Film sebagai Karya Seni dan Sastra
12
yang menganggap karya itu adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu; 3 pendekatan ekspresif yang menganggap karya sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan
pengalaman sastrawan penyair; dan 4 pendekatan objektif yang menganggap karya sebagai suatu yang otonom terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan
pengarang. Maka, yang penting adalah dalam kritik ini adalah karya seni itu sendiri, yang dianalisis khusus struktur intrinsiknya.
Sesuai dengan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini diterapkan pendekatan objektif yang menganggap karya sastra atau seni sebagai suatu yang
otonom. Pendekatan objektif disebut juga dengan pendekatan struktural. Pendekatan struktural menurut Luxemburg 1992:38 adalah sebuah karya seni atau peristiwa di
dalam masyarakat menjadi keseluruhan karena adanya relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dan keseluruhannya. Menurut pendapat
Goldmann 1971:593, analisis struktural dilakukan oleh peneliti berdasarkan ketentuan bagian mana yang menjadi unsur dominan dalam data empirik sebuah
karya seni. Abrams via Nurgiantoro, 2012: 36 menyatakan bahwa struktur dapat
diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Kebulatan
yang indah tersebut adalah makna itu sendiri. Teeuw via Pradopo, 2008: 141 mengatakan bahwa analisis struktural merupakan prioritas atau langkah pertama
13
untuk menangkap makna sebuah karya sebelum prioritas atau langkah yang lainnya. Schmitt dan Viala 1982: 21 mendeskripsikan struktur sebagai berikut:
Le mot structure désigne toute organisation d’éléments agencés entre eux. Les structures d’un texte sont nombreuses, de rang et de nature divers Schimtt et
Viala, 1982: 21.
Kata struktur menunjukkan penyusunan semua struktur yang berhubungan satu dengan yang lain. Susunan unsur-unsur dalam teks mempunyai jumlah
yang besar, berurutan dan beraneka ragam Schmitt dan Viala, 1982: 21.
Pembicaraan mengenai unsur tersebut adalah unsur pembangun karya seni atau unsur intrinsik yang membangun cerita. Unsur intrinsik yang berurutan dan
beraneka ragam meliputi: alur, penokohan, latar dan tema. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan film sebagai karya seni hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Nurgiyantoro, 2012: 23.
Penelitian karya sastra dengan memandangnya sebagai sebuah struktur, secara langsung atau tidak langsung berkiblat pada teori struktural yang dirintis oleh de
Saussure. Struktural sendiri dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesusastraan yang menekankan kajian pada hubungan antarunsur pembangun karya
sastra. Secara pokok berarti bahwa sebuah karya sastra atau peristiwa di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal-balik antara bagian-
bagiannya dan antara bagian dan keseluruhan. Hubungan itu tidak hanya bersifat positif, seperti kemiripan dan keselarasan, melainkan juga negatif, seperti misalnya
pertentangan dan konflik Luxemburg, 1992: 36-38.
14
Abrams via Nurgiyantoro, 2012: 37 menyamakan struktural dengan pendekatan objektif terhadap karya sastra atau seni yang dapat dipertentangkan
dengan pendekatan lainnya, seperti pendekatan mimetik, ekspresif dan pragmatik. Oleh karena itu, menganalisis karya secara struktural, dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsurnya sehingga secara bersama dapat menghasilkan sebuah kemenyeluruhan.