Motivasi berprestasi Lingkungan Non Sosial

yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Kristini 2010 seseorang atau individu yang tidak memiliki prestasi dalam dirinya akan muncul rasa malas untuk belajar dan dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Hal ini akan berdampak pada kemampuan individu dalam mengaplikasikan ilmu yang sudah diterimanya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, dalam arti individu tersebut tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik atau bisa terjadi kesalahan akan tindakan yang dilakukan. Motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri dan di luar seseorang itu sendiri. Motivasi sangat diperlukan sangat diperlukan, motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar seseorang.

2.1.6 Motivasi berprestasi

Motivasi berprestasi juga dapat ditingkatkan jika mahasiswa memiliki konsep diri positif dan motivasi berprestasi yang tinggi. Karenanya upaya untuk menumbuhkan konsep diri positif dan motivasi berprestai perlu dikembangkan di kehidupan perguruan tinggi. Upaya tersebut dapat berupa pemberian bimbingan dan konseling kepada mahasiswa secara berkala dan berkesinambungan. Kegiatan ini merupakan sentuhan psikologis untuk mahasiswa. Mahasiswa keperawatan yang terbiasa menerima sentuhan psikologis pada akhirnya mereka akan terbiasa juga memberikan sentuhan psikologis untuk pasiennya. Sentuhan psikologis Universitas Sumatera Utara terhadap pasien akan sangat berarti bagi kesembuhan pasien. Secara timbale balik juga akan memberikan kepuasan kepada perawat, karena dapat membantu pasien Suntari, 2008. Motivasi berprestasi termasuk jenis motivasi intrinsik. McClelland 1987 menyebutkan bahwa motivasi berprestasi adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Kemudian, Heckhausen 1967 mengemukakan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kecakapan pribadi dalam segala kegiatannya dengan menggunakan ukuran keunggulan sebagai perbandingan. Jadi, dalam motivasi berprestasi selalu ada kriteria tertentu yang dijadikan tolok ukur kerberhasilan. Dalam hal ini ada tiga kriteria, yaitu pertama, produk dinilai atas dasar kesempurnaan. Kedua, membandingkan prestasi sendiri yang pernah dicapai sebelumnya. Ketiga, membandingkan dengan prestasi orang lain dalam bidang sejenis. Menurut Ardhana 1990, motivasi berprestasi dapat dilihat dari adanya kecenderungan dan usaha yang bersifat untuk bekerja keras dalam penyelesaian suatu tugas, meskipun tidak ada pengawasan dari pihak lain. Kajian Keller, Kelly, dan Dodge 1987 menyimpulkan ada 6 karakteristik motivasi berprestasi yang tampak konsisten, yang terinci sebagai berikut : 1. individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih banyak menyukai keberhasilan yang penuh tantangan. 2. suka kerja keras terlepas dari apakah mendapat imbalan atau ganjaran, 3. cenderung membuat pilihan atau melakukan tindakan yang realistis, Universitas Sumatera Utara 4. menyukai situasi yang dapat menilai diri sendiri dalam pencapaian tujuannya, 5. memiliki perspektif jauh ke depan 6. individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menunjukkan prestasi yang tinggi. Winkel 1984 mendifinisikan motivasi berprestasi sebagai daya penggerak seseorang untuk mencapai taraf prestasi belajar yang tinggi demi memperoleh kepuasan. Demikian pula, Edward yang dikutip oleh Martinah 1984 mengupas tentang motivasi berprestasi sebagai keinginan seseorang untuk dapat menyelasaikan tugas yang sulit secara baik, bekerja sebaik - sebaiknya untuk memperoleh kesuksesan, menyelesaikan tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan, dan mengerjakan tugas dengan kualitas lebih baik dari pada orang lain. 2.1.7 Teknik-teknik motivasi dalam pembelajaran Menurut Uno 2008 ada beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Pernyataan penghargaan secara verbal Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa terhadap hasil belajar yang baik. b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motif belajar mahasiswa. Universitas Sumatera Utara c. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar siswa. d. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar e. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa selain belajar dengan menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya dia juga menguatkan pemahaman dan pengetahuannya. f. Memberi kesempatan siswa untuk memperlihatkan kemahirannya didepan umum. Hal ini menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Pada gilirannya akan meningkatkan motif belajar siswa. g. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya ditekankan, sedangkan yang negatif dikurangi. h. Memperjelas tujuan belajar yang ingin dicapai. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai tugas yang telah diperoleh.

2.2 Indeks Prestasi