B. Pembahasan
Berikut ini dilakukan pembahasan karakteristik responden berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya.
1. Pengetahuan Suami dalam Menghadapi Persalinan Istri Selama Seksio Sesaria Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 orang
responden yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang seksio sesaria sebanyak 17
orang 51,5. Hal ini didukung dengan pendidikan suami yang sebagian besar berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang 57,6 dan minoritas berpendidikan
SD yaitu 1 orang 3. Sesuai dengan pendapat Notoadmojo 2007 yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang masalah nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu. Hal ini bertujuan untuk melihat bahwa semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada
pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berperilaku hidup sehat. Pada pekerjaan ditemukan mayoritas suami bekerja sebagai wiraswata
sebanyak 21 orang 63,6. Menurut Mubarak 2007 bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari jumlah paritas mayoritas suami memiliki istri yang melahirkan anak yang ke-2 yaitu 16 orang 48,5. Pengalaman seseorang dapat dijadikan
sebagai pelajaran tentang suatu masalah. Maka dari itu dalam penelitian ini untuk kesekian kalinya suami menghadapi persalinan sehingga sebagian besar suami yang
berpengalaman memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan teori menurut Mubarak 2007 pengalaman seseorang mempengaruhi pengetahuan seseorang
karena pengalaman merupakan suatu kejadian yang pernah dialami seseorang sehingga jika pengalaman itu baik, maka secara psikologis akan timbul kesan yang
sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya sehingga akan diterapkan pada diri pribadinya.
2. Sikap Responden dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari
33 orang responden yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, mayoritas responden memiliki sikap yang positif tentang seksio sesaria sebanyak 24
orang 72,7. Suami dapat bersikap positif dikarenakan dari faktor internal yakni dari segi umur rata-rata berusia 26-35 tahun yang termasuk kelompok dewasa
sehingga telah mampu menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik sebab pada usia ini menurut Mubarak 2007, semakin tua semakin bijaksana, semakin tua
semakin banyak pula informasi yang didapatkan sehingga seseorang dapat bersikap sesuai dengan kebenaran yang ada.
Dari tingkat pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA, dimana dalam bangku pendidikan seseorang menerima berbagai macam ilmu yang dapat
mempengaruhi pola pikirnya. Selain itu orang tersebut akan mempunyai sudut pandang yang luas yang dapat mempengaruhi serta dapat merubah cara hidup atau
sikap dan perilakunya. Sesuai dengan pendapat Azwar 2007 sikap adalah respon
Universitas Sumatera Utara
evaluatif, respon ini hanya timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Maka suami tersebut dapat menentukan sikap yang benar dalam menghadapi
persalinan istri selama seksio seksaria. Sedangkan dari factor eksternal antara lain yakni pekerjaan dimana sebagian
besar suami bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan ikut membentuk sikap seseorang. Hal ini karena dengan suatu pekerjaan maka akan berinteraksi dengan orang lain.
Menurut Azwar 2007 dalam pembentukan suatu sikap seseorang juga dipengaruhi interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, dengan adanya pengaruh dari orang lain
akan membentuk suatu sikap yang baru. Dari segi pengalaman sebagian besar suami telah berpengalaman karena
memiliki istri melahirkan anak lebih dari satu kali, dimana dengan pengalaman tersebut seseorang mampu untuk bersikap karena dengan kejadian yang telah dialami
sebelumnya suami tersebut dapat berpikir untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga suami tetap dapat menghadapi persalinan istri selama
seksio sesaria. Dari jawaban responden diketahui bahwa ketakutan terhadap kematian dan
perlukaan terhadap tubuh istri dan anak senantiasa menghantui pikiran suami dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria sebanyak 75,8. Hasil ini
membuktikan bahwa responden masih memiliki sikap yang negatif terhadap seksio sesaria dengan hasil pengukuran diketahui bahwa 27,3 sikap responden negatif.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Misrawati 2006. Menyatakan bahwa seorang suami akan merasakan cemas dan marah saat memutuskan istri harus seksio
sesaria segera tanpa rencana karena persepsinya terhadap ancaman keselamatan istri dan anaknya. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor kecemasan serta informasi dan
Universitas Sumatera Utara
sikap tenaga kesehatan, sehingga seorang suami mengharapkan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang jelas, komunikatif dan bersikap tenang.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan tersebut adalah situasi dan kondisi yang meningkatkan kecemasan meliputi informasi yang tidak jelas,
trauma, keyakinan yang menentang seksio sesaria, belum ada pengalaman dioperasi dan tidak ada dana, serta situasi dan kondisi yang menurunkan kecemasan yaitu
dukungan keluarga, teman, istri, pengalaman bekerja di lingkungan berbahaya, pengetahuan tentang seksio sesaria, serta budaya tradisi sebagai laki-laki.
3. Tindakan Responden dalam menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa dari 33 orang suami yang menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, sebagian
besar responden memiliki tindakan yang positif sebanyak 22 orang 66,7. Hal ini dibuktikan oleh tindakan suami mencari tenaga kesehatan untuk mendapatkan
informasi yang jelas tentang keadaan istrinya sebesar 72,7 dan suami membantu menghilangkan rasa takut yang dihdapi istri dengan terus berusaha disamping istri
selama seksio sesaria. Hal ini kemungkinan terjadi karena suami sudah pernah menghadapi persalinan istri selama seksio sesaria, karena sebagian besar responden
menghadapi persalinan untuk anak yang kedua. Tetapi banyak juga terdapat suami yang menghadapi persalinan istri untuk anak yang pertama. Dalam hal ini suami
merasa cemas dengan persalinan yang dihadapi istri selama seksio sesaria. Hal ini didukung oleh penelitian Hasmady 2008, bahwa suami mengalami
kecemasan pada tingkat yang tinggi saat menghadapi proses kelahiran anak pertama, dengan gejala-gejala kecemasan seperti a secara fisiologis subjek mengalami keluar
keringat dingin, sakit kepala, mengalami sesak nafas, b secara psikologis ditandai
Universitas Sumatera Utara
dengan adanya perubahan emosi, mengalami rasa gelisah, dan mengalami rasa tegang, c secara kognitif subjek mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
Selain hal di atas, pola pemikiran suami yang istri mengalami seksio sesaria juga dapat menyebabkan kecemasan Asumsi dan kesalahan proses dimana suami
memiliki ketakutan terhadap proses kelahiran yang dilakukan melalui seksio sesaria karena suami memperoleh informasi bahwa proses kelahiran yang dilakukan melalui
seksio sesaria memiliki resiko yang sangat tinggi. Di samping itu faktor trauma mental juga dapat terjadi, karena suami
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan sewaktu menemani menunggu proses kelahiran anak pertama. Proses kelahiran anak pertama juga merupakan suatu
keadaan yang baru bagi suami, karena dengan tidak adanya pengalaman, dapat memicu kecemasan suami.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN