Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya senyawa flavonoid, glikosida, tanin dan steroid. Senyawa antioksidan alami dari tumbuhan,
diantaranya adalah senyawa polifenol yang dapat berupa golongan flavonoid. Senyawa tersebut bertindak sebagai penangkap radikal bebas karena gugus
hidroksil yang dikandungnya mendonorkan hidrogen kepada radikal bebas. Hasil di atas menunjukkan bahwa simplisia buah kesemek memiliki potensi sebagai
antioksidan Kumalaningsih, 2006; Silalahi, 2006.
4.4. Hasil Analisi Antioksidan
Hasil analisis aktivitas antioksidan sampel uji dengan metode β-karoten-
asam linoleat. Pengukuran aktivitas antioksidan terhadap sampel uji dilakukan secara
spektrofotometri pada panjang geombang 470 nm. Pengujian aktivitas antioksidan dengan
metode β-karoten-asam linoleat didasarkan atas hilangnya warna β-
karoten oleh adanya radikal bebas yaitu hidroperoksid yang berasal dari asam linoleat. Untuk melihat kemampuan aktivitas antioksidan dari sari buah kesemek
segar SBKS, ekstrak etanol buah kesemek EEBK, butil hidroksianisol BHA, butil hidroksitoluena BHT dan kuersetin dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel
4.4.
Tabel 4.3 Persentase Aktivitas Antioksidan Sari Buah Kesemek Segar SBKS
dari Berbagai Konsentrasi dengan metode β-karoten-asam linoleat.
Waktu menit
Aktivitas Antioksidan
SBKS 4000
ppm SBKS
5000 ppm
SBKS 6000
ppm BHA
100 ppm
BHT 100
ppm Kuersetin
100 ppm
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
15 32,70
36,94 36,96
55,56 44,44
44,44 30
43,33 46,66
55,00 78,33
56,67 63,33
45 31,13
40,00 46,66
79,44 67,22
53,33 60
26,58 34,40
42,77 66,03
61,27 50,95
75 25,96
33,20 40,98
66,03 61,27
50,95 90
24,85 33,06
38,78 58,93
50,00 41,07
105 24,42
28,12 28,81
54,17 45,83
37,50 120
23,62 28,12
28.81 54,17
45,83 37,50
Tabel 4.4
Persentase Aktivitas Antioksidan Ekstak Etanol Buah Kesemek EEBK dari Berbagai Konsentrasi dengan metode
β-karoten-asam linoleat.
Waktu menit
Aktivitas Antioksidan
EEBK 2000
ppm EEBK
2500 ppm
EEBK 3000
ppm BHA
100 ppm
BHT 100
ppm Kuersetin
100 ppm
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
15 30,56
30,60 38,90
55,56 44,44
44,44 30
50,83 53,33
57,50 78,33
56,67 63,33
45 49,16
53,33 54,73
79,44 67,22
53,33 60
37,93 42,20
43,46 66,03
61,27 50,95
75 27,40
40,50 41,10
66,03 61,27
50,95 90
26,20 30,36
39,30 58,93
50,00 41,07
105 23,20
26,90 31,06
54,17 45,83
37,50 120
23,20 26,90
31,06 54,17
45,83 37,50
Dari data persentase aktivitas antioksidan pada Tabel 4.3 terlihat bahwa persentase aktivitas antioksidan SBKS 6000 ppmSBKS 5000 ppmSBKS 4000
ppm. Pada Tabel 4.4 terlihat bahwa persentase aktivitas antioksidan EEBK 3000 ppmEEBK 2500 ppmEEBK 2000 ppm. Persentase aktivitas antioksidan
pembanding butilhidroksianisol BHA, butilhidroksitoluena BHT dan kuersetin masing-masing konsentrasi 100 ppm lebih besar jika dibandingkan dengan
aktivitas antioksidan SBKS dan EEBK. β-karoten akan kehilangan sifatnya sebagai antioksidan karena terjadi
proses oksidasi yang menyebabkan ikatan rangkap pada β-karoten berikatan dengan atom hidrogen dari salah satu gugus metilen dialil pada asam linoleat
sehingga β-karoten akan kehilangan gugus kromofor yang memberikan warna jingga.
Hubungan antara aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar dan butilhidroksianisol BHA dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada
Gambar 4.1
Gambar 4.1 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar vs
butilhidroksianisol BHA
Pada Gambar 4.1 terlihat bahwa aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar dari ke tiga konsentrasi bervariasi 4000 ppm, 5000 ppm, 6000 ppm dan
BHA 100 ppm. Kekuatan aktivitas antioksidan BHA 100ppmSBKS 6000ppmSBKS 5000ppmSBKS 4000ppm.
20 40
60 80
100
15 30
45 60
75 90
105 120 A
k tiv
ita s A
n tio
k sid
a n
Met o
d e
β- k
ar ot
e n
-as am
lin o
le a
t
Waktu menit
BHA 100 SBKS 4000
SBKS 5000 SBKS 6000
Hubungan antara aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar dan butilhidroksitoluena BHT dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada
Gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar vs
butilhidroksitoluena BHT
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar dari ke tiga konsentrasi bervariasi 4000 ppm, 5000 ppm, 6000 ppm dan
BHT 100 ppm. Kekuatan aktivitas antioksidan BHT 100ppmSBKS 6000ppmSBKS 5000ppmSBKS 4000ppm.
Hubungan antara aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar dan kuersertin dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.3
Grafik hasil uji aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar vs kuersetin.
20 40
60 80
15 30 45 60 75 90 105 120 A
k tiv
ita s
A nt
io k
si da
n
Met o
d e
β- k
ar ot
e n
-as am
lin o
le a
t
Waktu menit
BHT 100 SBKS 4000
SBKS 5000 SBKS 6000
10 20
30 40
50 60
70
15 30
45 60
75 90
105 120
A k
tiv ita
s
A nt
io k
si da
n
Met o
d e B
lea ch
in g
β -
k ar
ot e
n -as
am l
in ol
e at
Waktu menit
Kuersetin 100 SBKS 4000
SBKS 5000 SBKS 6000
Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa aktivitas antioksidan sari buah kesemek segar dari ke tiga konsentrasi bervariasi 4000 ppm, 5000 ppm, 6000 ppm dan
kuersetin 100 ppm. Kekuatan aktivitas antioksidan kuersetin 100ppmSBKS 6000ppmSBKS 5000ppmSBKS 4000ppm.
Hubungan antara aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek dan butilhidroksianisol BHA dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada
Gambar 4.4
Gambar 4.4
Grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek vs BHA.
Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek dari ke tiga konsentrasi bervariasi 2000 ppm, 2500 ppm, 3000 ppm dan
BHA 100 ppm. Kekuatan aktivitas antioksidan BHA 100ppmEEBK 3000ppmEEBK 2500ppmEEBK 2000ppm.
Hubungan antara aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek dan butilhidroksitoluena BHT dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada
Gambar 4.5
20 40
60 80
100
15 30
45 60
75 90 105 120
A kt
iv it
a s
A nt
io ks
ida n
M et
o d
e β-
k a
ro ten
-as am
lino le
a t
Waktu menit
EEBK 2000 EEBK 2500
EEBK 3000 BHA 100
Gambar 4.5 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek vs
BHT.
Pada Gambar 4.5 terlihat bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek dari ke tiga konsentrasi bervariasi 2000 ppm, 2500 ppm, 3000 ppm dan
BHT 100 ppm. Kekuatan aktivitas antioksidan BHT 100ppmEEBK 3000ppmEEBK 2500ppmEEBK 2000ppm.
Hubungan antara aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek dan kuersetin dengan konsentrasi yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek vs
kuersetin.
Pada Gambar 4.6 terlihat bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah kesemek dari ke tiga konsentrasi bervariasi 2000 ppm, 2500 ppm, 3000 ppm dan
10 20
30 40
50 60
70 80
15 30
45 60
75 90
105 120 A
kt iv
it a
s A
nt io
ks ida
n
M et
o d
e β-
k a
ro ten
-as am
lino le
a t
Waktu menit
EEBK 2000 EEBK 2500
EEBK 3000 BHT 100
10 20
30 40
50 60
70
15 30
45 60
75 90
105 120
A kt
iv it
a s A
nt io
ks ida
n
M et
o d
e B
lea ch
in g
β -k
a ro
ten -
as am
l in
ol e
at
Waktu menit
EEBK 2000 EEBK 2500
EEBK 3000 Kuersetin 100
kuersetin 100 ppm. Kekuatan aktivitas antioksidan kuersetin 100ppmEEBK 3000ppmEEBK 2500ppmEEBK 2000ppm.
Hasil di atas menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan baik sari buah kesemek segar maupun ekstrak etanol buah kesemek lebih rendah dibandingkan
dengan aktivitas antioksidan BHA, BHT dan kuersetin. Hal ini dikarenakan sari buah kesemek segar dan ekstrak etanol buah kesemek bukan senyawa murni,
tetapi masih mengandung senyawa-senyawa lain yang kemungkinan tidak memiliki aktivitas antioksidan.
Data hasil sari buah kesemek segar dengan BHA, BHT dan kuersetin dianalisis secara statistik menggunakan metode ANAVA Analisa Variansi
dengan program SPSS Statistical Package for the Social Scienses dengan taraf kepercayaan 95 Tabel 4.5, 4.6, 4.7, 4.8, 4.9 dan 4.10.
Tabel 4.5 Hasil analisis SBKS dan BHA secara Anova
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara SBKS 4000ppm, 5000ppm, 6000ppm, BHA 100 ppm dimana berdasarkan
tukey’s test diperoleh nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan yang
sama dapat dilihat analisis secara Tukey pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Hasil analisis SBKS dan BHA secara Tukey
Berdasarkan hasil analisis Tukey diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara SBKS 4000 ppm
dengan SBKS 5000 ppm, SBKS 5000 ppm dengan SBKS 6000 ppm, tetapi ada perbedaan yang signifikan
antara SBKS 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm dengan BHA 100 ppm, dimana nilai signifikan dari 0,05.
Tabel 4.7 Hasil analisis SBKS dan BHT secara Anova
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara SBKS 4000ppm, 5000ppm, 6000ppm, BHT 100 ppm dimana berdasarkan
tukey’s test diperoleh nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan yang
sama dapat dilihat analisis secara Tukey pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8 Hasil analisis SBKS dan BHT secara Tukey
Berdasarkan hasil analisis Tukey diatas menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara SBKS 4000 ppm
dengan SBKS 5000 ppm, SBKS 5000 ppm dengan SBKS 6000 ppm, tetapi ada perbedaan yang signifikan
antara SBKS 4000 ppm, 5000 ppm dan 6000 ppm dengan BHT 100 ppm, dimana nilai signifikan dari 0,05.
Tabel 4.9 Hasil analisis SBKS dan kuersetin secara Anova
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara SBKS 4000ppm, 5000ppm, 6000ppm dan kuersetin 100 ppm dimana
berdasarkan tukey’s test diperoleh nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan
yang sama dapat dilihat analisis secara Tukey pada Tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Hasil analisis SBKS dan kuersetin secara Tukey
Berdasarkan hasil analisis Tukey tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara SBKS pada konsentrasi 4000 ppm
dengan SBKS 5000 ppm, SBKS 5000 ppm dengan SBKS 6000 ppm dan SBKS 6000 ppm
dengan kuersetin 100 ppm tetapi ada perbedaan yang signifikan antara SBKS 4000 ppm, SBKS 5000 dengan kuersetin 100 ppm.
Data hasil ekstrak etanol buah kesemek dengan BHA, BHT dan kuersetin dianalisis secara statistik menggunakan metode ANAVA Analisa Variansi
dengan program SPSS Statistical Package for the Social Scienses dengan taraf kepercayaan 95 Tabel 4.11, 4.12, 4.13, 4.14, 4.15 dan 4.16.
Tabel 4.11 Hasil analisis EEBK dan BHA secara Anova
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara EEBK 2000ppm, 2500ppm, 3000ppm, BHA 100 ppm dimana berdasarkan
tukey’s test diperoleh nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan yang
sama dapat dilihat analisis secara Tukey pada Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Hasil analisis EEBK dan BHA secara Tukey
Berdasarkan hasil analisis Tukey tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara EEBK pada konsentrasi 2000 ppm
,
EEBK 2500 ppm dan EEBK 3000 ppm tetapi ada perbedaan yang signifikan antara EEBK
2000 ppm, EEBK 2500 ppm, EEBK 3000 ppm dengan BHA 100 ppm.
Tabel 4.13 Hasil analisis EEBK dan BHT secara Anova
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara EEBK 2000ppm, 2500ppm, 3000ppm, dan BHT 100 ppm dimana
berdasarkan tukey’s test diperoleh nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan
yang sama dapat dilihat analisis secara Tukey pada Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Hasil analisis EEBK dan BHT secara Tukey
Berdasarkan hasil analisis Tukey tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara EEBK pada konsentrasi 2000 ppm
,
EEBK 2500 ppm dan EEBK 3000 ppm tetapi ada perbedaan yang signifikan antara EEBK
2000 ppm, EEBK 2500 ppm, EEBK 3000 ppm dengan BHT 100 ppm.
Tabel 4.15 Hasil analisis EEBK dan kuersetin secara Anova
Dari data diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara EEBK 2000ppm, 2500ppm, 3000ppm, dan kuersetin dimana berdasarkan
tukey’s test diperoleh nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05. Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai persen aktivitas antioksidan yang
sama dapat dilihat analisis secara Tukey pada Tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Hasil analisis EEBK dan kuersetin secara Tukey
Berdasarkan hasil analisis Tukey tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara EEBK pada konsentrasi 2000 ppm
dengan EEBK 2500 ppm dan EEBK 3000 ppm. EEBK 3000 ppm dengan kuersetin 100
ppm. Tetapi ada perbedaan yang signifikan antara EEBK 2500 ppm dan EEBK 2500 ppm dengan kuersetin 100 ppm.
4.4.2 Hasil analisis aktivitas antioksidan sampel uji dengan metode DPPH
Pengukuran aktivitas antioksidan terhadap sampel uji dilakukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 516 nm. Larutan DPPH dalam metanol
menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm, termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak 400-750 nm Rohman, 2007.
Data hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Kurva serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol
secara spektrofotometri visibel Hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi
yaitu adanya penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sampel uji. Untuk melihat penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sari buah kesemek
segar dapat dilihat pada Tabel 4.17, penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan ekstrak etanol buah kesemek dapat dilihat pada Tabel 4.18, dan
penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C dapat dilihat pada
Tabel 4.19.
Tabel 4.17 Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan SBKS
Laru- tan uji
Konsentrasi ppm
Absorbansi Peredaman
I II
III I
II III
Rata- rata
SBKS 1,106
1,128 1,124 0,00
0,00 0,00
0,00
4000 0,586
0,579 0,581 47,01 48,67 48,31
47,99
5000 0,551
0,539 0,542 50,18 52,22 51,78
51,39
6000 0,512
0,513 0,512 53,71 54,52 54,45
54,23 Tabel 4.18
Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan EEBK
Laru- tan uji
Konsentrasi ppm
Absorbansi Peredaman
I II
III I
II III
Rata- rata
EEBK 1,111 1,123 1,121
0,00 0,00
0,00
0,00
2000 0,630 0,619 0,620 43,29 44,88 44,69
44,29
2500 0,537 0,535 0,534 51,66 52,36 52,36
52,13
3000 0,455 0,458 0,463 59,04 59,22 58,70
58,65 Tabel 4.19
Penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan vitamin C
Laru- tan uji
Konsentras i
ppm Absorbansi
Peredaman I
II III
I II
III Rata-
rata Vita-
min C 1,114 1,115 1,116
0,00 0,00
0,00
0,00
4 0,550 0,547 0,548 50,63 50,94 50,90
50,82
5 0,385 0,384 0,391 65,44 65,56 64,96
65,32
6 0,303 0,305 0,306 72,80 72,64 67,74
71,06
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa adanya penurunan absorbansi DPPH dengan penambahan sari buah kesemek segar, ekstrak etanol
buah kesemek dan vitamin C dalam metanol sebagai larutan uji pada beberapa konsentrasi.Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan uji memerangkap
DPPH dan pemerangkapan terjadi karena adanya transfer elektron atom hidrogen antioksidan kepada DPPH. Jika semua elektron pada DPPH menjadi berpasangan,
maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang maksimumnya akan hilang Molyneux, 2004.
4.5 Analisis Nilai IC