Reproduksi Brachionus plicatilis O. F. Muller

jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari yang betina dengan bentuk tubuh agak meruncing ke bagian bawah atau berbentuk bilateral simetris, menyerupai piala. Tubuh terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan kaki atau ekor. Pada bagian kepala terdapat enam buah duri, dan diantaranya terdapat sepasang duri yang panjang yang terletak dibagian tengah. Ujung bagian depan dilengkapi dengan gelang- gelang silia seperti spiral yang disebut dengan korona, fungsinya adalah untuk memasukkan makanan ke dalam mulut Isnansetyo Kurniastuty, 1995. Selanjutnya Dahril 1996, menjelaskan bahwa duri yang disebut dengan occipital spine berdasarkan bentuk, ukuran dan jumlahnya dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengenal jenis rotifera. Untuk lebih jelasnya berikut gambaran morfologi B. plicatilis Gambar 2.2: Gambar 2.2. Anatomi dan morfologi Brachionus plicatilis, A= Kaki dari dorsal dan lateral; B= Betina; C= Jantan Barnes, 1978.

2.3. Reproduksi Brachionus plicatilis O. F. Muller

B. plicatilis merupakan organisme yang memiliki organ kelamin terpisah, dan dapat juga bereproduksi secara partenogenesis, yaitu menghasilkan telur tanpa terjadi pembuahan dan individu baru yang dihasilkan bersifat diploid Isnansetyo Universitas Sumatera Utara Kurniastuty, 1995. Djuhanda 1980, menyatakan bahwa B. plicatilis juga dapat bereproduksi secara seksual. B. plicatilis betina memiliki organ reproduksi yang terdiri dari ovarium, yolk gland dan oviduct. Pada jantan terdiri dari satu testis yang dihubungkan oleh saluran sperma ke penis. Proses reproduksi B. plicatilis diawali dengan betina miktik yang menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dapat dihasilkan oleh betina miktik akan menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini akan mengalami istirahat sebelum menetas menjadi betina amiktik. Betina amiktik merupakan betina yang tidak dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini, maka reproduksi aseksual akan terjadi lagi. Betina miktik hanya akan menghasilkan telur miktik, demikian juga dengan betina amiktik. Antara betina miktik dengan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal Isnansetyo Kurniastuty, 1995. Menurut Wallace Snell 2001, sistem reproduksi yang amiktik dalam keadaan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dapat menghasilkan individu baru dalam jumlah yang besar, reproduksi seksualnya terjadi apabila kondisi lingkungannya mendukung. Keuntungan dari reproduksi seksual ini, yaitu mampu menghasilkan individu dari jenis jantan dan betina, sehingga terjadi variasi genetik. Berikut adalah gambaran siklus reproduksi Brachionus Gambar 2.3: KONDISI NORMAL KONDISI ABNORMAL betina telur normal betina telur miktik amiktik diploid miktik haploid telur normal kawin jantan diploid betina telur normal telur istirahat amiktik diploid Gambar 2.3. Siklus Reproduksi Brachionus plicatilis Isnansetyo Kurniastuty, 1995. Universitas Sumatera Utara Beberapa genera dari famili Brachionidae diketahui bahwa, kondisi yang menentukan seekor betina menjadi amiktik atau miktik terjadi beberapa saat sebelum telur mulai membelah Dahril, 1996. Reproduksi seksual terjadi apabila ada betina miktik. Jika betina miktik tidak melakukan fertilisasi, maka akan menghasilkan individu jantan atau haploid. Pada populasi yang rendah banyak dijumpai yang amiktik. Pada keadaan dimana lingkungan yang tidak mendukung, walaupun populasi sedang meningkat, betina miktik tidak akan melakukan reproduksi secara seksual Gilbert, 1977.

2.4. Ekologi Brachionus plicatilis O. F. Muller

Dokumen yang terkait

Pengaru Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brochionus Plicatilis)

1 71 50

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media Cakap

1 24 61

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis Dengan Penambahan Vitamin B1 Pada Media Cakap

0 35 53

Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

3 34 60

Pengaruh Berat Umbi Bibit Dan Dosis Pupuk Kcl Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kentang (Solanum tuberosum L.)

0 29 80

Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Kalium terhadap Produksi dan Mutu Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) yang Diinduksi dengan Sitokinin

0 33 81

Pengaruh Dosis alfa-Tokoferol yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

0 3 160

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Brachionus plicatilis O. F. Muller - Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 1 7

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 12