Pengertian Seksio Sesaria Risiko Seksio Sesaria

E. Suami

Menurut Harymawan 2007, dalam Suparyanto, 2011 mengatakan bahwa suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik Harymawan, 2007. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mengartikan suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita istri yang telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri ayah dari anak-anak, suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga.

F. Seksio Sesaria

1. Pengertian Seksio Sesaria

Seksio Sesaria adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu laparotomi dan uterus hiskotomi untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi- komplikasi media, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal. Namun dalam perjalanannya tidak hanya disitu saja mewacanakan seksio sesaria, khususnya perempuan, banyak aspek yang biasa dikaji lebih dalam tentang itu Dewi Fauzi. 2007.hlm.1. Universitas Sumatera Utara

2. Penyebab Seksio Sesaria

Persalinan merupakan upaya melahirkan janin yang ada di dalam rahim ibunya. Jadi, apabila persalinan harus dilakukan dengan operasi, menurut buku Obstetri and Gynecology, yaitu untuk keselamatan ibu dan janin ketika persalinan harus berlangsung, tidak terjadi kontraksi, distosia persalinan macet sehingga menghalangi persalinan alami, dan bayi dalam keadaan darurat sehingga harus segera dilahirkan, tetapi jalan lahir tidak mungkin dilalui janin. Jadi, penyebab dilakukannya operasi pada persalinan sebagai berikut :

a. Faktor Janin

1. Bayi terlalu besar Berat bayi lahir sekitar 4.000 gram atau lebih giant baby, menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya, pertumbuhan janin yang berlebihan makrosomia karena ibu menderita kencing manis diabetes mellitus. Keadaan ini dalam ilmu kedokteran disebut bayi besar objektif. Apabila dibiarkan terlalu lama di jalan lahir dapat membahayakan keselamatan janinnya. 2. Kelainan letak bayi Ada dua kelainan letak janin dalam rahim, yaitu letak sungsang dan letak lintang. 3. Gawat janin fetal distress Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan. Seperti diketahui, sebelum lahir, janin mendapat oksigen dari ibunya melalui ari-ari akibat ibu menderita tekanan darah tinggi atau kejang rahim, serta gangguan pada Universitas Sumatera Utara tali pusat akibat tali pusat terjepit antara tubuh bayi maka suplai oksigen yang disalurkan ke bayi pun menjadi berkurang. Akibatnya, janin akan tercekik karena kehabisan napas. Kondisi bias menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak jarang meninggal dalam rahim. 4. Janin abnormal Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hidrocephalus kepala besar karena otak berisi cairan, dapat menyebabkan dokter memutuskan dilakukan operasi. 5. Faktor plasenta Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi seperti plasenta previa, plasenta lepas solutio plasenta, plasenta accrete, vasa previa. 6. Kelainan tali pusat Kelainan tali pusat yang biasa terjadi seperti prolapsus tali pusat tali pusat membumbung dan terlilit tali pusat. 7. Bayi kembar multiple pregnancy Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara seksio sesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki risiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi.

b. Faktor ibu

Faktor ibu yang menyebabkan dilakukanya tindakan operasi misalnya panggul sempit atau abnormal, disfungsi kontraksi rahim, riwayat kematian prenatal, pernah mengalami trauma persalinan, dan ingin dilakukanya tindakan sterilisasi. Kondisi kehamilan bisa pula sebagai penyebab Universitas Sumatera Utara dilakukannya operasi. Misalnya, tidak ada tanda persalinan, padahal kehamilan harus diakhiri karena alasan janin atau ibunya, ibu menderita eklampsia atau ketuban pecah dini, dan ingin dilakukan tindakan sterilisasi. Sebaliknya, usia kehamilan belum cukup bulan 25 minggu, tetapi kehamilan harus diakhiri. Berikut ini, faktor ibu yang menyebabkan janin harus dilahirkan dengan operasi adalah : 1. Usia Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki risiko melahirkan dengan operasi, apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun keatas, pada usia ini biasanya seseorang memiliki penyakit yang berisiko, misalnya, darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis. 2. Tulang Panggul Cephalopelvic disproportion CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara normal. 3. Persalinan sebelumnya dengan Seksio Sesaria Sebenarnya, persalinan melalui bedah sesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang mengharuskan dilakukannya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bias saja dilakukan. 4. Faktor hambatan jalan lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan Universitas Sumatera Utara bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas. Gangguan jalan lahir biasa juga terjadi karena ada mioma atau tumor. Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang biasanya disebut distosia. 5. Kelainan kontraksi rahim Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi inkordinate uterine action atau tidak elastisnya leher rahim sehinnga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak adapat melewati jalan lahir dengan lancar. Apabila keadaan ini tidak memungkinkan maka dokter biasanya akan melakukan seksio sesaria. 6. Ketuban pecah dini Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Apabila air ketuban habis sama sekali, dan bayi masih belum waktunya untuk lahir, biasanya dokter akan berusaha mengeluarkan bayi dalam kandungan, baik melalui kelahiran biasa maupun seksio sesaria. Air ketuban yang pecah sebelum waktunya akan membuka rahim sehingga memudahkan masuknya bakteri lewat vagina. Dengan masuknya bakteri lewat vagina, infeksi akan terjadi pada ibu hamil dan janin dalam kandungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sekitar 60- 70 bayi-bayi yang kehamilannya mengalami ketuban pecah dini akan lahir 2x24 jam. Apabila bayi tidak lahir juga lewat waktu itu, baru lah dokter melakukan tindakan, yaitu operasi seksio sesaria. 7. Rasa takut kesakitan Umumnya, seorang wanita yang melahirkan secara alami akan mengalami proses rasa sakit. Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru Universitas Sumatera Utara akan terjadi dan sering menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir, dan cemas menjalaninya. Akibatnya, untuk menghilangkan rasa itu semua mereka berpikir melahirkan dengan cara seksio sesaria.

3. Risiko Seksio Sesaria

Seksio Sesaria sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan keinginan pasien yang tidak ingin menanggung rasa sakit. Hal ini karena risiko Seksio Sesaria lebih besar daripada persalinan alami. Faktor risiko paling banyak dari Seksio Sesaria adalah akibat tindakan anastesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit, endometritis radang endometrium, trombopleblitis pembekuan darah pembuluh balik, embolisme penyumbatan pembuluh darah, paru-paru. Komplikasi lain yang bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis radang selaput perut, sepsis atau disebut juga terjadi infeksi puerperal. Dibawah ini adalah risiki-risiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan dengan operasi yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi, risiko ini sifatnya individual, yaitu tidak terjadi pada semua orang : a. Alergi Biasanya, risiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu. Penggunaan obat-obatan pada pasien dengan operasi Caesar lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu. Universitas Sumatera Utara b. Perdarahan Perdarahan banyak timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteria uteri ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu histerektomi, terutama pada kasus atonia uteri. Oleh karena itu sebelum operasi, seorang wanita harus melakukan pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darah. c. Cedera pada orang lain Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya orang lain, seperti rectum atau kandung kemih. d. Perut dalam rahim Seorang wanita yang telah mengalami pembedahan akan memiliki perut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan serta persalinan berikutnya ia memerlukan pengawasan yang cermat sehungan dengan bahaya rupture uteri. e. Demam Demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi. f. Mempengaruhi produksi ASI Efek pembiusan dapat mempengaruhi produk ASI jika dilakukan pembiusan total narkose. Akibatnya, kolostrum tidak bisa dinikmati bayi dan bayi tidak dapat segera menyusui begitu segera dilahirkan. Namun, apabila dilakukan dengan pembiuasan regional misalnya spinal tidak banyak mempengaruhi produksi ASI Bramantyo. 2005.hlm.11. Universitas Sumatera Utara

4. Rencana Persalinan