Keasaman air turut mempengaruhi kehidupannya. Rotifera masih dapat bertahan hidup pada kondisi pH 5 dan pH 10. Sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan
reproduksi berkisar antara 7,5-8,0. Disamping itu oksigen terlarut juga menjadi salah satu faktor penting bagi pertumbuhan hewan air ini, terutama untuk proses respirasi
Isnansetyo Kurniastuty, 1995. Menurut Dahril 1996, pada keadaan oksigen rendah B. plicatilis
masih tetap dapat berkembangbiak. Salah satu faktor penyebab dapatnya B. plicatilis
bertahan hidup pada kadar oksigen rendah di perairan adalah karena ternyata B. plicatilis
dapat memanfaatkan vitamin B
12
untuk kehidupannya, vitamin ini ternyata dihasilkan oleh bakteri anaerobik. Namun dalam usaha budidaya masal untuk
menghasilkan B. plicatilis dalam jumlah banyak, konsentrasi oksigen terlarut terlarut di atas 1,5 mgl perlu dipertahankan.
2.5 Peranan Kotoran Ayam dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis O. F.
Muller
Rotifera merupakan organisme pemakan organisme lainnya yang berukuran tubuh lebih kecil dan telah tersuspensi dengan bahan organik, seperti ganggang renik; ragi; bakteri
dan protozoa Djarijah, 1995. Sehubungan dengan hal itu, penambahan pupuk organik ke dalam kolam akan mempersubur kehidupan jasad renik Amin, 1991.
Pupuk organik dengan kandungan nitrogen yang banyak akan merangsang kegiatan jasad renik, karena jasad renik memerlukan nitrogen untuk kehidupan dan
perkembangannya Amin,1991 Sutejo, 1995. Saifuddin 1985 Setyamidjaja 1986, menyatakan bahwa pemakaian pupuk organik seperti kotoran ternak dapat
merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme. Sutejo 1995 Mudjiman 1998, menjelaskan bahwa pupuk organik seperti
kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam usaha
perkembangan perikanan, misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, yaitu B. plicatilis. Kemudian Setyamidjaja 1986 Hardjowigeno 1987,
menjelaskan bahwa pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi, karena bagian yang padat bercampur dengan bagian yang cair urine. Selain itu
pupuk kotoran ayam adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua
Universitas Sumatera Utara
unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama Rafnida, 1986. Bahkan dari hasil penelitian Anindiastuti 1989, menunjukkan bahwa
pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan.
Rachmawati 2000, menjelaskan bahwa kotoran ayam broiler memiliki komposisi unsur nitrogen dan sulfida. Pada saat penumpukan kotoran atau penyimpanan
akan terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang akan membentuk gas amonia, nitrit, nitrat serta gas sulfida. Lingga Sutejo 1995, menyatakan komposisi
kotoran ayam broiler terdiri dari sisa pakan diantaranya protein, karbohidrat, lemak dan senyawa organik lainnya. Kandungan protein pada kotoran ayam merupakan sumber
nitrogen.
2.6 Peranan Pupuk Urea dan Pupuk TSP dalam Pembudidaya