Beberapa genera dari famili Brachionidae diketahui bahwa, kondisi yang menentukan seekor betina menjadi amiktik atau miktik terjadi beberapa saat sebelum
telur mulai membelah Dahril, 1996. Reproduksi seksual terjadi apabila ada betina miktik. Jika betina miktik tidak melakukan fertilisasi, maka akan menghasilkan individu
jantan atau haploid. Pada populasi yang rendah banyak dijumpai yang amiktik. Pada keadaan dimana lingkungan yang tidak mendukung, walaupun populasi sedang
meningkat, betina miktik tidak akan melakukan reproduksi secara seksual Gilbert, 1977.
2.4. Ekologi Brachionus plicatilis O. F. Muller
Brachionus hidup di perairan tawar, payau dan laut, bersifat planktonik Hyman, 1951. B. plicatilis
bersifat euthermal. Pada suhu 15
o
C masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10
o
C akan terbentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35
o
C akan menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30
o
C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi. Disamping itu B. plicatilis juga bersifat euryhalin. Betina dengan telurnya dapat
bertahan hidup pada salinitas 98‰, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10-35‰ Isnansetyo Kurniastuty, 1995.
Menurut Ayodhyoa 1981, kondisi suhu di suatu perairan sangat erat kaitannya dengan intensitas cahaya. Intensitas cahaya berpengaruh terhadap kehadiran
zooplankton, seperti B. plicatilis. Berkumpulnya zooplankton di bawah lampu dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Peristiwa langsung, yaitu karena adanya cahaya zooplankton berkumpul di sekitar
lampu. b.
Peristiwa tidak langsung, yaitu karena adanya cahaya zooplankton berkumpul dengan tujuan makan feeding.
Menurut Isnansetyo Kurniastuty 1995, penetrasi cahaya juga sangat mempengaruhi perkembangbiakan B. plicatilis, bila intensitas cahaya kurang, sedangkan kepadatan
pakan, jenis pakan dan salinitas mencukupi, perkembangbiakannya tetap lambat. Keadaan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi suhu, karena suhu suatu perairan atau
media sangat menentukan pertumbuhan populasi Brachionus.
Universitas Sumatera Utara
Keasaman air turut mempengaruhi kehidupannya. Rotifera masih dapat bertahan hidup pada kondisi pH 5 dan pH 10. Sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan
reproduksi berkisar antara 7,5-8,0. Disamping itu oksigen terlarut juga menjadi salah satu faktor penting bagi pertumbuhan hewan air ini, terutama untuk proses respirasi
Isnansetyo Kurniastuty, 1995. Menurut Dahril 1996, pada keadaan oksigen rendah B. plicatilis
masih tetap dapat berkembangbiak. Salah satu faktor penyebab dapatnya B. plicatilis
bertahan hidup pada kadar oksigen rendah di perairan adalah karena ternyata B. plicatilis
dapat memanfaatkan vitamin B
12
untuk kehidupannya, vitamin ini ternyata dihasilkan oleh bakteri anaerobik. Namun dalam usaha budidaya masal untuk
menghasilkan B. plicatilis dalam jumlah banyak, konsentrasi oksigen terlarut terlarut di atas 1,5 mgl perlu dipertahankan.
2.5 Peranan Kotoran Ayam dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis O. F.