pesantren, pengertian teori masalah, pengertian teori santri, serta bentuk-bentuk Pondok Pesantren.

BAB III : GAMBARAN UMUM, meliputi

Profil lembaga Biro Pengasuhan Santri (BPS); Sejarah berdirinya, Tujuan, Hasil Penelitian, Struktur Lembaga, serta Visi dan Misi

BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Temuan analisa yang terdiri dari deskripsi klien dan pembimbing, bagaimana cara pembimbing dalam memberikan motivasi pada santri, harapan para santri dan kesesuaian antara cara pembimbing memberikan motivasi dengan harapan para santri.

BAB V : PENUTUP


(15)

A. Peran Pembimbing 1. Pengertian Peran

Dalam kamus besar bahasa Indonesia “peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan “.1

Sedangkan menurut Keliat, Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat.2

Walaupun kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya tersebut akan tetapi masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut Soerjano Soekanto, “peran dapat dikatakan sebagai periaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3

Berbicara tentang peran, tentunya tidak dapat dipisahkan dengan status (kedudukan) walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Karena yang satu tergantung pada yang lainnya beguitu juga sealiknya, maka peran diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang berbeda, akan tetapi

1

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hal. 667

2

Salbiah, Konsep Diri, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, hal. 6 3

Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet, ke-1, hal. 667


(16)

kelekatannya sangat berbeda sekali. Seseorang dapat dikatakan berperan atau memiliki peran sikatakan seseorang tersebut mempunyai status dalam masyarakat walaupun kedudukan ini berbeda antara satu orang dengan orang lain, akan tetapi masing-masing dirinya memiliki peran yang sesuai dengan statusnya.

2. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan

Kata penyuluhan selalu disertai dengan bimbingan, menjadi bimbingan dan penyuluhan yaitu satu kesatuan istilah. Istilah bimbingan dan penyuluhan adalah terjemahan dari “Guidance” penyuluhan adalah suatu usaha dari suatu badan pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kesadaran pemahaman, sikap, keterampilan warga masyarakat yang berkenaan dengan hal yang tertentu, misalnya “Penyuluhan Demam Berdarah dan Kebersihan Lingkungan” bermaksud meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pemahaman, sikap dan keterampilan warga masyarakat khususnya para warga masyarakat, berkenaan dengan aspek lingkungan kebersihan dalam kehidupan tertentu. Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut ini dikutip sebuah definisi. Menurut Crow & crow (1960), seperti yang dikutip Prayitno dan Erman Amti, Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,


(17)

mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.4

Meskipun definisi deskriptif diatas menampakkan variasi yang cukup mencolok, yang bersumber pada sudut pandang yang berbeda-beda, namun terdapat juga sejumlah unsur yang menunjukkan kesamaan. Perbedaan yang paling menonjol menyangkut sudut pandang, apakah bimbingan terutama dilihat sebagai sikap dasar seseorang untuk menawarkan jasanya untuk membantu orang lain; ataukah terutama di pandang sebagai kumpulan sejumlah proses, prosedur, cara serta teknik untuk memberikan pelayanan yang efisien dan efektif kepada orang lain.

Dengan demikian, dari pengertian di atas maka dapat di fahami bahwa bimbingan ialah bantuan yang di berikan oleh seseorang kepada orang lain dalam usaha untuk mengatasai kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang akan dihadapi kelak, sehingga tercapai kesejahteraan atau kebahagiaan dalam hidupnya.

Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses bimbingan, pembimbing secara praktis lebih banyak memberikan pengarahan, nasihat kepada yang dibimbing, maka pembimbing bersikap aktif sedangkan yang terbimbing bersifat pasif. Rumusan bimbingan pada umumnya mencakup beberapa hal dalam prosesnya, antara lain:

4

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet, ke-2, hal. 94


(18)

a. Bimbingan diberikan kepada individu atau kelompok dan mempersiapkan individu atau kelompok untuk dapat memahami suatu proses.

b. Bimbingan menyiapkan individu atau kelompok untuk dapat mencapai suatu tujuan memberikan kesempatan untuk dapat kesempatan yang lebih luas dalam pendidikan, pendewasaan, pemahaman dan kepekaan diri pribadi.

c. Bimbingan adalah merupakan suatu usaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, sekolah dan kehidupan berusaha agar santri memahami diri sendiri, secara teratur berstimulus dan sistematik. d. Bimbingan menentukan dan mengarahkan diri sendiri.

e. Bimbingan berusaha agar santri berproses memperoleh pengalaman yang berguna, dan memiliki kepribadian yang memadahi dan terlatih dengan baik, melatih pribadi atau kelompok (klien) agar dapat bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang dibuat.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberi bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja atau dewasa agar orang-orang yang di bimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan


(19)

individu dan sarana yang dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.5

3. Fungsi Bimbingan Dan Penyuluhan

Fungsi bimbingan dapat di artikan sebagai suatu tertentu yang mendukung atau memepunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Dalam hubungan ini bimbingan dan penyululuhan berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik berkembang secara optimal, sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.

Bila ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh melalui pelayanan bimbingan dan penuluhan Islam, maka para ahli mengelompokkan fungsi-fungsi bimbingan dan penyuluhan kepada lima fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi penyaluran adalah yang memberikan bantuan kepada santri untuk mendapatkan lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya. b. Fungsi pengadaptasian adalah yang memberikan bantuan kepada

sekolah untuk menyesuaikan program pengajaran dengan diri santri. c. Fungsi penyesuaian adalah yang memberikan bantuan kepada santri

untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru.

d. Fungsi perbaikan adalah yang member bantuan kepada santri untuk memperbaiki kondisi yang di pandang kurang sesuai.

5

Prof Dr. H. Prayitno M.Sc ed dan Drs. Erman Amti, Program Bimbingan dan Konseling. Hal.99


(20)

e. Fungsi pengembangan adalah yang membantu santri untuk melampaui proses perkembangan dan fase perkembangan secara wajar.6

4. Tujuan Bimbingan Dan Penyuluhan

Tujuan bimbingan merupakan penjabaran dari tujuan umum dan telah banyak dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan dinyatakan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut:

a. Mengerti dirinya dan lingkungannya.

b. Mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sosial pribadi. c. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal. d. Mencegah masalah yang di hadapi secara bijaksana. Bantuan ini

termasuk untuk mencegah kebiasaan-kebiasaan buruk yang menjadi sumber masalah.

e. Mengelola aktifitas kehidupannya, mengembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggung jawabkannya.

f. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.7

6

M. Arifin, Pengantar bimbingan dan konseling Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta; Pren Halindo), cet. Ke-1, ha. 45

7


(21)

B. Pesantren Dan Permasalahan Santri 1. Pengertian Pesantren

Menurut Clifford Geertz yang dikutip oleh Yasmadi, Pesantren bila dirunut dari bentuk kata, berasal dari kata Santri dengan diapit awalan pe- dan akhiran –an ini mengindikasikan Pesantren sebagai tempat tinggal para santri.8 Sedangakan kata “santri”, menurut Nurcholis Madjid kata santri ini bisa dilihat dari dua pendapat.9 Pertama, pendapat yang yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari bahasa sansakerta yang artinya melek huruf. Pendapat ini didasarkan pada kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa arab. Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier, kata santri berasal dari bahasa India yang berarti orang-orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu,10 atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum dapat diartikan buku-buku suci agama atau buku tentang pengetahuan umum.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti

8

Clifford Geertz, Abangan Santri, Priyayi Dalam Pandangan Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin (judul asli ; The Religion of Java), cet. Ke-2, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983), hal. 268

9

Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, Cet. Ke-1, (Jakarta: Paramadina, 1997)hal.19-20

10

Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-6 (Jakarta: LP3ES, 1994), hal.18


(22)

seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap.11

Di Indonesia sebutan Pesantren lebih popular disebut Pondok Pesantren, berbeda dengan Pesantren, Pondok berasal dari bahasa arab yaitu Funduq, yang berarti asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.12

Dari pengertian terminologi Pesantren secara historis kultural lahir dari budaya Indonesia. Menurut Nurcholis Madjid Pesantren tidak hanya mengandung makna keislaman, namun juga mengandung makna keaslian Indonesia. Sebab, cikal bakal Pesantren sudah ada sejak masa hindu-budha, dan Islam datang dan tinggal meneruskan. Melestaraikan, dan mengIslamkannya. 13

Pesantren disamping sebuah asrama atau tempat tinggal santri, juga menjadi sebuah lembaga pengembangan studi ke Islaman, diman banyak ilmu agama baik dibidang Fiqih, nahwu, sharaf dan ilmu lainnya di kaji dan didalami pemahamannya untuk kemudian di bawa pada masyarakat melalui santrinya sebagai duta pesantren. Hal ini menjadi nilai tambah bagi keberadaan Pesantren ditengah semakin berkembangnya dunia pendidikan di Indonesia.

11

Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005) Cet. Ke-2

12

Hasbullah, SejarahPendidikan Islam di Indonesia; Lintasan sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996), h. 138

13

Yasmadi, Modernisasi Pesantren; Kritik Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, hal. 62


(23)

2. Elemen Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan, memiliki elemen yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Adapun elemen dari Pesantren tersebut meliputi kiyai, santri, Pondok, masjid dan pengajaran kitab-kitab klasik atau sering disebut kitab kuning.14

M. Arifin mengklasifikasikan perangkat Pesantren meliputi pelaku Pesantren seperti Kiyai, santri. Perangkat keras Pesantren meliputi asrama, Pondok, Masjid dan sebagainya. Dan perangkat lunak lainnya seperti tujuan, kurikulum, metode pengajaran, evaluasi dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya.15

Adapun mengenai elemen Pesantren yang disebutkan diatas, akan dibicarakan sebagai berikut :

a. Kiayi

Kiayi atau pengasuh Pondok Pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Rata-rata Pesantren di Jawa dan Madura menjadi sosok yang sangat berpengaruh, kharismatik, dan berwibawa, sehingga amat disegani oleh masyarakat dilingkungan Pesantren. Disamping itu, Kiayi Pondok Pesantren biasanya juga sekaligus sebagai pendiri dari pesantren yang bersangkutan. Oleh karena itu sangat relevan jika dalam perkembangannya, Kiayi menjadi sosok yang sangat berperan penting bagi Pesantren.

14

Amin Haedari, Abdullah Hanif dkk. Masa depan Pessantren. Dalam tantangan modernitas dan tantangan kompleksitas global.(Jakarta: IRD PRESS.2004) Cet. Ke-1

15

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta: Bina Aksara, 1995) Cet.ke-3, hal.257


(24)

Menurut Zamakhsyari Dhofier, dalam bukunya yang berjudul tentang Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai, perkataan kiyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda. Pertama sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap saktidan kramat. Misalnya Kiyai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Kraton Yogyakarta. Kedua sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agamaIslam yang memiliki atau menjadi Pemimpin Pesantren.dalam hal ini pengertian ketiga disebut sebagai acuan bagi pengertian kiayi yakni sebagai apresiasi masyarakat kepada seorang Pimpinan Pesantren16.

b. Pondok

Sesuai dengan pengertian Pondok Pesantren yang telah dikemukakan di awal. Pondok bisa didefinisikan sebagai asrama atau tempat tinggal para santri, sarana yang berada di sekitar komplek Pesantren, seperti rumah kiayai, tempat pengajian, dan ruang bagi keiatan agama lain yang dipergunakan oleh pihak Pesantren. Pondok kemudian menjadi sebuah ciri khas bagi Pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan lainnya.

Pondok menjadi rumah bagi santri, untuk kalangan Pesantren tradisional, pondok atau bale (asrama) tidak hanya berfungsi

16

Zamakhsyarai Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan kiyai, cet. Ke-1 (Jakarta: LP3ES, 1994), hal.18


(25)

sebagai tempat untuk tidur bagi santri namun juga digunakan sebagai tempat memasak dan mengaji sesam santri. Berbeda dengan Pesantren modern yang menggunakan Pondok hanya untuk tempat tidur, karena kegiatan makan diberikan fasilitas kantin.

c. Masjid

Masjid pada masa nabi menjadi pusat kegiatan agama, maka dalm hal ini Pesantren yang diasuh oleh kiayai yang menurut sistem yang dilakukan Nabi menjadikan masjid sebagai tempat pusat kegiatan, beberapa kegiatan kajian agama seperti pengajian, sehubungan dengan itu pula umat Islam dimanapuh berada selalu menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan mereka khususnya yang berkaitan dengan agama misalnya untuk perkumpulan, kajian, musyawarah dan lainnya.

d. Santri

Santri adalah siswa dari sebuah Pondok Pesantren, seperti telah dibahas diawal pembahasan. Pada umumnya santri terbagi ke dalam dua kategori. Pertama , santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dari Pesantren dan menetap di Pesantren. Tradisi bagi santri yang telah lama atu lebih senior, biasanya memikul tanggung jawab mengajar santri junior tentang kitab menengah dan dasar, tentunya setelah ditunjuk oleh pihak pengurus bahkan Kiayi yang bersangkutan.kedua, santri kalong, yaitu para santri yang berasal dari desa sekitar Pesantren.


(26)

Mereka tidak menetap di Pesantren mereka berada dipesantren hanya bila ada tugas pesantren atau kegiatan pesantren saja. Apabila sebuah Pondok Pesantren memiliki santri mukim lebih banyak, maka Pesantren tersebut dikategorikan Pesantren besar.17 e. Pengajaran Kitab Kuning

Pesantren sebagai lembaga pendidkan Islam tradisional, telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab tanpa syakal stau sering disebut kitab Gundul.kitab kuning ini satu-satunya metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas Pesantren di Indonesia.

3. Bentuk-bentuk Pesantren

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tradisional dalam perkembangannya dikelompokan menjadi beberapa bentuk. Pembagian ini berdasarkan karakteristik pengajaran dan penyampaian yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren tersebut.

Dalam penyelenggaraan system pengajaran dan pembinaannya Pondok Pesantren dewasa ini dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu: a. Pondok Pesantren Tradisional.

Pondok Pesantren tradisional adalah lembaga penddikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non klasikal (system

17

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiayi,(Jakarta: LP3ES,1986)hal. 51-52, Cet.II


(27)

bandongan dan sorogan) dimana seorang kiayi mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa araboleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan santri biasanya tinggal didalam Pondok atau asrama dalam Pesantren tersbut.

Pesantren model ini masih memegang teguh penyampaian dengan pola tradisional dalam mengajarkan nilai-nilai Islam. Cara-cara yang digunakan telah turun temurun dipraktekan. Ilmu yang dipelajari umumnya sama disemua pesantren model ini, demikian juga kitb yang dikaji, perbedaan hanya terletak pada kadar ilmu yang dimiliki oleh kiayi pada tiap pesantren.18 Ciri lain dari pesantren model ini adalah kemutlakan kiayi sebagai pemegang kekuasaan dan penentu kepuusan dan menejemen pun biasanya menggunakan menejemen keluarga, hal seperti ini bisa saja terjadi pada pesantren model lain.

b. Pondok Pesantren Tradisional Modern.

Pesantren model ini adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang menggabungkan system madrasi (klasikal)19 yang mengarah kepada system atau pola modern dari segi pengajaran dan penyampaiannya. Ciri pesantren model ini adalah peran seorang kiayi tidak mutlak lagi, akan tetapi telah ada pembagian tugas diantara pengasuh atau pembinanya.

Dari segi pengajarannya disamping menggunakan cara-cara tradisional (system sorogan, bandongan atau wetonan) juga memakai

18

Sudjuko Prasadjo, Profil Pesantren, (Jakarta: P3M, 1982), h. 90 19


(28)

sistem modern (sistem pembagian kelas) dengan menggunakan tingkatan-tingkatan kemampuan santri. Pesantren ini juga mengadakan kegitan pendidikan formal untuk memberikan keseimbangan antara tuntunan duniawi dan ukhrowi.

c. Pondok Pesantren Modern.

Pondok Pesantren Darunnajah yang penulis teliti termasuk didalam Pondok Pesantren Modern, Pesantren modern adalah pesantren yang menggunakan sistem modern (baru) dari segi dan pengajaran materinya. Cirri-ciri pesantren ini adalah:

1) Memakai cara diskusi dan Tanya jawab dalam setiap penyampaian materinya.20

2) Adanya pendidikan kemasyarakatan, segenap pelajar berlatih memperhatikan dan mengerjakan hal-hal yang nantinya akan dialami oleh mereka dalam masyarakat ketika mereka berbaur dengan masyarakat, mengenai hal-hal yang nanti akan dijumpai Masyarakatmengenai pelajaran mereka.21

3) Adanya organisasi pelajar yang mengatur aktivitas mereka, segala sesuatu mengenai kehidupan mereka diatur dan diselenggarakansendiri oleh mereka dengan cara demokrasi, gotong royong dan dalam suasana ukhuwah yang dalam, tapi itu

20

J. L. Mursell, Succesful Teaching, disusun oleh Nasution M.A, “Mengajar Dengan Khusus” (Bandung: I Jemmars, tth), h. 28

21


(29)

juga tidak terlepas dari bimbingan dan pengawasan pengasuh-pengasuh atau Pembina-pembinanya.22

4) Adanya organisasi pelajar yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan dan kegiatan sehari-hari, tata tertib, disiplin. Masing-masing dapat mengutarakan pendapat dan melakukan kegiatan kesiswaan yang terikat dengan system pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

Adapun peran dan fungsi Pondok Pesantren sendiri berkembang dari masa ke masa. Pada taraf yang paling awal, Pondok Pesantren ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan namun juga menjadi pusat penyiaran agama Islam.

Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan keagamaan, pada perkembangan selanjutnya pendidikan pondok pesantren membuka lembaga pendidikan formal, baik yang berafiliasi dengan pendidikan agama maupun dengan pendidikan umum, atau sekuler.23

4. Permasalahan Santri

Adapun yang menjadi salah satu permasalahan santri disini dan penyebabnya jika dilihat dari Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan santri adalah:

22

ibid, hal. 932 23

Anas Madhuri, Pesantren dan Pengembangan Ekonomi Ummat (Surabaya: Departemen Agama, 2002), cet Ke-1. h. 18


(30)

a. Pola hidup yang berbeda dengan dirumah, santri memerlukan waktu untuk beradaptasi.

b. Santri belum mendapatkan teman yang cocok. c. Santri belum mempunyai jiwa yang mandiri.

d. Orang tua belum sepenuhnya ikhlas menitip dan mempercayakan anaknya kepada Pondok Pesantren.


(31)

SANTRI

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan

1. Struktur

Nama Pesantren : Pondok Pesantren Darunnajah

Waqif : 1). K.H. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.) 2). Hj. Tsurayya (Almh.)

Pendiri : 1). KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Alm.) 2). Drs. H. Komaruzzaman

3). Drs. KH. Mahrus Amin Penyelenggara : Yayasan Darunnajah

Ketua Umum : H. Syaefuddin Arief, SH., MH Tahun Berdiri : 1 April 1974

Pimpinan : 1). KH. Mahrus Amin

2). Drs. KH. Sofwan Manaf, M.Si. Jumlah Santri : 3.240 Santri

Jumlah Ustadz/Guru : 389 Guru

Alamat : Jl. Ulujami Raya 86, Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan 12250


(32)

Telp : 021-7350187 (hunting)

Fax : 021-73880158, 021-73886529 Website : www.darunnajah.com

E-mail : sekretaris.darunnajah@gmail.com1

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah a. Periode Cikal Bakal (1942-1960)

Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Tahun 1959 tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami.

Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah. b. Periode Rintisan (1961-1973)

Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh H. Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan

1

Buletin Darunnajah, Media Informasi Tahunan Edisi XXIV, Juni 2010. Penerbit: Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta


(33)

kepada Ust. Mahrus Amin, alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.

Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Pertukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus 1961, Ust. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka Tsanawiyah dan TK Darunnajah.

Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972 menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul.

Para periode ini, meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu.

c. Periode Pembinaan dan Penataan (1974-1987)

Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah


(34)

ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Pertukangan dibuka kembali dan secara berangsur, Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak ulujami yang boleh pulang pergi.

Bangunan yang pertama di dirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Mesekipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.

Pada periode inilah mulai ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-sunnahnya.

1) Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu sholat.

2) Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.

3) Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat (LDPM).

4) Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah. d. Periode Pengembangan (1987-1993)

Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, pendidikan anak-anak fuqara dan masakin


(35)

dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.

e. Periode Dewan Nazir (1994-sekarang)

Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.

Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, Drs.K.H. Mahrus Amin, dan Drs.H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.

Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan


(36)

Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia.

Ditahun 2007, Pesantren Darunnajah memiliki 11 cabang pesantren di berbagai tempat; Jakarta, Bogor, Serang, Bengkulu, Kalimantan Timur. dengan luas asset 318 ha.2

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah a. Visi

1) Mencetak manusi yang bermuttafaqah fiddin untuk menjadi kader pemimpin ummat atau Bangsa.

2) Mendidiki kader-kader ummat dan bangsa yang bertafaqoh fiddin, para ulama’, zuama’, dan aghniya’; cendikiawan muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, berpengetahuan luas, jasmani yang sehat, terampil dan ulet.

b. Misi

1) Mencetak manusia yang;

a) Beriman dan bertaqwa g) Mampu bersaing b) Berakhlak mulia h) Kritis

c) Berpengetahuan Luas i) Problem solver d) Sehat dan kuat j) Jujur

e) Terampil dan ulet k) Komunikatif, dan f) Mandiri l) Berjiwa juang.

2 Ibid.


(37)

2) Merintis dan memplopori berdirinya Pondok Pesantren di seluruh Indonesia sebagai lembaga sosial keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah.3

4. Organisasi Kelembagaan

Untuk menyelenggarakan Pondok Pesantren Darunnajah dimandatkan sepenuhnya kepada Pimpinana Pesantren. Dalam melaksanakan tugas-tugas operasionalnya, pimpinan pesantren dibantu oleh lima Biro:

a. Biro Pendidikan, membawahi;

Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak (TK), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA-TKA), Sekolah Dasar Islam (SDI), Tarbiyatul Mu’Allimin wal Mu’allimat Al Islamiyah (MTs, MAK, dan SMA), Lembaga Bahasa (LB), Perpustakaan dan Laboratorium, Lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), dan Darunnajah Computer Center. b. Biro Administrasi, Keuangan dan Usaha, membawahi;

Keuangan, Kesekretariatan, Publikasi dan Dokumentasi, Bidang-bidang Usaha Darunnajah, dan Biro Pengasuhan Santri, membawahi; Organisasi Santri, Keamanan Pesantren, Bimbingan dan Konseling, Musyrif, Bagian Bahasa, dan Marching Band Putri Darunnajah.

3 Ibid.


(38)

c. Biro Rumah Tangga, membawahi;

Bagian Kesehatan, Bagian Kesejahteraan, Bagian Perawatan, Bagian Kebersihan, Bagian Pembangunan, Bagian Dapur Umum, dan Bagian Listrik dan Air

d. Biro Kemasyarakatan, mengelola;

Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat(LDPM), Peringatan hari-hari besar Islam, Ashabunnajah dan Alumni, Ta’mir Masjid, dan Protokol Pesantren.

5. Program Pesantren

Untuk mewujudkan cita-cita dalam pembangunan dakwah dan menjaga kelangsungan pesantren, sejak awal telah dirancang pedoman kerja yang terdiri atas lima program.

a. Peningkatan Mutu Pendidikan

1) Memantapkan/ menyempurnakan kurikulum

2) Memasukkan pelajran kitab-kitab kuning pada jam formal b. Pembangunan Fisik

1) Memperbaiki dan merawat gedung yang sudah ada 2) Membangun gedung permanent

c. Penggalian dan pengembangan dana

Membuat badan-badan usaha untuk menunjang biaya operasional pesantren dan kesejahteraan guru, yang saat ini telah terbentuk 53 unit usaha.


(39)

d. Pengkaderan dan penempatan

Untuk menjaga kelangsungan dan memajukan pesantren pada masa yang akan datang, lembaga berusaha mempersiapkan kader-kader pesantren dengan meningkatkan sumber daya manusia dengan melanjutkan pendidikan diluar negeri maupun didalam negeri dengan program diploma, S1, S2, S3.dari; Keluarga pendiri pesantren, Guru-guru pesantren, Penerima beasiswa ashabunnajah, dan Alumni.

Kader-kader disiapkan untuk mengabdi di cabang-cabang Darunnajah sebagai tenaga pendidik, tenaga administrasi dan pimpinan pesantren.

e. Pengembangan Masyarakat

Telah dilakukan berbagai pendekatan, baik dengan pembinan ekonomi, sosial, keagamaan, hal ini dilakukan supaya masyarakat dapat merasakan manfaat atas keberadaan pesantren.4

7. Prestasi

Prestasi yang pernah diraih 3 tahun terakhir oleh TMI Darunnajah: a. Tahun 2001 Juara I JAGO Pramuka Penggalang se Jakarta Selatan b. Juara I Pramuka Yel Regu PUMA se Jakarta Selatan

c. Juara I Prestasi tinggi regu Jago Lt V se Indonesia d. Pelopor PORSENI PESANTREN se Jawa dan Bali. e. Juara I Marching Band se Jabotabek.

f. Juara I, Wide Game penggalang se DKI Jakarta

4 Ibid.


(40)

g. Mengikuti Jamboree Pandu Dunia di Tanpin Malaysia sebagai utusan RI.

h. Mewakali Pemda DKI dalam Lomba Tapak Suci se Jawa dan Bali II i. Akreditasi dan pengakuan LPK (lembaga Pendidikan Komputer) oleh

Dep. Tenaga Kerja RI5 8. Sarana dan Prasarana

Masjid, Gedung Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai Pengobatan, Sarana Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang Indoor, Bulu Tangkis, Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco Mart, Kantin, Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri dibagi waktu), dan Warnet.

9. Ekstra Kurikuler

Komputer, Pramuka, Muhadharah (Latihan Berpidato), Marching Band, Seni Bela Diri, Tilawah dan Tahfidz Al – Quran, Praktik Pengabdian Masyarakat, Latihan Dasar Kepemimpinan , Kursus Bahasa Inggris, Praktik Mengajar, Kesenian dan Keterampilan, Keorganisasian, Olahraga, Studi Tour, Pertukaran Pelajar, Kaligrafi (Ikatan Kaligrafi Darunnajah), Kursus Jurnalistik, Renang Indoor, Video Conference, dan Workshop.

5 Ibid.


(41)

B. Gambaran Umum Biro Pengasuhan Santri 1. Sejarah Berdirinya Biro Pengasuhan Santri

Biro Pengasuhan Santri adalah sebuah Lembaga dibawah naungan Pondok Pesantren Darunnajah. Tugas utama Biro Pengasuhan Santri adalah membantu Pimpinan Pondok Pesantren dalam mengatur pola piker dan aktifitas kehidupan santri diluar jam sekolah santri di tarbiyatul Mu’allimin wal Mu’allimat Al-Islamiyah (TMI) Darunnajah, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Pada dasarnya tugas Pengasuhan Santri dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni; sebagai Pembina Organisasi santri Darunnajah (OSDN), sebagai Pembina Disiplin santri secara menyeluruh, sebagai pembimbing dan penyuluh santri. Pada dasarnya tugas Pengasuhan Santri dapat digolongkan menjadi tiga hal,yakni;

a. Sebagai Pembina Organisasi santri Darunnajah (OSDN) b. Sebagai Pembina Disiplin santri secara menyeluruh c. Sebagai pembimbing dan penyuluh santri

Kehidupan santri di Pondok Pesantren Darunnajah yang mukim selama 24 jam tidak lepas dari disiplin, maka pengasuhan santrilah yang menjadi pengendalian disiplin seluruh santri, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pengurus OSDN. Dalam menegakkan disiplin santri lembaga ini lebih menekankan kepada kesadaran prefentif dan meminimalisasi hukuman fisik. Dengan demikian, jalannya disiplin santri menjadi lebih baik dan suasana kekeluargaan lebih tampak.


(42)

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan perhatian secara pembinaan terhadap santri dan wali santri, tentu diperlukan pembenahan dan pembaharuan diberbagai segi, baik dari segi penempatan santri di asrama, pengawasan, peningkatan sarana dan prasarananya. Khusus untuk santri senior kelas enam TMI mendapat perhatian tersendiri dikalangan pengasuhan dengan dibentuknya komisi yang membahas pembinaan kelas enam dalam rapat pengasuhan.

Tidak kalah pentingnya pembaharuan dijajaran kantor pengasuhan, yaitu dengan upaya-upaya perbaikan di ketata usahaan mulai dari peningkatan SDM staf-stafnya dan komputerisasi pendataan santri dan lain-lainnya.

2. Kewajiban Dan Tanggung Jawab a. Mengontrol jalannya disiplin

b. Menempati kamar dirayon yang telah ditentukan c. Mengikuti sholat berjamaah di masjid

d. Mengikuti upacara sabtu pagi

e. Menghadiri rapat mingguan pengasuhan santri f. Melaksanakan harokatut tabkir

g. Full Time di rayon dan tidak diperkenankan kerja sampingan (les dan sejenisnya) di luar pondok

h. Berperan aktif dalam rapat majlis fajar dan membuat laporan harian i. Mengontrol absensi setiap malam pukul 22.00 WIB


(43)

k. Membuat laporan dan mengikuti rapat mingguan pada hari selasa pukul 20.00 di Baitul Wakif

l. Mengadakan rapat mudabbir6 3. Program Kerja

a. Harian

1) Mengasuh, mengontrol dan memonitor kegiatan santri di rayon 2) Menggerakkan santri untuk kemasjid

3) Melaksanakan harokatut tabkir

4) Memberikan perizinan (tasdiq) untuk meninggalkan kelas 5) Mengontrol kamar santri

6) Melarang tamu atau wali santri masuk ke asrama

7) Menginformasikan kepada wali santri perkembangan anaknya baik yang positif ataupun negative

8) Memonitor bulis/haritsah dirayon dan kamar mandi

9) Mengadakan puaa sunnah dan kegiatan ubudiah lainnya bersama dengan pengurus rayon dan anggota rayon sewaktu-waktu

10)Mengontrol keberadaan santri di asrama a. Mingguan

1) Mengontrol kamar-kamar sebelum adzan pertama sholat jum’at 2) Mengumpulkan anggota rayon seminggu sekali

3) Membimbing dan mengontrol jum’at bersih

6 Ibid.


(44)

4) Mendata fasilitas rayon yang rusak dan kurang layak serta melaporkannya ke BRT

5) Menginventarisasi barang-barang pesantren yang ada di dalam rayon

6) Menggerakkan anak-anak untuk berolahraga setelah jum’at bersih 7) Mengadakan siraman rohani bagi anggota rayon. (dibuat materi

khusus) b. Bulanan

1) Mengabsen santri setelah libur bulanan

2) Memeriksa kamar pengurus. (idak ada skat kamar) 3) Rapat evaluasi bersama pengurus rayon dan ketua kamar 4) Membuat laporan bulanan dan diserahkan ke TU pengasuhan 5) Memeriksa administrasi rayon

6) Musyrifah memeriksa santri setelah perpulangan bulanan didepan asrama bersama mudabbir

c. Semester

1) Membantu panitia ujian untuk Harokatut tabkir saat ujian

2) Menggerakkan santri untuk belajar diluar asrama pada pagi dan malam hari

3) Mengontrol asrama saat ujian tulis berlangsung d. Program Kerja Tahunan

1) Membantu keamanan pesantren dlam perpindahan kamar 2) Mengikuti seluruh kegiatan tahunan santri


(45)

Ketentuan diatas merupakan sebuah usaha untuk meningkatkan pengawasan, perhatian dan pelayanan bagi santri maupun orang tua santri. Selain itu para musyrif dan musyrifah diwajibkan mengadakan pertemuan dengan orang tua santri secara berkala. Tempat pertemuan di kamar masing-masing santri ini bertujuan agar ada perhatian, saran dan kritik mengenai kamar dan berbagai hal lainnya serta orang tua dapat melihat langsung keberadaan santri dikamar tersebut.

Segi positif dari pertemuan antara orang tua santri adalah adanya interaksi langsung antara musyrif dengan wali santri sehingga dapat dihindari adanya kesalahan informasi.7

4. Revolusi Kepengasuhan

Setiap tahunnya seluruh jajaran pengasuhan mengadakan rapat khusus untuk membahas dan melakukan pembaharuan-pembaharuan ditubuh Biro Pengasuhan. Diawali pembenahan pembinaan santri di rayon oleh musyrif/musyrifah, dalam rapat disahkan susunan musyrif/musyrifah dengan perbandingan seorang musyrif/musyrifah menangani 10-20 santri.

Adapun tugas dari musyrif/musyrifah selain mengabsen santri setiap hari dan melaporkannya kepada pimpinan setiap kamis malam, juga memberikan tausiah dan nasehat-nasehat serta motivasi-motivasi belajar kepada santri pada malam hari sebelum tidur. Secara rinci standarisasi,

7


(46)

kewajiban dan program kerja musyrif/musyrifah telah ditetapkan dalam rapat kepengasuhan yang dibahas oleh komisi A sebagai berikut:

a. Pembentukkan TIM Inti Kepengasuhan

Dibentuk pada tanggal 22 januari 2007 berdasarkan surat tugas nomor 744.05/DN/I/2007, dengan anggota tim berjumlah 26 orang. Tim ini berfungsi sebagai koordinator pengasuhan atau sebagai pengawas kegiatan pengasuhan.

b. Pembenahan di Bidang Keamanan Pesantren

Untuk meningkatkan keamanan dan pelayanan, serta tegaknya disiplin pesantren, maka diadakan perubahan diantaranya satpam, sejak tanggal 12 februari 2007 satpam ditiadakan, sebagai gantinya seluruh jajaran mulai dari asatidz, administrator, santri dan karyawan bahu membahu menjaga keamanan pesantren berdasarkan jadwal piket yang ditentukan oleh coordinator piket dengan nama Harisul Ma’had.

Selain menjaga keamanan, Harisul Ma’had juga bertugasuntuk mencatat keluar masuknya santri dan tamu pesantren. Hal ini adalah untuk meningkatkan kedisiplinan dalam bidang keamanan.

c. Pengawasan dan Pembinaan Kegiatan Santri

Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler santri tentunya membutuhkan pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif.8

8


(47)

5. Kegiatan Tahunan

a. Jambore Nasional di Gontor

Dalam rangka kesyukuran 80 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), gugus depan gerakan pramukan pesantren Darunnajah mengikuti Jambore Nasional Pondok Pesantren Alumni Gontor. Acara tersebut merupakan salah satu perhelatan besar dalam milad PMDG ke-80. Mengingat pesantren Darunnajah adalah pesantren alumni PMDG.

b. Darunnajah Art Tournament

Dalam acara ini khususnya santri putra menampilkan beberapa karya seni yang berhubungan dengan kesenian. Seperti hasil karya seni lukis berupa kaligrafi, khot, graffiti, karikatur, ASAL (asli atau palsu), penampilan drama, penampilan marawis, band, dancer dan lain-lain. Acara ini wajib dihadiri oleh seluruh santriwan dari kelas 1 hingga kelas 6. Dan secara perhitungan acara ini di bebankan kepada biro pengasuhan santri selaku pembimbing OSDN.

c. Malam Penganugerahan MISS Darunnajah

Acara ini merupakan acara pemilihan kandidat yang dilakukan melalui seleksi kriteria pemilihan diantaranya adalah adab serta ketepatan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri. d. Do’a Bersama di Tahun Baru Muharram

Seluruh santriwan-santriwati memperingatinya dengan membaca do’a akhir tahun sesaat setelah selesai sholat ashar berjamah


(48)

di masjid jami Darunnajah dan membaca Do’a awal tahun setelah jamaah sholat maghribnya.

e. Pekan Khutbatul ‘Arsy

Acara ini dapat diartikan sebagai Khutbah atau ceramah dari pimpinan tertinggi pondok pesantren Darunnajah Drs. KH. Mahrus Amin, yang berisikan tentang prinsip dasar kepesantrenan yang meliputi penjelasan tentang Panca Jiwa, Panca BIna, Panca Darma, Panca Jangka kepesantrenan, dan Historikal Darunnajah yang dilaksanakan tiap tahun oleh seluruh santri. Dengan harapan semoga para santri mampu mendalami ilmu kepesantrenan dengan benar sehingga akan menimbulkan api unggun dan Cuma malam hari diadakannya.

f. Pembukaan dan Penutupan Perkhutsy dan Lp3 g. Maulid Nabi di Pesantren

Perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya pengenalan akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam. Santri-santri Darunnajah memperingati Maulid Nabi tiap tahun.rasa kesungguhan untuk belajar dan mengamalkannya kelal di dalam masyarakat.

h. Pembukaan dan Penutupan Perkemahan Khutbatul ‘Arsy i. Api Unggun Perkhutsy dan Lp3

Acara ini sama halnya dengan acara Pekan Khutbatul ‘Arsy. Cuma bedanya hanya di


(49)

j. Festival Nasyid Tausiah dan Qiro’ah (NTQ)

Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan bakat seni yang religi dan mendidik santri agar beriman, berseni, dan berprestasi.

k. Perkajum Santri Darunnajah

Perkajum adalah kegiatan perkemahan yang dilakukan selama tiga hari dua malam, yang diselenggarakan oleh setiap gugus depan (GUDEP) pondok pesantren Darunnajah. Bertujuan sebagai sarana peningkatan kemampuan masing-masing santri dan sarana untuk mempraktekkan ilmu-ilmu tentang kpramukaan yang telah mereka peroleh.

l. Festival Marawis Darunnajah (FMD)

Festival Marawis Darunnajah (FMD) merupakan ajang kreasi untuk santri-santri berbakat, khususnya dibidang musik bernuansa islami.

m. Rapat BPS dan Forum Sharring

Acara ini merupakan acara yang menampung tanggapan-tanggapan dan saran-saran dari masing-masing pimpinan atau ketua-ketua pondok pesantren (khususnya cabang Darunnajah) beserta struktur-strukturnya untuk mendapat inspirasi baru demi kemajuan Pondok Pesantren Darunnajah beserta cabang-cabangnya.9

9


(50)

6. Sarana dan Prasarana

Pada dasarnya sarana dan prasarana Biro Pengasuhan Santri (BPS) adalah sarana dan prasarananya Pondok Pesantren Darunnajah juga, karena letak Biro Pengasuhan Santri itu sendiri berada didalam Pondok Pesantren Darunnajah. Oleh karena itu, apapun kegiatan santri disitulah selalu ada Biro Pengasuhan Santri beserta staff pembimbing lainnya.

Sarana dan prasanara yang dimaksud antara lain: Masjid, Gedung Permanen, Ruang Kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Balai Pengobatan, Sarana Olahraga;berupa: Lapangan Basket, Volly, Renang Indoor, Bulu Tangkis, Futsal dll, Koperasi Sekolah; Alfa Mart dan Smesco Mart, Kantin, Asrama, Laundry , Kolam Renang Indoor (Putra dan Putri dibagi waktu), dan Warnet.10

10


(51)

A. Deskripsi Informan 1. Klien

Klien yang dimaksud adalah santri laki-laki yang memiliki masalah. Dari santri yang diwawancarai, rata-rata semuanya pernah memiliki masalah. Diantara permasalahan tersebut klien yang memiliki masalah merokok ada 2 orang, 1 orang masalah pribadi, dan yang lainnya seperti masalah organisasi, permasalahan terlalu keras menghukum anak baru (junior), kabur dari pondok, masalah keuangan dan masalah keluarga. Dari permasalahan-permasalahan yang pernah diahadapi klien terdapat permasalahan yang paling berat seperti memberi hukuman kepada santri baru lalu santri yang dihukum melaporkannya ke polisi, sering dimintai uang oleh kakak kelas, masalah cinta, ketahuan merokok, dan masalah keluarga.

Cara mereka menyikapinya pun berbeda-beda ada yang terpaksa harus mengikuti aturan-aturan Pondok, curhat dengan teman-temannya, curhat dengan ustad, dan ada pula yang dibawa santai saja atas permasalahannya sendiri. Semua santri semuanya pernah mendengar tentang lembaga Biro Pengasuhan Santri, namun hanya Imam Khairul Annas dan Ahmad Nurul Hadi saja yang pernah mencoba mencari solusi di lembaga ini dan yang lainnya belum pernah.


(52)

Menurut wawancara yang penulis ajukan kepada santri, rata-rata jawaban mereka tentang pertanyaan dimana saja Biro Pengasuhan Santri melakukan bimbingan yaitu di masjid, sekitar asrama, kelas sekitar rayon, sekitar kamar-kamar santri, lingkungan sehari-harinya, dan bahkan ada yang menjawab di seluruh lingkungan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah ini sendiri.

Ada 3 santri yang menginginkan bimbingan dilakukan setiap saat, namun yang lainnya tidak, mereka lebih menginginkan bimbingan dilakukan pada waktu-waktu diluar sekolah, acara-acara penting, ketika ada tamu, dan ada yang menginginkan bimbingan dilakukan pada waktu-waktu sekolah. Ada 4 pembimbing yang biasa aktif disini, Pembimbing yang dimaksud yaitu Ustad Agus Sugianto dan Ustad Wahyu Fajri begitulah rata-rata klien menjawabnya, dan selebihnya ada yang menambahkan Ustad Yusro Lismar dan Ustad Gusnadi yang keduanya juga berperan sebagai pembimbing.

Adapun dari ke 5 klien tersebut, masing-masing mempunyai harapan terhadap kemajuan Biro Pengasuhan Santri (BPS) yang ada di pondok tempat mereka tinggal, ini pun ter kait pro dan kontra. Terlihat dari masing-masing harapan yang mereka paparkan pada saat wawancara cuma 1 santri yang pro dan tidak berharap banyak yaitu Imam Khairul Annasyang cuma menginginkan BPS dapat memberikan solusi yang lebih baik terhadap seluruh permasalahan santri-santrinya.


(53)

Sedangkan yang lainnya lebih mengarah ke arah kontra, yang di antaranya seperti Ahmad Izudin yang mengharapkan BPS agar bisa lebih mengerti santri dan jangan terlalu egois dengan kemauannya, Faisal Rahman yang berharap agar BPS jangan terlalu ketat dan hukuman yang diberikan harus setimpal, Andre Irawan yang berharap agar BPS mengerti santri dan jangan seenaknya cuma mau dituruti oleh santrinya saja, BPS juga harus bisa mendengarkan keluhan dan harapan santri-santrinya, dan yang terakhir Ahmad Nurul Hadi yang mempunyai harapan agar BPS mengerti keinginan santri dan tidak membuat santri menjadi tidak betah. 2. Pembimbing

Pembimbing yang dimaksud adalah ketua dan wakil Biro Pengasuhan Santri, yang bisa dibilang mereka inilah yang paling berperan aktif pada bidang ini. Keduanya memiliki pengertian yang berbeda-beda seperti ketua misalnya, BPS ini adalah sebuah lembaga yang ditunjuk atas sebuah institusi oleh Pondok Pesantren yang tugasnya membantu Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah untuk membina santri-santri khususnya pada kegiatan ekstra kulikuler dan kehidupan mereka sehari-hari selama 24 jam.

Sedangkan menurut wakilnya BPS itu adalah Biro Pengasuhan Santri, yang bergerak untuk mengatur kegiatan-kegiatan santri mulai dari dia bangun pagi hingga dia tidur kembali. Menurut sepengetahuan mereka pencetus dan siapa saja yang terlibat didalamnya ialah jika dilihat dari


(54)

sejarah ke Pesantrenan, maka sejak awal adanya Pesantren, disitu sudah ada pengasuhan.

Karena kalau kita lihat pesantren ini sebenarnya adalah ciri khas pendidikan asli Indonesia, yang diluar negeri itu tidak ada. Maka awal mula ada pesantren, disitulah ada pengasuhan. Namun, lembaga kepengasuhan ini ada kalau dahulukan kepengasuhan itu berpusat pada kiyainya setelah adanya Pondok Pesantren Gontor,. Maka Tri murti Pondok Pesantren gontor itulah yang melembagakan kepengasuhan itu yang tidak ditangani langsung oleh kiyainya, tapi kiyai itu mempunyai tangan kanan yang membantu mereka yaitu di staff kepengasuhan.1

Jadi kiyai sebagai penguasa tunggal, tapi didalam menjalankan roda kesehari-hariannya itu diwakilkan kepada staff. Begitulah ketua BPS, sedangkan menurut wakilnya Pencetus BPS ini memang sudah lama dari pak kiyai ketika mendirikan, ini berawal dari gontor, disitu ada namanya Biro Pengasuhan Santri karena kiyai kita memang berasal dari Pondok Pesantren Gontor dan menamakannya BPS. Pencetusnya sih sudah lama, dari gontor itu sudah ada namanya Biro Pengasuhan. Ya yang telibat didalamnya itu adalah semua guru-guru yang ada di dalam, jadi semua guru-guru yang mukim dan tinggal didalam pesantren maka dia terlibat didalam BPS2.

1

Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010

2


(55)

Biro pengasuhan santri juga mempunyai visi dan misi diantaranya menurut ketuanya Visinya itu menciptakan santri yang berkualitas baik dari sisi mental, spiritual, dan kreatif. Misinya adalah kita mendelegasikan sebagian besar yang mengurus anak itu kepada santri-santri. Wakilnya pun tidak berbeda jauh tanggapannya tentang visi dan misi yang ada di biro pengasuhan santri ini sendiri. Menurut wakilnya Visinya mencetak manusia yang Mutafaquh Fiddin untuk menjadikan kader pemimpin umat/bangsa. Misinya itu mencetak manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia3.

Peranan BPS (Biro Pengasuhan Santri) ini adalah membantu, melaksanakan segala apa-apa yang diinginkan oleh Pimpinan Pesantren, dalam hal mengasuh anak-anak dalam kehidupan selain yang ada di sekolahan. Dalam artian, BPS Mengatur kegiatan santri yang diluar sekolah, khususnya kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler, tetapi dia tetap mulai dari dia bangun pagi sampai dia tidur kembali.

Biro Pengasuhan Santri ini tidak akan berjalan tanpa ada bantuan bawahan-bawahannya,yaitu: bagian Sekertaris, Bendahara, bagian Keamanan, bagian Bahasa, dan bagian Olah Raga. Yang itu semuanya sampai bagian-bagian yang lainnya itu juga sudah ada di santri.

Biro Pengasuhan Santri ini berperan sebagai pembimbing, sedangkan pelaksananya itu diserahkan kepada (Organisasi Santri Darunnajah) OSDN, peranan mereka itu membantu BPS menjalankan

3

Buku Panduan Santri Baru Pondok Pesantren Darunnajah, Penerbit: Pondok Pesantren Darunnajah, Tahun Ajaran 2010-2011


(56)

kegiatan-kegiatan mulai dari bangun pagi hingga dia tidur kembali, pengasuhan hanya mendampingi, mengawasi, menegur, mengarahkan santri sejauh mana kegiatan mereka kalaupun ada hal-hal yang kurang maka biro pengasuhan Santri akan memanggil organisasi tersebut, sehingga dia bisa berjalan dengan baik dan ada pengawasan, begitulah cara BPS berperan di Pondok Pesantren Darunnajah ini.

Yang berperan dalam menjalankan lembaga ini ialah pimpinan lalu diteruskan kepada seluruh ustad yang ada di struktur Biro Pengasuhan Santri, kemudian dibagi-bagi lagi ke bagian keamanan, sekretaris, penanggung jawab sekertaris, penanggung jawab pramuka, bendaharanya, ketuanya, terus ada penanggung jawab di tiap-tiap bidang, dan itu semua ada strukturnya termasuk semua guru-guru yang mukim dan tinggal didalam pesantren. Kemudian hasil dari peranan BPS ini sebenarnya hasilnya tidak bisa dianalogikan, tetapi hasilnya itu adalah sepuluh hingga dua puluh tahun yang akan datang, bukan hanya ingatan memory, tapi lebih kepada internalisasi nilai, jadi pemahaman seseorang tentang pendidikan yang ada disini itu kadang-kadnag dia sudah menyatu, penyatuannya itu kadang-kadang disadari, dan kadang-kadang tidak disadari ini menurut ketua biro pengasuhan santri, namun berbeda dengan anggapan wakil biro pengasuhan santri yang menganalogikan hasilnya lebih kearah kedisiplinan santri seperti kegiatan sekolah mereka jadi jauh lebih baik, lebih disiplin, tepat waktu, dan ibadah juga tepat waktu, bahkan


(57)

ada beberapa kejuaraan-kejuaraan yang diraih oleh santri atas nama biro pengasuhan santri.4

B. Peran Biro Pengasuhan Santri di Pondok Pesantren Darunnajah

Biro Pengasuhan Santri ini adalah sebuah lembaga yang ditunjuk atas sebuah institusi oleh Pondok Pesantren yang tugasnya membantu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Pimpinan Pesantren, dalam hal mengasuh anak-anak dalam kehidupan selain yang ada di sekolahan juga membina santri-santri khususnya pada kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler dan kehidupan mereka sehari-hari selama 24 jam,5 dan bergerak untuk mengatur kegiatan-kegiatan santri mulai dari dia bangun pagi hingga dia tidur kembali6. Peranan BPS (Biro Pengasuhan Santri) ini adalah membantu, melaksanakan segala apa-apa yang diinginkan oleh Pimpinan Pesantren, dalam hal mengasuh anak-anak dalam kehidupan selain yang ada di sekolahan.

Biro Pengasuhan Santri ini tidak akan berjalan tanpa ada bantuan bawahan seperti bagian sekertaris, bendahara, bagian keamanan, bagian bahasa, bagian olah raga. Yang itu semuanya sampai bagian-bagian yang lainnya itu juga sudah ada di santri (Organisasi Santri Darunnajah (OSDN)).

Biro Pengasuhan Santri ini berperan sebagai pembimbing, sedangkan pelaksananya itu diserahkan kepada Organisasi Santri Darunnajah (OSDN), peranan mereka itu membantu BPS menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari

4

Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 5

Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 6

Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010


(58)

bangun pagi hingga dia tidur kembali, pengasuhan hanya mendampingi mengawasi sejauh mana kegiatan mereka kalaupun ada hal-hal yang kurang maka biro pengasuhan Santri akan memanggil organisasi tersebut, sehingga dia bisa berjalan dengan baik dan ada pengawasan7.

Setelah meneliti berbagai macam peran pembimbing dan pendekatan yang digunakan di Pondok Pesantren Darunnajah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa peran seorang pembimbing dalam mewujudkan kemandirian dan kedisiplinan terhadap santri diantaranya:

1. Sebagai Pengganti Orang Tua Asuh

Dalam peran ini adalah tugas yang bisa dibilang paling mulia disisi Allah SWT. Sebab, jika dikaji ulang tentang peranan orang tua di rumah benar-benar sangat berat selain memberikan tanggung jawab secara lahir, orang tua juga harus bertanggung jawab dalam memberikan nafkah batin terhadap anaknya dalam bentuk kasih sayang, begitulah peran seorang pembimbing di Pondok Pesantren ini8. Sangat berat dan beragam namun dibalik semuanya itu memang sangat mulia disisi Allah SWT.

Berdasarkan hasil dialog tanya jawab terhadap pihak pesantren dalam hal ini memang seorang pembimbing harus memiliki sosok keibuan bagi wanita dan sosok kebapaan bagi prianya. Dan tidak terlepas juga dari rasa kasih sayang dan santun yang mereka miliki, sebagaimana orang tua kadung terhadap anaknya dan harus memiliki jiwa “Akhlaqul Karimah”

7

Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010

8

Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010


(59)

yang berarti bahwa pembimbing juga harus memiliki akhlak yang mulia, sebagaimana tugas awal Nabi Muhammad SAW yang diutus ke dunia ini semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Jika itu semua dimiliki oleh seorang pembimbing, maka insya’Allah seorang santri dapat mewarisi akhlak yang mulia jua dan menjadi seorang anak yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain dan yang diharapkan oleh orang tuanya ketika keluar nanti.9

Pembimbing selalu siap ditempat kapanpun disaat santri membutuhkannya, sewaktu-waktu santri sedang ada masalah santri bisa langsung menceritakannya kepada salah satu pembimbing yang mereka temui dan jawaban atas keluhan yang santri keluhkan akan dijawab langsung dan diarahkan oleh pembimbing yang mereka temui, Setiap guru-guru yang mukim dan tinggal didalam Pesantren maka secara tidak langsung mereka terlibat di dalam pengasuhan ini10.

2. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini mungkin menjadi tugas yang lebih sempit dibanding dengan peran pembimbing yang pertama, yaitu pengganti orang tua asuh yang tugasnya lebih luas, berdasarkan wawancara peneliti dengan pembimbing, beliau memaparkan bahwa tugas seorang pendidik tidak sama dengan seorang pengajar, sebab seorang pendidik selain bertugas mengajar pembimbing juga memantau dan mengayomi santri terhadap

9

Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010

10

Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010


(60)

seluruh kegiatannya di Pesantren guna menjadikan manusia yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya11.

Pendidik juga memiliki peran dalam keberhasilan dan kemampuan seorang anak yang tinggal di dalam Pondok Pesantren. Dan peranannya yang paling utama adalah mengajari santri agar berakhlak dan berkepribadian yang kaafah (sempurna), mandiri, dan kreatif dan inovatif12.

Cara yang mereka gunakan adalah mengawasi, menegur, dan mengarahkan santri dengan cara keliling Pondok13. Biro Pengasuhan santri ini tidak akan berjalan tanpa ada nya bantuan bawahan yang terdiri dari bagian sekertaris, bendahara, bagian keamanan, bagian bahasa bagian olah raga sampai bagian-bagian yang lainnya dan itu juga sudah ada di santri.

Biro Pengasuhan Santri berperan sebagai pembimbing, sedangkan pelaksananya itu juga diserahkan kepada OSDN (Organisasi Santri Darunnajah), peranan mereka itu membantu BPS menjalankan kegiatan-kegiatan mulai dari bangun pagi hingga dia tidur kembali, pengasuhan hanya mendampingi dan mengawasi sejauh mana kegiatan mereka kalaupun ada hal-hal yang kurang maka biro pengasuhan Santri akan

11

Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010

12

Wawancara langsung dengan Wakil Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 24 September 2010

13

Wawancara langsung dengan Ketua Biro Pengasuhan Santri, Tanggal 16 September 2010


(1)

4. Bapak Drs. Sugiharto, MA Selaku Sekertaris jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam yang juga sangat membantu penulis dalam literatur nilai.

5. Ibu Nurul Hidayati S.Ag, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sangat penulis hormati akan kesabarannya selama ini, yang juga memotivasi dan mendorong penulis untuk tidak menyerah ditengah jalan. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu kelak.

6. Drs. KH. Mahrus Amien, selaku Pendiri Pondok Pesantren Darunnajah

7. Drs. KH. Sofyan Manaf, M.Si selaku Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah sekaligus penandatangan surat perizinan penelitian dan wawancara lembaga

8. Ustad. Agus Sugianto selaku kepala Biro Pengasuhan Santri

9. Ustad. Wahyu fajri selaku wakil dari kepala Biro Pengasuhan Santri

10. Seluruh staf dan karyawan Pondok Pesantren Darunnajah yang dahulu juga pernah mendidik penulis sewaktu memondok, dan yang membantu dan memberi semangat penulis guna menyelesaikan tugas akhir, semoga sehat selalu.

11. Bapak dan ibu dosen khususnya yang mengajar pada jurusan BPI yang telah rela memberikan ilmu mereka kepada penulis selama mengikuti kuliah, Semoga jasa-jasa bapak dan ibu dapat diterima dengan baik oleh semua yang di didiknya

12. Khusus kepada Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Djamhari Akhfasy dan Ibunda Hj. Siti Rosyadah. Akan pengorbanan yang tidak ada hentinya, kesabaran yang melebihi segalanya, kekompakkan yang menggambarkan jati diri orang tua yang baik, dan do’a yang tidak pernah berhenti bahkan sampai detik ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah ayah dan ibu berikan, sehat wal afiat, dan diringankan dari segala beban hidupnya. Amiin,.

13. Kepada kakakku yang paling cantik Rahmawati, adik-adikku Muhammad Faisal, Fadjriyah Masitoh, Ahmad Faidzin Soleh, Farouk Abdul Aziz. Yang turut andil


(2)

memberi semangat setiap harinya, yang selalu mendoakan penulis. Semoga Allah memberi kesehatan kepada mereka. Amiin,.

14. Kepada teman-teman dan sahabat-sahabatku khususnya Alumni Pondok Pesantren Darunnajah angkatan 28 khususnya kepada Fahlevy Hasyim, M Iqbal Perdana, M Irfan yang memberi semangat dan mengingatkan kepada penulis dan sebagai sahabat sejati, semoga persahabatan kita abadi,.

15. Kepada seluruh sanak saudara, bang sam, kak yuni, aman, dan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang juga turut serta memotivasi penulis ketika sedang mengalami kesulitan.

16. Teman-teman BPI seangkatan 2005, juvendra, Jamal, Bima, Wahyu, Ade, Dino, Agus, Bari, Ruyatna, Jefry, Mufi, Sukron, Harid, Qory, Mulya, Galuh, Anti, Dwika, Maryanah, Via, Maya, Reninta, Laily, Eneng, dll. Yang telah banyak mengajarkan hal-hal bermakna.

17. Serta terimakasih untuk semua orang yang telah kenal dan mengenali penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas kesempatan dan kenangan yang diberikan, wish You All the best_

Mudah-mudaha Allah SWT membalas segala budi baik dan bantuan semua pihak yang telah diberikan kepada penulis. Kritik dan saran sangat penulis butuhkan guna memperbaiki skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Jakarta, 8 Desember 2010

Penulis vi


(3)

ABSTRAK

Rahmat Hidayat

Peran Biro Pengasuhan Santri Terhadap Permasalahan Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan

Seorang pembimbing di Pondok Pesantren dituntut harus mampu melakukan peranan yang berbeda-beda dari berbagai jenis permasalahan yang ditimbulkan. Dari jenis-jenis permasalahan tertentu kadang-kadang pembimbing harus berperan sebagai seorang teman, kadang-kadang berperan sebagai pendengar yang baik, dan bahkan menjadi pengganti orang tua sementara sebagai objek untuk meluangkan isi hati guna mendidik dan memotivasi permasalahan yang sedang mereka alami.

Bimbingan yang dilakukan Biro Pengasuhan Santri terhadap Permasalahan santri yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah ini merupakan satu cara untuk mengembalikan semangat santri yang hilang akibat berbagai macam permasalahan yang sedang dialami oleh santri-santrinya. Masalah yang sering dialami biasanya seperti: masalah ketahuan merokok, keuangan, masalah kekerasan, organisasi, dan bahkan masalah pribadi yang sering membuat santri menjadi tidak bisa leluasa dalam menjalani kegiatan-ketiatannya sehari-hari. Biro Pengasuhan santri merupakan salah satu lembaga yang membantu Pimpinan Pondok Pesantren dalam hal mengasuh, mendidik, dan mengawasi santri-santri mulai dari bangun pagi hingga mereka tidur kembali.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan perubahan kepada setiap orang dan santri khususnya agar lebih berhati-hati dalam menyelesaikan segala permasalahan-permasalahan yang ada dalam keluarga ataupun yang ada pada lingkungan sehari-harinya, karena setiap orang pasti mempunyai masalah tergantung bagaimana cara mereka untuk menyikapinya.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Dalam penulisan ini penulis bermaksud mengungkap fakta-fakta yang tampak di lapangan dan dianalisa serta disajikan dalam suatu pandangan yang utuh tentang peran Biro Pengasuhan Santri terhadap permasalahan santri di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan ketua dan wakil ketua dari Biro Pengasuhan Santri dan santri yang memiliki masalah tentunya.


(4)

Dari penelitian ini penulis dapat menyimpulkan, bahwa peran Biro Pengasuhan Santri yang dilakukan di Pondok Pesantren Darunnajah terhadap permasalahan santrinya antara lain sebagai berikut: dapat teratasinya masalah-masalah yang ringan maupun berat, dapat memberikan energi yang positif kepada santri, menambah kadar keimanan santri, memberi peluang untuk santri dalam berkreasi sehingga santri-santri pun bisa lebih betah tinggal, dan sekalipun lulus mereka tidak akan lupa orang-orang yang telah mengasuh dan membina mereka, minimal mereka masih mengingat akan pesan-pesan yang telah diberikan ketika mereka masih memondok.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian... 9

E. Tinjauan Pustaka... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Pembimbing 1. Pengertian Peran ... 16

2. Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan ... 17

3. Fungsi Bimbingan dan Penyuluhan ... 20

4. Tujuan Bimbingan dan Penyuluhan... 21

B. Pesantren Dan Permasalahan Santri... 22

1. Pengertian Pesantren ... 22

2. Elemen Pesantren... 24

3. Bentuk-bentuk Pesantren ... 27

4. Permasalahan Santri... 30

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH ULUJAMI DAN BIRO PENGASUHAN SANTRI A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah ... 32


(6)

1. Struktur ... 32

2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah ... 33

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darunnajah ... 37

4. Organisasi Kelembagaan ... 38

5. Program Pesantren ... 39

6. Prestasi ... 40

7. Sarana dan Prasarana ... 41

8. Ekstra Kurikuler... 41

B. Gambaran Biro Pengasuhan Santri ... 42

1. Sejarah Berdirinya Biro Pengasuhan Santri... 42

2. Kewajiban dan Tanggung Jawab ... 43

3. Program Kerja... 44

4. Revolusi Kepengasuhan... 46

5. Kegiatan Tahunan ... 48

6. Sarana dan Prasarana ... 51

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Informan ... 52

1. Klien... 52

2. Pembimbing ... 54

B. Peranan Biro Pengasuhan Santri... 58

C. Harapan Santri Tentang Peranan Yang Seharusnya Dilakukan Dalam Mengatasi Permasalahan Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah ... 63

D. Kesesuaian Antara Peranan Lembaga Dengan Harapan Santri Di Pondok Pesantren Darunnajah ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN