83
Buku Siswa Kelas XI MA Keagamaan
3. Latar Belakang Munculnya Pembaharuan Dalam Islam
Dalam usaha pembaharuan dengan model Barat, usaha pembaharuan malah menjadi usaha pendangkalan dan pemusnahan ajaran Islam. Sedangkan
pembaharuan yang dimaksud Islam adalah kembali kepada ajaran Islam yang murni dengan tetap menjaga esensi dan karakteristik ajaran Islam.
Periode modern 1800 M dan seterusnya adalah zaman kebangkitan bagi umat Islam. Ketika Mesir jatuh ketangan bangsa Perancis serentak mengagetkan
sekaligus mengingatkan umat Islam bahwa ada peradaban yang telah mengalami kemajuan yaitu di Eropa dan merupakan ancaman bagi Islam. Sehingga
menimbulkan keharusan bagi raja-raja Islam dan pemuka-pemuka Islam itu untuk melakukan pembaharuan dalam Islam.
Ironis memang karena dalam kenyataanya selain pengaruh modernisasi yang kuat dari luar, kondisi internal umat Islam sedang mengalami kemunduran. Hal ini
berakibat pada jalannya gerakan-gerakan pembaharuan Islam itu sendiri. Dalam perjalanannya pembaharuan Islam mengalami perbedaan pandangan tentang
bagaimana menyikapi dan menindaklanjuti pembaharuan dan atau modernisasi dalam Islam. Hal ini menyebabkan munculnya istilah kaum medernis dan kaum
tradisionalis. Basis Islam tradisional dan legitimasi masyarakat kaum Muslim perlahan-
lahan berubah sejalan dengan makin bebasnya perkembangan ideologi, hukum dan lembaga-lembaga negara. Terjadinya dua sudut pandang yang berbeda, yaitu
kaum modernis dan kaum tradisionalis, lambat laun dapat disatukan pandangannya, yaitu bahwa yang dimaksud dengan pembaharuan dalam Islam bukan mengubah
Al-Quran dan Al-Hadis, tetapi justru kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadis, sebagai sumber ajaran Islam yang utama. Dengan pengamalan-pengamalan yang
murni tanpa terkontaminasi paham-paham yang bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadis itu sendiri.
4. Tokoh-Tokoh Pembaharu
Adapun tokoh-tokoh gerakan pembaharuan dalam Islam adalah :
a. Di Mesir
1. Muhammad Ali Pasya dengan usahanya menterjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab.
2. Al-Tahtawi yang berpendapat bahwa penterjemahan buku-buku Barat ke dalam bahasa Arab penting, agar umat Islam dapat mengetahui ilmu-
84
Sejarah Kebudayaan Islam Kurikulum 2013
ilmu yang membawa kemajuan Barat. Dia juga aktif mengarang dan menerbitkan surat kabar resmi “
يص ل عئ ق ڍا
” dan mendirikan majallah “
سرا لا ضور
” yang bertujuan memajukan bahasa Arab dan menyebarkan ilmu-ilmu pengetahuan modern kepada khalayak ramai. Dia berpendapat
bahwa ulama harus mengetahui ilmu-ilmu modern agar mereka dapat menyesuaikan syari’at dengan kebutuhan-kebutuhan modern. Ini
mengisyaratkan bahwa pintu ijtihad masih terbuka, tapi dia belum berani mengatakan secara terang-terangan. Dia juga mencela paham fatalisme.
Menurutnya, disamping orang harus percaya pada qadha dan kadar Allah maka ia harus berusaha
Jamaluddin Al Afghani dengan usahanya mendirikan perkumpulan “Al Urwatul Wusqo”. Pemikirannya : Islam adalah sesuai untuk semua
bangsa, semua zaman dan semua keadaan. Pintu ijtihad masih terbuka, kemunduran Islam karena meninggalkan ajaran Islam yang sebenarnya.
Paham qadha dan qadar dirusak oleh paham fatalisme yang membawa umat Islam pada keadaan statis, lemahnya rasa persaudaraan umat Islam.
3. Muhammad Abduh dengan pemikirannya menyatakan bahwa, kemunduran-kemunduran disebabkan oleh paham jumud di kalangan
umat Islam yaitu keadaan membeku, statis, tidak ada perubahan, pintu ijtihad perlu dibuka kembali, memerangi taklid, merubah cara pandang
atau faham jumud fatalism menjadi faham dinamis kebebasan manusia dalam kemauan dan perbuatan.
4. Rasyid Ridha dengan usahanya menerbitkan majalah “Al Manar” yang bertujuan mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan
ekonomi, memberantas takhayul, bid’ah, menghilangkan paham fatalisme. Pemikirannya bahwa umat Islam mundur sebab tidak mengamalkan ajaran
yang sebenarnya. Perlu dihidupkan paham jihad, persatuan umat Islam, ijtihad.
b. Di Turki