PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DIDAERAH BINAAN I KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

(1)

i

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR DIDAERAH BINAAN I

KECAMATAN LIMPUNG

KABUPATEN BATANG

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat untukmemperolehgelarSarjanaPendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh Ira Oktaviana

1401411503

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v Motto

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S.Al-Insyiroh: 5-6)

Keputusan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.

(Mohatma Gandhi)

Masa depan ada ditangan kita sendiri, berusahalah sebaik mungkin demi masa depan yag lebih baik.

(Penulis)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bapak, ibu, kakak, dan keluarga besar kuter cinta yang selalu memberikan do’a dan dukungan.

Sahabatku tika, dika, ega, ika, singgih, imam, rini, widiyah yang telah mendoakan dan memberikan motivasi.

teman-teman seperjuangan PGSD UNNES angkatan 2011 yang selalu membantu dan member semangat.


(6)

vi

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Pengaruh Lingkungan Sekolahn terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Daerah Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang”. Peneliti menyadari bahwa dalam melaksanakan kegiatandan penyusunan skripsi, tidak lepas dari bimbingan, dukungan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin,M.Pd.,Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dalam penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memfasilitasi peneliti dalam menyusun skripsi.


(7)

vii

bimbingan, pengarahan, dan motivasi yang bermanfaat kepada peneliti dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah Dasar diDaerahBinaan I Kecamatan LimpungKabupaten Batang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

7. Guru Kelas V Sekolah Dasar diDaerahBinaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batangyang telah memberikan waktu dan bimbingannya dalam membantu peneliti melaksanakan penelitian.

8. Staf Guru, Karyawan, dan Siswa Sekolah Dasar Daerah dibinaanI Kecamatan Limpung Kabupaten Batang yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Tegal, Mei 2015 Peneliti


(8)

viii

ABSTRAK

Oktaviana Ira. 2015. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Daerah Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Sri Sami Asih, M.Kes.

Kata Kunci: Belajar,Lingkungan sekolah, Motivasi belajar

Motivasi merupakan dorongan untuk mencapai tujuan tertentu.Menurut beberapa guru kelas V Sekolah Dasar di Daerah Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang masih dijumpai beberapa siswa yang kurang termotivasi dalam belajaranya disekolah. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Di Daerah Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Penelitian dilakukan di sepuluh Sekolah Dasar di Daerah Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang yaitu SD N Sempu, SD N Dlisen 01, SD N Dlisen 02, SD N Rowosari, SD N Pungangan 01, SD N Pungangan 02, SD N Kalisalak 01, SD N Kalisalak 02, SD N Kalisalak 03 dan SD N Babadan 02.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Di Daerah Binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 190 siswa.Sampel penelitian sebanyak128 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik Proporsional Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakanangket, observasi dan dokumentasi. Perhitungan pengujian hipotesis menggunakan bantuan program SPSS versi 22. Teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi, sebelum dilakukan uji analisis maka dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan cara uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

dan uji liniearitas serta uji analisis korelasi. Pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5% diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Ditunjukkan oleh hasil R sebesar 0,799 dan koefisien determinasi (R2) 63,9%nilai probabilitas 0,000 ≤ 0,05 (Sig.). Hal ini menunjukkan bahwa 63,9% motivasi belajar dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Sedangkan 36,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian.

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi para guru pada umumnya dan para guru kelas V pada khususnya dan seluruh pihak sekolah agar dapat menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif bagi peserta didik.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah... ... 9

1.3.1 Obyek Penelitian ... 9

1.3.2 Subyek Penelitian... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.5.1 Tujuan Umum ... 10

1.5.2 Tujuan Khusus ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 11

1.6.2 Manfaat Praktis ... 11

2. KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Kajian Teori ... 13

2.1.1 Motivasi Belajar ... 13


(10)

x

2.1.3 Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar ... 25

2.2 Kajian Empiris ... 26

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

3. METODE PENELITIAN... 30

3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Populasi dan Sampel ... 31

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel... 32

3.3 Variabel Penelitian ... 34

3.3.1 Variabel Bebas ... 34

3.3.2 Variabel Terikat ... 35

3.4 Definisi Operasional ... 35

3.4.1 Lingkungan Sekolah (X) ... 35

3.4.2 Motivasi Belajar (Y) ... 35

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.5.1 Angket atau Kuesioner ... 36

3.5.2 Dokumentasi ... 37

3.5.3 Observasi... 38

3.6 Instrumen Penelitian ... 39

3.6.1 Angket atau Kuesioner ... 39

3.6.2 Validitas Angket ... 40

3.6.3 Reliabilitas Angket... 42

3.6.4 Lembar Observasi ... 43

3.7 Analisis Data ... 44

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 44

3.7.2 Uji Prasyarat Analisis ... 45

3.7.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 46

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian ... 49


(11)

xi

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 50

4.1.3 Uji Prasyarat Analisis ... 74

4.1.4 Uji Hipotesis ... 76

4.2 Pembahasan... 81

4.2.1 Lingkungan Sekolah ... 81

4.2.2 Motivasi Belajar ... 87

4.2.3 Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar ... 95

5. PENUTUP... 99

5.1 Simpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

Daftar Pustaka... 102

Glosarium... 105


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Populasi Penelitian ... 32

3.2 Tabel Penarikan Sampel Siswa Kelas V ... 34

4.1 Hasil Uji Validitas Lingkungan Sekolah ... 51

4.2 Soal Yang Dipakai ... 52

4.3 Deskripsi Data Skor Variabel Lingkungan Sekolah ... 52

4.4 Kategori Skor Variabel Lingkungan Sekolah ... 54

4.5 Kriteria Lingkungan Sekolah Per Siswa ... 55

4.6 Rekapitulasi Presentse Variabel Lingkungan Sekolah Per Indikator ... 57

4.7 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 64

4.8 Soal Yang Dipakai ... 64

4.9 Deskripsi Data Skor Variabel Motivasi Belajar... 65

4.10 Kategori Skor Variabel Motivasi Belajar ... 66

4.11 Kriteria Motivasi Belajar Per Siswa ... 66

4.12 Rekapitulasi Presentse Variabel Motivasi Belajar Per Indikator ... 68

4.13 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 75

4.14 Tabel Hasil Uji Linieritas... 76

4.15 Tabel Hasil Uji Korelasi ... 77

4.16 Tabel Hasil Uji Regresi ... 78

4.17 Tabel Nilai B Persamaan Regresi ... 78


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 KerangkaBerpikir ... 29 3.1 Desain Penelitian ... 31


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ... 106

2. Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 116

3. Daftar Nama Guru dan Karyawan ... 119

4. Keadaan Gedung ... 129

5. Profil Umum Sekolah ... 131

6. Tata Tertib Umum Sekolah ... 136

7. Daftar Nama Siswa Sampel Uji Coba Angket ... 139

8. Kisi-kisi Angket (Uji Coba) ... 140

9. Angket (Uji Coba)... 142

10. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ... 167

11. Kisi-kisi Angket Lingkungan Sekolah ... 169

12. Tabulasi Skor Hasil Uji Coba Angket Motivasi Belajar ... 171

13. Tabulasi Skor Hasil Uji Coba Angket Lingkungan Sekolah ... 174

14. Tabulasi Hasil Uji Validitas ... 177

15. Output Uji Reabilitas ... 181

16. Angket Penelitian ... 185

17. Lembar Jawaban ... 192

18. Lembar Observasi ... 193

19. Tabel Skor lingkungan Sekolah ... 195

20. Tabel Skor Motivasi Belajar ... 201

21. Tabel Skor Observasi Lingkungan Sekolah ... 207

22. Tabel Skor Observasi Motivasi Belajar ... 211

23. Output Uji Normalitas... 215

24. Output Uji Linearitas ... 217

25. Output Uji Korelasi ... 219

26. Output Uji Regresi Linear Sederhana ... 220

27. Output Uji Koefisien determinan ... 221


(15)

xv

29. Surat Ijin Penelitian... 223

30. Surat Tanda sudah melaksanakan penelitian ... 225

31. Dokumentasi Penelitian ... 234


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan membahas tentang hal-hal yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian. Bab ini terdiri dari: (1) latar belakang masalah; (2) identifikasi masalah; (3) pembatasan masalah; (4) rumusan masalah; (5) tujuan penelitian; dan (6) manfaat penelitian. Uraiannya yaitu sebagai berikut:

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas bagi pembangunan bangsa dan negara. Selain itu, pendidikan juga berperan penting dalam rangka mengembangkan kehidupan manusia dan meningkatkan kemajuan suatu negara.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam Bab IV Pasal 3 telah dijelaskan fungsi dan tujuan pendidikan yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengemban kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional akan dapat dicapai bila didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Upaya pemerintah dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu dengan diselenggarakanya pendidikan melalui tiga jalur


(17)

sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1) yang

berbunyi: “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal”. Pendidikan formal diselenggarakan dalam bentuk sekolah dan perguruang tinggi. Pendidikan nonformal diselenggarakan di dalam masyarakat dalam bentuk kursus, TPA, dan sebagainya, sedangkan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan bisa diperoleh melalui lembaga-lembaga pendidikan formal, nonformal dan informal mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Lembaga pendidikan sesuai dengan fungsinya mempunyai peranan yang penting untuk mencetak atau melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga mampu mengembangkan peranannya dalam pembangunan nasional. Lembaga pendidikan diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan prestasi yang lebih baik

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Sardiman A.M. (2009: 65) menyatakan bahwa pada sekolah dasar pendidikan berfungsi memberi bekal dasar pengembangan kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun masyarakat. Pendidikan di sekolah dasar (SD) sangatlah penting bagi peserta didik karena hal ini merupakan dasar perkembangan pengetahuan yang diperoleh peserta didik. Pada satuan pendidikan ini, tujuan yang ingin dicapai adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berbagai macam ilmu


(18)

pengetahuan diberikan kepada peserta didik melalui berbagai macam mata pelajaran. Ilmu pengetahuan di berikan kepada peserta didik melalui kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar disekolah biasa dilakukan diruang kelas maupun diluar kelas. Menurut Slameto (2013: 2) “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.” Menurut Sardiman A.M (2009: 47)

“mengajar merupakan suatu usaha penciptaan kondisi atau sistem lingkungan

yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.”

Kegiatan belajar mengajar direncanakan sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan. Sardiman (2009: 26) menyatakan bahwa tujuan dari belajar mengajar ialah: untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, dan pembentukan sikap.

Dalam pencapaian tujuan belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar peserta didik. Salah satu faktor intern yang besar pengaruhnya terhadap belajar adalah motivasi. Sedangkan faktor ekstern yang besar pengaruhnya terhadap belajar adalah faktor lingkungan belajar, salah satunya yaitu lingkungan sekolah. Didalam lingkungan sekolah kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar dan tujuan dari kegiatan tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi belajar dari peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan


(19)

bahwa lingkungan sekolah dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, tidak semua peserta didik mampu mengikuti pembelajaran dengan baik atau telah mengikuti pembelajaran namun mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan. Pihak sekolah terutama guru kelas harus segera mencari penyebab dari masalah peserta didik tersebut. Penyebabnya bisa bermacam-macam diantaranya, peserta didik tersebut sedang sakit, peserta didik tersebut tidak tertarik dengan pembelajaran karena kurangnya variasi yang dilakukan oleh guru atau kurangnya media pembelajaran, terdapat masalah pribadi dan sebagainya.Berarti di dalam diri peserta didik tersebut tidak terdapatdorongan untuk belajar. Keadaan seperti iniperlu adanya upaya untuk mendorong peserta didik untuk belajar. Salah satu upaya untuk mendorong peserta didik belajar yaitu dengan memberikan motivasi kepada peserta didik.

Menurut Uno (2014: 23) “motivasi belajar adalah dorongan internal dan

eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.”

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat memotivasi peserta didik dalam pembelajaran dikelas. Diantaranya yaitu dengan memberikan penghargaan, pujian, ataupun dengan memberikan penguatan kepada peserta didik. Motivasi belajar peserta didik berkaitan erat dengan lingkungan belajar peserta didik itu sendiri. Lingkungan yang besar dan penting pengaruhnya terhadap motivasi belajar salah satunya yaitu lingkungan sekolah.


(20)

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Lingkungan sekolah secara fisik meliputi keadaan fisik sekolah, sarana dan prasarana di dalam kelas, keadaan gedung sekolah dan sebagainya. Menurut Slameto (2013: 64) “faktor lingkungan sekolah yang mempengaruhi belajar meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.”

Didalam lingkungan sekolah para peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungan baru diluar lingkungan keluarga. Didalam lingkungan sekolah ini peserta didik akan berinteraksi dengan sesama peserta didik, guru dan warga sekolah yang lainya. Namun terkadang ada beberapa peserta didik yang kurang mampu berinteraksi dengan teman sebayanya ataupun gurunya dikarenakan ia merasa malu ataupun minder. Hal ini tentunya mampu mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Apabila hal ini tidak segera ditangani, maka peserta didik akan mendapatkan hasil belajar yang kurang memuaskan.

Selain adanya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lain, guru dan warga sekolah lainya, motivasi belajar peserta didik juga dapat dipengaruhi metode mengajar yang digunakan guru. Guru harus mampu menerapkan metode-metode mengajar yang mampu mengaktifkan peserta didik. Metode mengajar yang tepat dan variatif akan mampu membantu peserta didik untuk memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Dalam menerapkan metode mengajar,


(21)

guru juga memerlukan alat peraga dalam penyajian materi pelajaran. Peyajian materi pelajaran yang didukung oleh adanya alat peraga akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran. Alat peraga disekolah berkaitan erat dengan sarana dan prasarana disekolah. Sarana dan prasarana yang kurang memadai akan mempengaruhi motivasi belajar disekolah.

Salah satu sarana yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa adalah gedung sekolah. Gedung sekolah yang kurang memadai, terutama pada ruang kelas atau ruangan tempat belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Apabila keadaan gedung sekolah kurang mendukung aktivitas belajar peserta didik, maka pihak sekolah harus segeramengadakanrenovasi.Selain gedung sekolah, waktu sekolah yang tepat akan memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar peserta didik.

Berkaitan dengan memilih waktu sekolah yang tepat, kedisiplinan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Peserta didik yang terlambat masuk kedalam kelas pada saat pelajaran sedang berlangsung akan mengganggu konsentrasi belajar peserta didik yang lain. Salah satu upayaagar peserta didik lebih disiplin yaitu dengan cara membuat tata tertib yang harus dipatuhi oleh siswa dan memberikan sangsi atau hukuman kepada peserta didik yang melanggar tata tertib tersebut.

Terlepas dari interaksi peserta didik, metode mengajar, sarana dan prasarana, keadaan gedung, waktu sekolah dan kedisiplinan, kurikulum yang diterapkan oleh sekolah juga dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa disekolah. Dua tahun terakhir kurikulum berganti dari KTSP diganti kurikulum


(22)

2013 kemudian ada beberapa sekolah yang kembali menggunakan kurikulum KTSP. Penerapan kedua kurikulum tersebut didalam pembelajaran menuntut seorang guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran, sehingga tidak jarang ada peserta didik yang mengalami penurunan hasil belajar.

Berdasarkan hasil wawancara pada bulan Februari 2015 terhadap beberapa guru kelas V di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung, diperoleh keterangan bahwa motivasi belajar peserta didik berbeda-beda, Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain, sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, keadaan gedung sekolah, kurikulum, dan kedisiplinan. Hal tersebut membuktikan bahwa lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang cukup penting bagi peserta didik dalam meraih prestasi belajarnya. Semakin baik lingkungan sekolah maka semakin memotivasi peserta didik untuk belajar lebih giat dalam meraih prestasi.

Beberapa penelitian terdahulu dengan variabel yang hampir sama dengan penelitian ini telah banyak dilakukan, antara lain oleh Evi Rahmawati dengan

judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III

SMP Muhammadiyah 22 Pemulang”. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat korelasi yang positif antara lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII SMPM 22 Pamulang. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa disekolah, selanjutnya penelitian yang dilakukan

oleh Dhewanti Indra Murti dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran

Guru Dalam Proses Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Lokal Area Network Di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta”. Hasil


(23)

penelitian menunjukan bahwa lingkungan sekolah dan peran guru dalam proses pembelajaran secara bersama-sama memiliki pengaruh bagi motivasi belajar siswa di SMK Tamansiswa Jetis Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa kelas V Sekolah Dasar Di Daerah Binaan 1 Kecamatan Limpung

Kabupaten Batang”

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

(1) Beberapa peserta didik kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran sehingga mendapatkan hasil belajarkurang optimal.

(2) Beberapa peserta didik kurang mampu berinteraksi dengan peserta didik lain ataupun dengan guru sehingga motivasi belajar menjadi berkurang.

(3) Beberapa guru kurang variasi dalam menerapkan model-model pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga motivasi belajar peserta didik menjadi kurang.

(4) Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga siswa menjadi kurang tertarik dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.

(5) Keadaan gedung sekolah kurang mendukung dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran kurang efektif.


(24)

(6) Waktu sekolah yang kurang tepat untuk melaksanakan proses pemebalajaran.

(7) Beberapa siswa yang kurang disiplin.

(8) Perubahan kurikulum mengakibatkan kurangnya kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran di sekolah.

1.3

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah yang diteliti, yaitu sebagai berikut:

1.3.1 Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah aspek-aspek dari subyek penelitian yang menjadi sasaran penelitian, obyek penelitian hanya terbatas pada:

(1) Lingkungan Sekolah Dasar di Daerah Binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

(2) Motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar di Daerah Binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Fokus penelitian ini hanya terbatas pada motivasi belajar siswa di dalam kelas.

1.3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Daerah Binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasaran Latar Belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(25)

(1) Apakah terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang?

(2) Seberapa besar pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasardi daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang?

1.5

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Tujuan Umum:

Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang

1.5.2 Tujuan Khusus:

(1) Untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan sekolah di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang

(2) Untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang

(3) Untuk mengetahui adanya pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang

(4) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang


(26)

1.6

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis berarti bahwa hasil penelitian bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan objek penelitian. Sedangkan manfaat praktis ialah manfaat yang bersifat praktik. Lebih lanjut manfaat teoritis maupun praktis dari penelitian ini ialah sebagai berikut.

1.6.1 Dari segi Teoritis

(1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan dalam dunia pendidikan.

(2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

1.6.2 Dari segi Praktis (1) Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan agar kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan yang kondusifdan memelihara lingkungan tersebut bagi para peserta didik. (2) Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik bagi peserta didik agar peserta didik semakin termotivasi untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.


(27)

(3) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, sebagai bekal menjadi pendidik dimasa yang akan datang, dan memberikan pengalaman belajar dalam menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti.


(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini dijelaskan tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Uraiannya yaitu sebagai berikut:

2.1

Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, akan diuraikan tentang Motivasi Belajar, lingkungan sekolah, dan Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar.

2.1.1 Motivasi Belajar

Prawira (2014: 319) menjelaskan bahwa “Motivasi mempunyai akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak”. Lebih lanjut A.W. Bernard menjelaskan bahwa “Motivasi dapat dikatakan sebagai fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu”, sedangkan Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2009: 73)

“motivasi adalah perubahan energi dari dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya fellingdan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.” Majid (2013:

309) menjelaskan bahwa “motivasi merupakan sebuah energi yang aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang sehingga mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus tercapai.”


(29)

Menurut Slameto (2013: 2) “belajar merupakan suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.” Menurut Uno (2014: 23) Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Lebih lanjut Uno menjelaskan “Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung.” Indikator motivasi belajar menurut Uno yaitu: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga kemungkinan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak dari dalam maupun luar diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang dapat mempengaruhi keberhasilannya dalam belajar.

Fungsi motivasi belajar

Dalam kegiatan belajar diperlukan adanya motivasi. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Ada tiga fingsi motivasi yang dikemukakan oleh Sardiman (2009 : 85) yaitu sebagai berikut:


(30)

mendorong manusia untuk berbuat, dalan hal ini motivasi merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan kearah tujuan yang hendak dicapai, menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Rifa’i (2011: 163) menjelaskan bahwa ada enam faktor yang didukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar peserta didik. Keenam faktor yang dimaksud yaitu: sikap, kebutuhan, rangsangan, afeksi, kompetensi, dan penguatan.

Sikap memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku dan belajar peserta didik karena sikap membantu peserta didik dalam merasakan dunianya dan memberikan pedoman kepada perilaku. Sikap juga akan membantu seseorang merasa aman disuatu lingkungan yang pada mulanya tampak asing. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi, perilaku peran ( pendidik-murid, orang tua anak-anak, dan sebagainya). Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah ataupun sebaliknya.

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu kegiatan internal yang membantu peserta didik untuk menapai tujuan. Perolehan tujuan merupakan kemampuan melepaskan atau mengakhiri perasaan kebutuhan


(31)

dan tekanan. Kebutuhan itu berada dalam jaringan atau memori manusia, dan kebutuhan itu dapat bersifat fisiologis, seperti, lapar, atau kebutuhan itu merupakan hasil belajar, seperti kebutuhan untuk berprestasi.

Rangsangan merupakan perubahan di dalam presepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersikap aktif. Rangsangan secara langsung membantu memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Setiap peserta didik memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu dan memiliki sikap positif terhadap materi pembelajaran. Namun apabila mereka tidak menemukan proses pembelajaran yang merangsang, perhatianya akan menurun. Pembelajaran yang tidak merangsang mengakibatkan peserta didik yang pada mulanya termotivasi untuk belajar pada akhirnya menjadi bosan terlibat dalam pembelajaran.

Afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional, kecemasan, kepedulian, dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. Setiap lingkungan belajar secara konstan dipengaruhi oleh reaksi emosional peserta didik. Demikian pula karena peserta didik dalam belajar sering kali berkaitan dengan perasaan sukses dan gagal, maka perasaan personalnya secara terus menerus akan tidak menentu. Kegiatan emosi peserta didik pada kegiatan belajar itu memiliki pengaruh penting. Pendidik hendaknya memahami bahwa emosi peserta didik bukan saja mempengaruhi perilaku melainkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa peserta didik secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkunganya secara efektif.


(32)

Peserta didik secara intrinsik termotivasi untuk menguasai lingkungan dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas. Demikian pula setiap orang secara genetik diprogram untuk menggali, menerima, berpikir, manipulasi, dan mengubah lingkungan secara efektif.

Salah satu hukum psikologis yang fundamental adalah penguatan (reinforcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungknan respon. Para pakar psikologi telah menemukan bahwa perilaku seseorang dapat dibentuk kurang lebih sama melalui penguatan positif atau negtif. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif seperti, penghargaan hasil karya peserta didik, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel penting di dalam perancangan pembelajaran.

Strategi motivasi belajar

Pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini berarti bahwa pendidik harus mempunyai strategi untuk memotivasi belajar peserta didik. Ada beberapa strategi motivasi belajar yang di kemukakan

oleh Rifa’i (2011: 186), yaitu: membangkitkan minat belajar, mendorong rasa

ingin tahu, menggunakan variasi metode penyajian yang menarik, dan membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan belajar.

Dengan menerapkan beberapa strategi motivasi belajar, diharapkan pendidik mampu membengkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pelajaran. Penerapan metode pembelajaran yang bervariasi seperti, studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat dan sebagainya dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu peserta didik. Selain itu, pendidik juga dapat


(33)

membangkitkan motivasi belajar siswa dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, bermain peran, dan lainya. Pendidik hendaknya mendorong dan membantu peserta didik agar merumuskan dan mencapai tujuan belajarnya sendiri.

Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar

Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar menurut Sardiman (2013: 83), yaitu sebagai berikut: tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukan minat terhadap macam-macam masalah. lebih senang bekerja sendiri, lebih cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri diatas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan soal, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak dalam sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa akan mampu mempertahankan pendapatnya, apabila ia sudah merasa yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa juga harus peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahanya. Hal tersebut harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.


(34)

2.1.2 Lingkungan Sekolah

Menurut Munib (2011: 76) “lingkungan secara umum diartikan sebagai

kesatuan dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainya.” Lingkungan pendidikan pada

hakikatnya merupakan sesuatu yang ada diluar individu maupun didalam individu. (Siswoyo,dkk 2008: 139). Lebih lanjut Siswoyo,dkk (2008: 140) menyatakan

bahwa “ perguruan atau sekolah atau balai wiyata adalah lingkungan pendidikan

yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik.” Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan. Salah satu lingkungan tempat berlangsungnya pendidikan yaitu lingkungan sekolah. Didalam lingkungan sekolah para siswa mengenyam pendidikan agar menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan beringkah laku baik. Selain itu, sekolah juga berperan penting dalam meningkatkan pola pikir siswanya karena di sekolah para siswa diajarkan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

Lingkungan sekolah turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. Slameto (2013: 64) menerangkan bahwa faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.


(35)

Menurut Sardiman A.M (2009: 47) “mengajar merupakan suatu usaha penciptaan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan

untuk berlangsungnya proses belajar.” Seorang pendidik harus mampu

menyajikan variasi metode pembelajaran yang mampu membangkitkan hasrat ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran. Seorang pendidik harus menguasai materi yang akan diajarkan kepada siswa dan mampu menerangkan materi tersebut dengan jelas. Metode mengajar yang kurang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Metode mengajar yang kurang tepat dapat terjadi karena guru kurang menguasai metode mengajar dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga berakibat pada merosotnya proses dan hasil belajar siswa. Guru harus menguasai metode mengajar dan menerapkanya secara variatif sehingga tujuan pembelajaran efektif dan efisien.

Selain menguasai metode guru juga harus menguasai kurikulum. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1, dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Menurut Slameto (2013: 65) kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut. Kurikulum yang terlalu padat, diatas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat, dan pembagian materinya tidak seimbang akan menyulitkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu materi pelajaran harus diolah


(36)

secara matang oleh guru dengan memperhatikan karakter materi, metode dan peserta didik yang akan dibelajarkan.

Guru harus mampu memahami karakter dan kemampuan para siswa agar guru mampu menetapkan standar pelajaran yang sesuai. Ada beberapa guru memberi pelajaran di atas ukuran standar, akibatnya hanya sebagian kecil siswa yang dapat berhasil dalam belajarnya. Hal tersebut bisa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman sehingga belum dapat mengukur kemampuan siswanya. Standar pelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa agar tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam kegiatan pembelajaran terjadi relasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan media. Proses balajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi siswa dengan gurunya. Guru harus mempu menciptakan relasi tersebut dengan harmonis sehingga akan memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Didalam relasi yang baik, siswa yang menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha dengan baik. Siswa akan senang mempelajari mata pelajaran yang diberikan oleh guru apabila guru tersebut memiliki sifat dan sikap yang baik dan dapat dijadikan contoh oleh para siswa. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar terhambat. Siswa akan merasa jauh dengan guru, sehingga siswa enggan berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran di sekolah. Selain itu, sifat dan sikap guru yang kurang disenangi oleh siswa seperti, kasar, suka marah, sombong, tidak adil dan lainya juga akan menghambat perkembangan


(37)

anak dan mengakibatkan hubungan guru dengan siswa kurang baik.Menciptakan relasi yang baik antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa dengan media, sangatlah diperlukan agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa.

Relasi yang baik akan memudahkan guru memotivasi siswa untuk disiplin dan tertib.Kedisiplinan sekolah baik kepala sekolah maupun guru akan mempengaruhi kedisiplinan siswa. Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa didalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, hal itu dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya. Pelaksanaan disiplin yang kurang, dapat mempengaruhi sikap siswa dalam belajar. Kurangnya kedisiplinan siswa seperti siswa sering terlambat datang, tugas yang diberi tidak dilaksanakan, kewajibanya dilalaikan, kegiatan siswa disekolah akan berjalan tanpa kendali. Dalam proses belajar, siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula.

Selain menerapkan disiplin dalam belajar, cara belajar siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Banyak siswa melakukan cara belajar yang kurang tepat. Terkadang siswa belajar tidak teratur atau terus-menerus, karena


(38)

besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup beristirahat akan meningkatkan hasil belajar.

Alat pelajaran erat hubunganya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang tepat dan lengkap akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Alat pelajaran yang kurang lengkap akan membuat penyajian materi pelajaran kurang efektif sehingga akan menimbulkan kesulitan belajar pada siswa, terutama pada pelajaran yang bersifat praktikum. Sekolah hendaknya menyediakan alat pelajaran yang menunjang pembelajaran siswa agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam belajarnya.

Selain penyediaan alat-alat pelajaran yang menunjang pelajaran, gedung sekolah yang kurang memadai juga dapat menjadi penyebab berkuranngnya motivasi belajar siswa disekolah. Terutama ruang kelas atau ruangan tempat siswa belajar disekolah. Dalyono (2012: 244) berpendapat bahwa syarat ruangan kelas yang sehat seperti, ruangan kelas harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk kedalam ruangan, sinar dapat menerangi ruangan; dinding harus bersih dan tidak keliatan kotor; lantai tidak becek, licin atau kotor; gedung sekolah terletak jauh dari keramaian sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi


(39)

dalam belajar. Apabila hal-hal tersebut tidak terpenuhi maka proses belajar mengajar akan terhambat dan materi pelajaran tidak akan tercapai secara optimal.

Keadaan gedung sekolah yang memadai akan memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa bila didukung dengan pemilihan waktu sekolah yang tepat. Waktu sekolah adalah waktu terjadinya belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga memepengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah siang, sore, atau malam hari, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan optimal untuk menerima pelajaran. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolahsehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Akibatnya siswa akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Waktu yang tepat untuk siswa belajar yaitu pagi hari, karena pada pagi hari pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik, sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran lebih baik daripada siang hari.

Waktu belajar yang utama adalah di sekolah, maka diharapkan guru tidak terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan dirumah, agar siswa mempunyai waktu untuk kegiatan yang lain dirumah.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah bersifat fisik, sosial dan budaya yang semuanya secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa disekolah. Seluruh pihak sekolah harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang baik agar dapat memotivasi siswa dalam belajar dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.


(40)

2.1.3 Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar

Sebagai anggota masyarakat siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu kondisi lingkungan yang sehat turut mempengaruhi motivasi belajar. Menurut Uno (2014: 33) pada umumnya, motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh pengaruh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, dan diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan. Menurut Slameto (2013: 58) Dalam proses belajar haruslah memperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.

Motivasi belajar dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Seorang guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar tujuan dari pebelajaran dapat tercapai. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk siswa belajar merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru dalam memunculkan motivasi belajar siswa. Memberikan latihan-latihan secara berkala kepada siswa dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam belajar. Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan oleh guru dapat menciptakan kondisi lingkungan belajar yang baik bagi siswa.


(41)

2.2

Kajian Empiris

Kajian yang relevan dengan penelitian ini yaitu kajian tentang hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

Pertama, penelitian dari Muhammad Ahmad Ridho dengan judul “Pengaruh Lingkungan terhadap Motivasi Belajar dan Dampaknya terhadap Prestasi Belajar Siswa Kompetensi Keahlian Audio Video Smk Muh. Kutowinangun Kebumen”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar siswa.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Bayu Winarno (2012) dengan judul

“Pengaruh Lingkungan Belajar dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar Siswa Kompetensi Keahlian Teknik Otomasi Industri di Sekolah Menengah

KejuruanNegeri 2 Depok Yogyakarta”. Hasil penelitian menyatakan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan belajar terhadap hasil belajar siswa (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi berprestasi terhadap hasil belajar siswa (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan belajar dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap hasil belajar siswa

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Tin Herniyani, SE, MM (2011) dengan judul “Dampak Budaya Belajar dan Lingkungan Sekolah pada Motivasi

Belajar Murid”. Penelitian ini dilakukan di SD Swasta Al-Abid Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa.


(42)

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Hastuti Naibaho, Firmanto Adi, Veryco dan Sugiarto dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kampus terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan kampus berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Haryadi Pakpahan dengan judul

“Pengaruh Fasilitas dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa di Smk Raksana 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil dari penelitian ini menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMK Raksana 2 Medan tahun pelajaran 2012/2013.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Mustofa Setyo Ariwibowo (2011) dengan judul “Pengaruh Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Ppkn Angkatan 2008/2009 Universitas Ahmad Dahlan Semester Ganjil Tahun

Akademik 2010/2011”. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn angkatan 2008/2009 sebesar 7,3%.

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Mary Hanrahan dengan judul “The

effect of learning environment factors on students' motivation and learning” hasil dari penelitian menyatakan bahwa, meskipun siswa terlihat baik didalam kelas, dan menunjukan bahwa diri mereka memiliki motivasi untuk belajar, dalam konteks ini tingkat keterlibatan kognitif dipengaruhi oleh dua faktor yang saling terkait yaitu kontrol guru pada sebagian besar kegiatan, dan keyakinan siswa tentang belajar. Data menunjukkan bahwa baik faktor intrinsik maupun faktor


(43)

ekstrinsik dapat menyebabkan keterlibatan yang mendalam dalam motivasi belajar siswa.

Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Steve Higgins, Elaine Hall, Kate Wall, Pam Woolner, dan Caroline McCaughey dengan judul” The Impact of School Environments: A literature review” hasil dari penelitian ini yaitu elemen

fisik di lingkungan sekolah terbukti memiliki pengaruh terhadap guru dan peserta didik. Secara khusus, kontrol suhu, pencahayaan, kualitas udara yang tidak memadai dapat berpengaruh kepada konsentrasi, motivasi, kehadiran dan hasil belajar.

2.3

Kerangka Berpikir

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh beberapa komponen pendukungnya. Diantara sekian banyak komponen yang mendukung keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya yaitu motivasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Faktor dari luar siswa yang berkaitan erat dengan motivasi belajar adalah lingkungan belajar siswa. Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap motivasi belajar salah satunya yaitu lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga. Pendidikan di lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang cukup penting pada siswa dalam meraih prestasi belajar. Didalam lingkungan sekolah para siswa dididikuntuk menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan beringkah laku baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi, sebagai berikut:


(44)

Gambar 2.1 Skema kerangka berfikir

Bagan diatas menunjukan bahwa lingkungan sekolah (X) sebagai variabel bebas serta motivasi belajar (Y) sebagai variabel terikat. Dapat diartikan bahwa lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa.

2.4

Hipotesis

Menurut Sugiono (2013: 99) “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1)

Ho : Lingkungan sekolah tidak berpengaruh signifikan terhadap

motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

Ha : Lingkungan sekolah berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.

(2)

Hipotesis Statistik : Ho: ρ = 0

Ha:ρ ≠ 0

Lingkungan Belajar

sekolah keluarga masyarakat


(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bagian metode penelitian, akan diuraikan tentang: desain penelitian; populasi dan sampel; variabel penelitian; definisi operasional; teknik pengumpulan data; instrumen penelitian; analisis data.

3.1

Desain Penelitian

Desain penelitian digunakan untuk rencana penelitian sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan jenis penelitian kuantitatif. Effendi (2012: 3) menyatakan bahwa

“penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.”

Arikunto (2013: 4) menjelaskan bahwa “penelitian korelasional adalah

penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan/pengaruh antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan,

tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada”. Kemudian

Sugiono (2013: 11) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian survey tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 kecamatan Limpung kabupaten Batang. Pada penelitian ini terdapat satu variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).


(46)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

X: variabel bebas yaitu lingkungan sekolah Y: variabel terikat yaitu motivasi belajar

3.2

Populasi dan Sampel

Pada bagian populasi dan sampel, akan diuraikan tentang populasi penelitian dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

3.2.1 Populasi

Riduwan (2013: 10) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit pengukuran yang menjadi objek penelitian. Sementara Sugiyono (2013: 119) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang yang berjumlah 190 siswa. Alasan memilih populasi tersebut adalah masih dalam satu wilayah dan berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah serta guru kelas masing-masing

Lingkungan Sekolah (X)

Motivasi Belajar (Y)


(47)

memiliki kesamaan permasalahan pada motivasi belajar siswa. Berikut populasi dalam penelitian ini:

Tabel 3.1 Tabel Populasi

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SD N Sempu 47 siswa

2. SD N Dlisen 01 11 siswa

3. SD N Dlisen 02 20 siswa

4. SD N Rowosari 27 siswa

5. SD N Pungangan 01 19 siswa 6. SD N Pungangan 02 21 siswa 7. SD N Kalisalak 01 10 siswa 8. SD N Kalisalak 02 14 siswa

9. SD N Kalisalak 03 9 siswa

10. SD N Babadan 02 12 siswa

Jumlah 190 Siswa

Sumber: SD Negeri di Daerah binaan I Kecamatan Limpung Kabupaten Batang tahun pelajaran 2014/2015

3.2.2 Sampel

Sugiyono (2013: 120) menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan

sampel harus bersifat representatif (mewakili), karena apa yang dipelajari dalam sampel akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu, agar sampel yang diambil dapat representatif maka perlu dilakukan teknik sampling. Menurut

Sugiyono (2013: 121) “teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel”.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

probability sampling dengan jenis simple random sampling. Menurut Sugiyono

(2013: 122) “probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih


(48)

random sampling merupakan “cara pengambilan anggota sampel dari populasi

yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

itu”. Penggunaan simple random sampling karena setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk menjadi anggota sampel yang pengambilannya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Dalam pengambilan jumlah sampel peneliti menggunakan tabel Issac and Michael dengan taraf kesalahan 5%. Telah diketahui jumlah populasi yaitu 190 siswa maka dengan melihat tabel Issac and Michael jumlah anggota sampel sebanyak 123 siswa.

Dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil berupa sampel proporsi karena populasi di setiap sekolah berbeda. Arikunto (2013: 182) berpendapat

bahwa “ada kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak

sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding (proporsional) dengan banyaknya subjek pada masing-masing wilayah”.

Pengambilan sampel menggunakan rumus proporsional random sampling

menurut Sugiyono (1999: 67) yang dikutip oleh Riduwan (2013: 66) yaitu:

n

i

=

x n

Keterangan : ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya

Berdasarkan rumus di atas, maka dari jumlah siswa yang ada bisa diambil sampel yang digunakan sebagai penelitian seperti pada tabel di bawah ini.


(49)

Tabel 3.2 Penarikan Sampel Siswa Kelas V No. Nama Sekolah Jumlah

Populasi Proporsi

Sampel 1. SD N Sempu 47 siswa 47/190 x 123 = 30,42 31 2. SD N Dlisen 01 11 siswa 11/190 x 123 = 7,12 8 3. SD N Dlisen 02 20 siswa 20/190 x 123 = 12,94 13 4. SD N Rowosari 27 siswa 27/190 x 123 = 17,47 18 5. SD N Pungangan 01 19 siswa 19/190 x 123 = 12,3 13 6. SD N Pungangan 02 21 siswa 21/190 x 123 = 13,59 14 7. SD N Kalisalak 01 10 siswa 10/190 x 123 = 6,47 7 8. SD N Kalisalak 02 14 siswa 14/190 x 123 = 9,06 10 9. SD N Kalisalak 03 9 siswa 9/190 x 123 = 5,82 6 10. SD N Babadan 02 12 siswa 12/190 x 123 = 7,76 8

Jumlah Populasi 190 siswa Jumlah Sampel 128 siswa

Sugiyono (2013: 133) berpendapat bahwa apabila dalam perhitungan sampel menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas agar sampel yang diambil lebih aman. Oleh karena itu jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 128 siswa.

3.3

Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 63) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat, berikut penjelasannya.

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono 2011: 64). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah lingkungan sekolah (X).


(50)

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2011: 64). Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini ialah motivasi belajar (Y).

3.4

Definisi Operasional

Pada penelitian ini, variabel yang diteliti yaitu variabel lingkungan sekolah (X) dan variabel motivasi belajar (Y). Variabel-variabel tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut.

3.4.1 Lingkungan Sekolah (X)

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, dan metode belajar.

3.4.2 Motivasi Belajar (Y)

Motivasi merupakan dorongan/ rangsangan untuk mencapai tujuan tertentu. Pada penelitian ini, motivasi belajar terdiri dari tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukan minat terhadap macam-macam masalah, cepat bosan dengan tugas yang rutin, lebih senang bekerja mandiri, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal, adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya harapan dan cita-cita masa depan, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.


(51)

3.5

Teknik Pengumpulan Data

Riduwan (2013: 69) menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, dokumentasi dan observasi.

3.5.1 Angket atau kuesioner

Angket atau kuisioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Widoyoko 2013: 33). Menurut Sugiyono (2013: 193) “kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya”. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan bahwa angket cocok digunakan apa bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di beberapa wilayah. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban, kemudian reponden memilih jawabannya. Responden diminta untuk memberi tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini menggunakan skalalikert

dengan rentang 4. Angket akan diberikan kepada siswa kelas V sekolah dasar. Angket ini digunakan untuk memperoleh data lingkungan sekolah dan motivasi belajar siswa kelas V Sekolah Dasar di Daerah Binaan 1 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Berikut pengambilan skor tiap jawaban:


(52)

Jawaban sangat setuju/selalu diberi skor 4

Jawaban setuju/sering diberi skor 3

Jawaban tidak setuju/kadang-kadang diberi skor 2 Jawaban sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1 2) Apabila pernyataan dibuat negatif diberi skor sebagai berikut:

Jawaban sangat setuju/selalu diberi skor 1

Jawaban setuju/sering diberi skor 2

Jawaban tidak setuju/kadang-kadang diberi skor 3 Jawaban sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 4 3.5.2 Dokumentasi

Riduwan (2013: 58) berpendapat bahwa “dokumentasi ditujukan untuk

memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter dan

data yang relevan penelitian.” Dalam arti sempit dokumen berarti barang-barang atau benda-benda tertulis, sedangkan dalam arti yang lebih luas, dokumen bukan hanya berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol lainya (Widoyoko 2013: 50). Dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti ialah mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen yaitu jumlah siswa kelas V yang dapat dilihat pada lampiran 1, jumlah guru dan karyawan yang dapat dilihat pada lampiran 3, keadaan gedung sekolah yang dapat dilihat pada lampiran 4, profil sekolah yang dapat dilihat pada lampiran 5, dan tata tertib sekolah yang dapat dilihat pada lampiran 6.


(53)

Sugiyono (2013: 197) menjelaskan bahwa “observasi merupakan cara yang penting untuk mendapatkan informasi yang pasti tentang orang, karena apa

yang dikatakan belum tentu sama dengan apa yang dikerjakan.” Observasi biasa

diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek penelitian (Widoyoko 2013: 46). Observasi yang dilakukan oleh peneliti termasuk dalam observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dan hanya bertindak sebagai pengamat.

Peneliti menggunakan observasi terstruktur dengan mencatat hasil pengamatannya pada lembar observasi. Sugiono (2014: 146) menyebutkan bahwa

“observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya”. Pedoman observasi

pada penelitian ini berbentuk check list serta dilengkapi dengan video/foto hasil pengamatan peneliti. Peneliti mengamati kemunculan gejala pernyataan pada pedoman observasi.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu melakukan pengamatan sikap dan perilaku siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui motivasi belajar siswa di dalam kelas. Pada penelitian ini, observasi merupakan alat pendukung kesahihan angket yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 kecamatan Limpung kabupaten Batang. Observasi ini diharapkan dapat memberikan bukti kesahihan angket yang digunakan sebagai alat pengumpul data utama.


(54)

3.6

Instrumen Penelitian

Dalam suatu penelitian, seorang peneliti harus menggunakan alat ukur yang baik, yang biasanya disebut dengan instrumen penelitian. Menurut Widoyoko (2013: 51) “instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.” Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Arikunto 2013: 203). Lebih lanjut Sugiyono (2013: 135) menjelaskan bahwa

“instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti”.

Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian berdasarkan pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket atau kuesioner dan lembar observasi.

3.6.1 Angket atau Kuesioner

Pada penelitian ini, instrumen utama yang digunakan yaitu angket. Responden diminta untuk memberi tanda silang(x) pada kolom yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Pada penelitian ini menggunakan skala Likert. Sugiyono (2013: 136) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena sosial.” Skala penilaian yang digunakan yaitu skala 4. Widoyoko (2013:

106) berpendapat bahwa “skala empat lebih baik karena dengan skala empat

responden tidak memiliki peluang untuk bersikap netral sehingga responden dipaksa untuk menentukan sikap terhadap pernyataan atau pertanyaan dalam


(55)

Sebelum pembuatan angket uji coba, terlebih dahulu penelitimenentukan indikator yang kemudian dirumuskan ke dalam kisi-kisi angket uji coba yang dapat dilihat pada lampiran 8. Setelah kisi-kisi dibuat selanjutnya menyusun angket yang akan digunakan untuk uji coba yang dapat dilihat pada lampiran 9. Angket yang telah disusun harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan karena angket yang telah disusun belum merupakan angket yang valid dan reliabel. Uji coba angket ini diberikan kepada 39 siswa kelas V di luar populasi dan sampel penelitian, nama siswa uji coba dapat dilihan pada lampiran 7. Teknik sampling yang digunakan dalam uji coba angket adalah teknik

nonprobability sampling dengan jenis sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2013:

122) “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Lebih lanjut Sugiyono 2013: 64)

menjelaskan sampling jenuh merupakan “teknik pengambilan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel”. Sampel jenuh juga sering diartikan

sampel yang sudah maksimum, ditambah berapapun tidak akan mengubah keterwakilan. Dalam instrumen penelitian persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal ada dua macam, yaitu validitas dan reliabilitas.

3.6.2 Validitas

Arikunto (2013: 211) menjelaskan bahwa “validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu instrumen.” Menurut Widoyoko


(56)

(2013: 141) “Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur.”

Untuk mengetahui validitas angket maka angket harus diuji coba terlebih dahulu. Sebelum diuji cobakan, angket yang telah tersusun harus melalui uji validitas konstruk. Riduwan (2013: 98) menyatakan bahwa “untuk menguji

validitas konstruksi dapat digunakan pendapat ahli”. Ahli pada penelitian ini yaitu

Dra. Sri Sami Asih, M.Kes. Setelah angket divalidasi oleh ahli melalui validitas konstruk kemudian angket diujicobakan.

Data uji coba angket kemudian ditabulasikan untuk memperoleh skor guna menghitung hasil uji coba, dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 12. Dalam perhitungan validitas hasil uji coba peneliti menggunakan program SPSS versi 22. Rekap hasil perhitungan uji validitas terdapat pada lampiran 14. Dalam pengujian validitas item angket uji coba, diketahui n=39 maka r tabel pada taraf kesalahan

0,05 sebesar 0,316. Pengujian dilakukan dengan SPSS versi 22. Priyatno (2014: 55) menyatakan bahwa pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05 dengan kriteria pengambilan keputusan yaitu jika r hitung r tabel

(uji 2 sisi dengan sig. 0,05), maka instrumen dinyatakan valid. Namun, jika r hitung

r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05), maka instrumen dinyatakan tidak valid.

Dari perhitungan data dengan menggunakan program SPSS 22, dari 70 soal uji coba variabel motivasi belajar dan 70 soal uji coba variabel lingkungan sekolah, diperoleh soal yang valid sebanyak 41 soal variabel motivasi belajar dan 50 soal variabel lingkungan belajar. Butir soal yang tidak valid sebanyak 29 soal variabel motivasi belajar dan 20 soal variabel lingkungan sekolah.


(57)

3.6.3 Reliabilitas Angket

Sugiyono (2014: 168) berpendapat bahwa “Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.”Instrumen dikatakan reliabel apabila digunakan berkali-kali untuk mengukur tetap menghasilkan data yang sama.

Perhitungan uji reliabilitas angket motivasi belajar menggunakan program SPSS versi 22. Langkah-langkah uji reliabilitas yaitu pilih Analyze – Scale – Reliability Analysis. Pada kotak dialog Reliability Analysis, item-item yang valid dimasukkan pada kotak items. Selanjutnya pada statistics pada bagian

Descriptive for pilih Scale if Item Deleted kemudian Continue, pada Model pilih

Alpha lalu Ok. Hasilnya dapat dilihat pada lampiran 15.

Sebelum melakukan perhitungan dengan menu tersebut, data yang dimasukkan harus dipastikan hanya data item yang valid saja. Menurut Sekaran (1992) dalam Priyatno (2014: 64), “reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang

baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik.” Berdasarkan

pendapat tersebut dapat diambil keputusan jika r11> 0,6 maka reliabel, sedangkan

jika r11< 0,6 maka tidak reliabel.

Pengujian reliabilitas dilihat dari nilai pada tabel Reliability Statistics pada Cronbach’s Alpha. Dari 41 item pernyataan motivasi belajar dan 50 item pertanyaan lingkungan sekolah yang telah dinyatakan valid dan reliabel, dipilih 30 item pernyataan yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Pemilihan 30 item pernyataan disesuaikan dengan pendapat Sugiono (2013: 195) yakni jumlah pernyataan yang memadai adalah antara 20 sampai dengan 30 pertanyaan. Oleh


(58)

karena itu, peneliti mengambil 30 item pernyataan dari 41 item pernyataan motivasi belajar dan 50 item pertanyaan lingkungan sekolah yang telah dinyatakan valid dan reliabel. 30 item pernyataan untuk motivasi belajar yaitu 1, 2, 4, 5, 6, 7, 15, 16, 18, 19, 21, 29, 30, 31, 35, 36, 42, 43, 45, 46, 48, 50, 59, 60, 62, 63, 66, 67, 68, dan 69 sedangkan 30 item pertanyaan untuk lingkungan sekolah yaitu 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 41, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 61, 62, 63, 64, 65, 67, 69, dan 70. Selanjutnya dibuat kisi-kisi angket motivasi belajar yang dapat dilihat pada lampiran 10 dan kisi-kisi angket lingkungan sekolah yang dapat dilihat pada lampiran 11. Kemudian angket motivasi belajar dan lingkungan sekolah dapat dilihat pada lampiran 16.

3.6.4 Lembar Observasi

Dalam pembuatan lembar observasi, langkah awal yang harus dilakukan yaitu membuat kisi-kisi. Indikator yang digunakan yaitu indikator yang dapat diobservasi dan tidak memakan waktu lama karena terbatasnya waktu penelitian. Lembar observasi diisi peneliti sesuai dengan pengamatan yang dilakukan.

Pada penelitian ini, jumlah pernyataan pada lembar observasi terdiri atas 10 item pernyataan yang memuat kriteria kemunculan gejala perilaku siswa yang diamati. Lembar observasi ini diisi oleh peneliti sesuai dengan pengamatan yang dilakukan dan dibantu oleh guru kelas apabila ada item pernyataan yang kurang teramati. Setelah melakukan observasi, data observasi ditabulasikan agar memperoleh skor sehingga dapat diinterpretasikan. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 18. Hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kesahihan data dari hasil angket yang digunakan dalam penelitian.


(59)

3.7

Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, uji prasyarat analisis serta analisis akhir atau pengujian hipoteis. 3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan/ memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono 2013: 199). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum mengenai variabel lingkungan sekolah (X) dan motivasi belajar (Y).

Persentase skor dihitung dengan rumus berdasarkan penjelasan Riduwan (2013: 89), sebagai berikut:

P =

x 100%

Keterangan:

P = persentase

Sk = skor keseluruhan yang diperoleh

 Sm = jumlah skor maksimal 3.7.2 Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas. Penjelasannya sebagai berikut.

Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak.


(60)

Menurut Riduwan (2013: 121) uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (a) Uji Kertas Peluang Normal; (b) Uji Liliefors; (c) Uji

Chi-Kuadrat”. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan cara uji Liliefors. Peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 22 untuk menghitung normalitas data. Langkah-langkah menurut Priyatno (2014: 70) yaitu klik Analyze - Descriptive - Statistik - Eksplore. Kemudian masukan kedua variabel ke kotak

Dependent List. Klik Plots dan diberi tanda Cheklish (√) pada Normality Plots With TestContinueOK.

Hasil uji normalitas dengan uji lilliefors dapat dilihat pada output Tests of Normality bagian kolmogorov-smirnov pada nilai Sig. (signifikansi). Priyatno (2014: 74) menyatakan bahwa data normal jika sig> α, untuk taraf signifikan (α) 5%. “Jika signifikansi lebih dari 0,05, maka data berdistribusi normal.”

Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Dalam perhitungan uji linieritas ini, peneliti menggunakan program SPSS versi 22 dengan langkah-langkah menurut Priyatno (2014: 80) yaitu klik Analyze – Compare Means – Means. Varibel motivasi belajar siswa dimasukkan dalam kotak Dependent List, sementara variabel lingkungan sekolahdimasukkan pada kotak Independent List.

Kemudian pilih kotak dialog options dan mengaktifkan bagian Test for linearity. Pilih Continue lalu OK. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan yang linier,


(61)

apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Hasil uji linieritas dilihat pada output ANOVA Tabel pada kolom Sig.baris Linearity.

3.7.3 Analisis Akhir (pengujian hipotesis)

Analisis akhir dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi pearson product moment, analisis regresi sederhana dan koefisien determinasi.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis korelasi dilakukan dengan teknik korelasipearson product moment dengan rumus:

rXY = (Awalludin, 2008: 315)

Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X = Data dari angket variabel lingkungan sekolah Y = Data dari angket variabel motivasi belajar. N = Jumlah sampel

Uji korelasi pearson product moment menggunakan program SPSS versi 22dengan langkah-langkah sebagai berikut: klik Analyze – Correlate – Bivariate.

Masukkan kedua variabelke kotak Variables. Pada kotak Correlation Coefficients

pilihlah Pearson. Pada kotak Test Of Significan pilihlah two tailedlalu klik OK. (1) Jika rhitung< rtabel, atau nilai sig > 0,05, maka Ho diterima, berarti tidak ada

pengaruh positif lingkungan sekolahterhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 kecamatan Limpung kabupaten Batang.

} Y) ( Y N }{ X) ( X {N Y) X).( ( -XY N 2 2 2

2

  


(62)

Y = a + b X

(2) Jika rhitung> rtabel, atau nilai sig < 0,05, maka Ho ditolak, berarti ada pengaruh

positif lingkungan sekolahterhadap motivasi belajar siswa kelas V sekolah dasar di daerah binaan 1 kecamatan Limpunga kabupaten Batang.

Analisis Regresi Sederhana

Menurut Riduwan (2011: 147-155) Regresi sederhana adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil dengan kata lain regresi dapat diartikan sebagai usaha memperkirakan perubahan. Persamaan regresi dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan :

Y = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan. a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b =Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.

Dalam perhitungan analisis regresi linier sederhana, peneliti menggunakan program SPSS versi 22 dengan langkah-langkah sebagai berikut: klik Analyze – Regression – Linier. Masukkan variabel lingkungan sekolahke kotak Independent(s) dan variabel motivasi belajar pada kotak Dependent lalu klik OK. Pengujian hipotesis dilihat pada output ANOVA kolom Sig. Priyatno


(63)

(2014: 145) menyatakan bahwa jika sig > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Namun jika sig < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima

Koefisien Determinasi

Koefisiendeterminasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi yang dikalikan dengan 100%. Perhitungan koefisien determinsi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel Xmemberikan sumbangan atau ikut menentukan varIabel Y. Untuk menghitung koefisien determinasi peneliti menggunakan bantuan program SPSS versi 22 dengan langkah-langkah sebagai berikut : klik Analyze – Regression – Linier. Masukkan variabel lingkungan sekolah ke kotak Independent

dan variabel motivasi belajar siswa pada kotak Dependent lalu klik OK. Besar koefisien determinasi dilihat pada output Model Summary kolom R Square. Rumus koefisien determinan dicari dengan menggunakan rumus:

KD = R2 X 100% Keterangan:

KD = nilai koefisien determinan R = nilai koefisien korelasi (Riduwan 2013: 139)


(1)

SD N Pungangan 01


(2)

Lampiran 32

DOKUMENTASI OBSERVASI

SD N BABADAN 02


(3)

SD N DLISEN 02


(4)

SD N KALISALAK 02


(5)

SD N ROWOSARI


(6)

SD N PUNGANGAN 02


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI DAERAH BINAAN II KECAMATAN MARGASARI KABUPATEN TEGAL

0 20 294

PENGARUH KETERLIBATAN ORANGTUA DALAM BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE DAERAH BINAAN III KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

2 59 166

PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE DAERAH BINAAN R.A. KARTINI KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO

84 491 117

PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DAERAH BINAAN IV KECAMATAN CILACAP SELATAN KABUPATEN CILACAP

3 43 146

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DABIN IV KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

11 72 152

KONTRIBUSI MANAJEMEN KELAS MOTIVASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR Kontribusi Manajemen Kelas, Motivasi dan Lingkungan terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Dabin III Kecamatan Godong.

0 2 16

PENDAHULUAN Kontribusi Manajemen Kelas, Motivasi dan Lingkungan terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Dabin III Kecamatan Godong.

0 2 6

KONTRIBUSI MANAJEMEN KELAS MOTIVASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH Kontribusi Manajemen Kelas, Motivasi dan Lingkungan terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Dabin III Kecamatan Godong.

0 2 18

PENGARUH PERHATIAN ORANGTUA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DAERAH BINAAN I KECAMATAN PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG

0 0 75

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DABIN I KECAMATAN SRUWENG KABUPATEN KEBUMEN

2 6 61