PENGARUH FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DABIN IV KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

(1)

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR DABIN IV KECAMATAN PITURUH

KABUPATEN PURWOREJO

Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Kartika Wahyuningrum 1401410492

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Motto

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al-Insyiroh: 5)

Man jadda wajada

Sopo temen bakal tinemu

Siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil (Maqolah)

Jangan menyerah atas impianmu, impian memberimu tujuan hidup. Ingatlah, sukses bukan kunci kebahagiaan, kebahagiaanlah kunci sukses. Semangat ! (Penulis)

Persembahan

Untuk Bapak Kiswanto, Ibu Endang Widyaningrum, Mba Saptari Kusumaningrum dan adikku Arista Ageng Wijayaningrum, serta para sahabatku Ira, Rini, Widiyah, Imam, Singgih, Miftah, Devi dan Widy yang selalu mendoakan dan memotivasiku.


(6)

vi

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Fasilitas Belajar di Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo”. Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi, tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan studi.

2.

Prof. Dr. Fakhruddin,M.Pd.,Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin dalam penelitian dan penyusunan skripsi..

3.

Dra. Hartati, M.Pd., Ketua Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

4.

Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

5.

Drs. Sigit Yulianto, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

6.

Kepala SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.


(7)

vii

yang telah memberikan waktu dan bimbingannya dalam membantu penulis melaksanakan penelitian.

8.

Staf Guru, Karyawan, dan Siswa SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian.

9.

Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan dalam

penyusunan skripsi.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Tegal, Juni 2015


(8)

viii

Wahyuningrum, Kartika. 2014. Pengaruh Fasilitas Belajar di Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing:Drs. Sigit Yulianto, M.Pd.

Kata Kunci:Belajar; Fasilitas; Motivasi.

Motivasi belajar merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa demi keberhasilan belajarnya. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu fasilitas belajar di sekolah. Perbedaan fasilitas belajar di sekolah yang ada di setiap sekolah kemudian memunculkan motivasi belajar siswa yang berbeda-beda pula, seperti halnya motivasi belajar siswa kelas V SD Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) pengaruh fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

Metode dalam penelitian ini adalah ex postfacto dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD se-Dabin IV yang berjumlah 142 siswa, tetapi karena keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, maka dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 107 siswa yang ditentukan menggunakan rumus Proporsional Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket untuk fasilitas belajar di sekolah dan motivasi belajar siswa. Analisis data penelitian menggunakan regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai signifikansi sebesar 0,030. Oleh karena 0,030 < 0,05 maka H0ditolak dan Haditerima, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa, (2) hasil R sebesar 0,210 yang artinya terjadi hubungan yang rendah antara fasilitas belajar di sekolah dan motivasi belajar siswa, (3) koefisien determinasi (R2) 0,044 menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen sebesar 4,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 4,4% motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh fasilitas belajar di sekolah, sedangkan 95,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dibahas dalam penelitian.


(9)

ix

Halaman JUDUL ...

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

Bab 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.6.1 Manfaat Teoritis ... 8

1.6.2 Manfaat Praktis ... 8

2 KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kerangka Teori ... 9

2.1.1 Hakikat Sarana dan Prasarana ... 9

2.1.2 Standar Sarana dan Prasarana ……… ... 11

2.1.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana ... 13


(10)

x

2.1.6 Standar Minimum Sarana Pendidikan ... 18

2.1.7 Hakikat Motivasi Belajar ... 24

2.1.8 Strategi Motivasi Belajar ... 28

2.1.9 Indikator Pengukuran Motivasi ... 34

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Hipotesis Penelitian ... 42

3 METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Desain Penelitian ... 43

3.2 Populasi dan Sampel ... 44

3.2.1 Populasi ... 44

3.2.2 Sampel ... 45

3.3 Variabel dan Devinisi Operasional Variabel ... 47

3.3.1 Variabel Penelitian ... 47

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.4.1 Angket dan Kuesioner ... 52

3.4.2 Dokumentasi ... 52

3.5 Instrumen Penelitian ... 53

3.5.1 Validitas Instrumen ... 54

3.5.2 Realibilitas Instrumen ... 56

3.6 Analisis Data ... 57

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 57

3.6.2 Uji Prasyarat Analisis ... 58

3.6.3 Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis) ... 59

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1 Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 63

4.1.2 Analisis Deskriptif ... 64


(11)

xi

4.1.5 Analisis Koefisien Determinasi ... 76

4.2 Pembahasan ... 77

5 PENUTUP ... 82

5.1 Simpulan ... 82

5.2 Saran ... 83

Daftar Pustaka ... 85 Lampiran-lampiran ...


(12)

xii

Tabel Halaman

3.1 Tabel Populasi Penelitian ... 45

3.2 Tabel Sampel Penelitian Tiap Wilayah... 47

3.3 Tebel SkalaLikert ... 54

4.1 Tabel Deskripsi Data... 65

4.2 Tabel Indeks Variabel Motivasi Belajar ... 68

4.3 Tabel Indeks Variabel Fasilitas Belajar ... 70

4.4 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 72

4.5 Tabel Hasil Uji Linieritas... 73

4.6 Tabel Hasil Uji Regresi ... 74

4.7 Tabel Nilai B Persamaan Regresi ... 74


(13)

xiii

Gambar Halaman

2.1 Pola Kerangka Berpikir... 41 3.1 Gambar Desain Penelitian... 44 3.2 Diagram Variabel Penelitian... . 48


(14)

xiv

Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Siswa Populasi Penelitian ... 87

2 Daftar Nama Siswa Sampel Penelitian ... 89

3 Daftar Nama Siswa Sampel Uji Coba Angket ... 92

4 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar (Uji Coba) ... 93

5 Angket Motivasi Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar ... 97

6 Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar (setelah uji validitas dan reliabilitas) ... 102

7 Angket Penelitian Motivasi Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar ... 105

8 Tabel Pembantu Analisis Hasil Uji Coba Angket ... 108

9 Output Uji Validitas Uji Coba Angket... 112

10 Rekapitulasi Uji Validitas Uji Coba Angket ... 115

11 Output Uji Reliabilitas Uji Coba Angket ... 117

12 Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar... 118

13 Rekapitulasi Skor Angket Motivasi Belajar Siswa dan Fasilitas Belajar ... 134

14 Hasil Uji Normalitas ... 139

15 Hasil Uji Linieritas ... 140

16 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana ... 141

17 Surat Izin Penelitian... ... 143

18 Surat Rekomendasi Permohonan Izin Riset ... 144

19 Surat Keterangan Pengambilan Data ... 145


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia perlu adanya sebuah pendidikan yang berkualitas, pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk membangun potensi manusia. Seperti yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan bantuan dari masyarakat, upaya pemerintah dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu diselenggarakanya pendidikan melalui tiga jalur sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: “jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal”. Jalur pendidikan formal dilaksanakan di sekolah dan perguruan tinggi, pendidikan nonformal dilaksanakan melaluitaman pendidikan Al-Quran(TPA), khursus dan lain sebagainya, sedangkan pendidikan informal dilaksanakan didalam keluarga dan lingkungan. Salah satu jenjang pendidikan formal yaitu sekolah dasar (SD).


(16)

Pada sekolah dasar (SD) pendidikan berfungsi memberikan bekal dasar pengembangan kehidupan, baik kehidupan pribadi maupun masyarakat.

Pada pencapaian tujuan pendidikan perlu dilakukannya belajar, Whittaker dalam Aunurrahman(2014:35) mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman belajar. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan memang perlu adanya kegiatan belajar, Aunurrahman (2014:36-37) “mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan belajar yaitu (1).Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja,(2).Belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan, (3). Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.”

Motivasi dan belajar menurut Uno (2014:23) “Merupakan dua hal yang saling mempengaruhi”. Sehingga kegiatan belajar diperlukan adanya motivasi dalam diri siswa, karena menurut Gray dalam Majid(2013: 307) Mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan presistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan hakikat motivasi belajar menurut Uno (2014:23) “Dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku”. Motivasi belajar sangat diperlukan dalam suatu proses pembelajaran, agar siswa memiliki semangat dalam mencapai tujuan pendidikan. Bedasarkan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan.


(17)

Prawira (2011: 320) menyatakan secara lebih khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu segala sesuatu yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi.Jadi motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dalam diri maupun dari luar diri siswa dengan menciptakan serangkaian usaha menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Sejalan dengan hal ini Makmun (2009:40) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang dapat dijadikan indikator dalam pengukur motivasi, diantaranya:

(1) Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)

(2) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

(3) Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

(4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

(5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan. (6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau

target,dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

(7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak).

(8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.

Motivasi belajar menurut Dimyati dan Mujiono dalam Lukman Sunadi (2013:5) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu (1) cita-cita atau aspirasi siswa (2) kemampuan belajar (3) kondisi jasmani dan rohani siswa (4)


(18)

kondisi lingkungan kelas (5) unsur-unsur dinamis belajar (6) upaya guru dalam membelajarkan siswa. Kondisi lingkungan kelas dalam belajar mempengaruhi motivasi belajar yang dimaksud dengan kondisi lingkungan kelas yaitu kenyamanan tempat belajar dan juga fasilitas belajar yang memadai. Menurut Imron dalam Anjayani (2013:4) menjelaskan bahwa lingkungan fisik dan unsur dinamis dalam belajar mempengaruhi motivasi belajar. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah berupa kenyamanan ruang belajar dengan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai. Unsur dinamis dalam belajar adalah persiapan alat, bahan dan suasana belajar serta pemanfaatan sumber-sumber belajar.

Fasilitas dalam Heryati dan Muhsin(2014: 196) diartikan sebagai sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda ataupun uang. Jadi, fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif, dan efisien (Arikunto dan Yuliana 2008: 273). Sedangkan dalam Barnawi dan Arifin (2012:47) sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

Sejalan dengan yang dikemukaan oleh The Liang Gie (2003:33) bahwa “ untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas yang memadai antara lain tempat belajar, alat, waktu dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya fasilitas belajar adalah sesuatu yang memudahkan untuk belajar”. Fasilitas merupakan sarana yang dapat digunakan untuk menunjang kelancaran proses belajar siswa. Dalam


(19)

Barnawi dan Arifin (2012:49) Fasilitas belajar dapat diklasifikasi menjadi 3,yaitu (1) Habis Tidaknya (habis pakai dan tahan lama), (2) Bergerak tidaknya (bergerak dan tidak bergerak), (3) Hubungan dalam proses pembelajaran (alat pelajaran, alat peraga, dan media pembelajaran). Karena fasilitas dapat diklasifikasikan tentunya banyak macamnya, dari berbagai macam fasilitas belajar dinilai dapat menunjang berjalannya proses pembelajaran dengan baik. Untuk menilai suatu sekolah memiliki fasilitas belajar yang cukup atau tidak dapat di sesuaikan dengan standar fasilitas belajar yang ada, menurut Barnawi dan Arifin (2012: 106-169) sarana dan fasilitas belajar memiliki standar untuk (1) Ruang Kelas, (2) Ruang Perpustakaan, (3) Laboratorium IPA, (4) Ruang Pimpinan, (5) Ruang Guru, (6) Tempat Beribadah, (7) Ruang UKS, (8) Jamban, (9) Gudang, (10) Tempat Bermain atau Berolahraga.

Beberapa penelitian dengan variabel hampir sama telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan Yulianti Anjayani (2013) dengan judul “Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Produktif Atministrasi Perkantoran SMK Negeri 3 Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif atministrasi perkantoran SMK Negeri 3 Bandung. Selanjutnya ada penelitian dari Lukman Sunadi (2013) dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA Muhamadiyah 2 Surabaya”. Hasil penelitian secara stimultan ada pengaruh antara motivasi


(20)

belajar dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar dapat dilihat dari hasil analisis Fhitung 3,974306 > 3,12.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas V dan Kepala Sekolah, penulis menemukan bahwa pada beberapa sekolah tingkat motivasi belajarnya masih cenderung rendah, hal tersebut dilihat dari daftar kehadiran siswa serta wawancara dengan guru tentang apa yang menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa di beberapa sekolah se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Dabin ini meliputi 8 SD, yaitu SD N Megulungkidul, SD N Megulunglor, SD N Munggangsari, SD N Sepathi, SD N 1 Prapaglor, SD N 2 Prapaglor, SD N Sawangan, dan SD N Somogede.

Dari hasil wawancara tersebut penulis mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya motivasi belajar antara lain adalah kurangnya fasilitas belajar, kurangnya guru, dan juga kondisi geografis sekolah tersebut. Berhubung begitu banyak faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, disini peneliti hanya akan meneliti apakah benar fasilitas belajar di sekolah khususnya didalam kelas dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Fasilitas Belajardi Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar se-Dabin IVKecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo”

1.2

Identifikasi Masalah

Seperti yang telah dipaparkan pada latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

(1) Kurang lengkapnya fasilitas belajar yang ada di beberapa SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

(2) Kurangnya motivasi belajar pada beberapa siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.

(3) Kurangnya guru kelas di beberapa SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

(4) Kurangnya fasilitas belajar di sekolah mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

1.3

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar pelaksanaan penelitian lebih efektif dan efisien. Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

(1) Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pengaruh fasilitas belajar di sekolah khususnya di dalam kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

(2) Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh fasilitas belajar di kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo?”


(22)

1.5

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fasilitas belajar di kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

1.6

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain:

1.6.1 Manfaat Teoritis

Dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar.

1.6.2 Manfaat Praktis 1.6.2.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan serta pengalaman tentang manajemen pendidikan agar kelak dapat dipergunakan ketika jadi guru/pendidik

1.6.2.2 Bagi Pendidik

Diharapkan dapat dijadikan motivasi dalam mengajar agar dapat mempergunakan fasilitas yang ada secara maksimal.


(23)

9

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Kerangka Teori

2.1.1

Hakikat Sarana dan Prasarana

Pendidikan berkualitas memerlukan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tercapai, seperti gedung, kelas, meja, kursi, dan alat-alat media pembelajaran. Sementara prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan, seperti kebun, halaman, taman sekolah, dan jalan menuju sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan berperan penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan prasarana. Seperti dalam bukunya Heryati dan Muhsin (2014: 195) bahwa pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana. Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang “Standar Nasional Pendidikan merupakan standar pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi”.


(24)

Sarana pendidikan diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu (1) habis tidaknya dipakai; (2) bergerak tidaknya pada saat digunakan; (3) hubungannya dengan proses belajar mengajar. Dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama.

1) Sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segala bahan atau alat yang apabila digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contoh, kapur tulis, beberapa bahan kimia untuk praktik guru dan siswa, dsb. Selain itu, ada sarana pendidikan yang berubah bentuk, misalnya kayu, besi,dan kertas karton yang sering digunakan oleh guru dalam mengajar. Contoh: pita mesin ketik/komputer, bola lampu, dan kertas.

2) Sarana pendidikan tahan lama Sarana pendidikan tahan lama adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama. Contoh, bangku sekolah, mesin tulis, atlas, globe, dan beberapa peralatan olah raga.

Ditinjau dari bergerak tidaknya pada saat digunakan, ada dua macam sarana pendidikan, yaitu sarana pendidikan yang bergerak dan sarana pendidikan tidak bergerak.

1) Sarana pendidikan yang bergerak Sarana pendidikan yang bergerak adalah sarana pendidikan yang bisa digerakkan atau dipindah sesuai dengan kebutuhan pemakainya, contohnya: almari arsip sekolah, bangku sekolah, dsb.


(25)

2) Sarana pendidikan yang tidak, adalah semua sarana pendidikan yang tidak bisa atau relatif sangat sulit untuk dipindahkan, misalnya saluran dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Ditinjau dari hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar, Sarana Pendidikan dibedakan menjadi 3 macam bila ditinjaudari hubungannya dengan proses belajar mengajar, yaitu: alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran.

1) Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis, dan alat praktik. 2) Alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa

perbuatan-perbuatan atau benda-benda yang mudah memberi pengertian kepada anak didik berturut-turut dari yang abstrak sampai, dengan yang konkret.

3) Media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar, untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga jenis media, yaitu media audio, media visual, dan media audio visual.

2.1.2

Standar Sarana dan Prasarana

Dalam standar sarana prasarana sekolah terdapat hakikat dan dasar hukum sarana prasarana seperti dalam Heryanti dan Muhsin (2014:199-200):

(1) Pengertian standar sarana prasarana pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan


(26)

pengelolaannya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Sebagaimana ditetapkan dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 Bab XII pasal 45 ayat 1 dijelaskan bahwa: “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Pasal ini menekankan pentingnya sarana dan prasarana dalam satuan pendidikan, sebab tanpa didukung adanya sarana dan prasarana yang relevan, maka pendidikan tidak akan berjalan secara efektif.

(2) Tujuan standar sarana dan prasarana pendidikan

Tujuan standar sarana dan prasarana pendidikan yaitu mewujudkan situasi dan kondisi sekolah yang baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin dan menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi dalam pembelajaran.

(3) Hubungan antara sarana prasarana dan program pengajaran

Hubungan antara sarana prasarana dan program pengajaran adalah sebagai berikut (a) Jenis peralatan dan perlengkapan yang disediakan di sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar. (b) Persediaan sarana dan prasarana yang kurang dapat menghambat proses belajar mengajar. Demikian pula, administrasinya yang jelek akan mengurangi kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut. Penyediaan sarana


(27)

di sekolah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik serta kegunaan hasilnya pada masa mendatang.

(4) Dasar Hukum

Dasar hukum tentang sarana dan prasarana sebagai kebutuhan utama sekolah yang harus terpenuhi adalah (a) Amanat Undang-Uandang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tentang Kebijakan Operasional Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Persekolahan, (b) Peraturan Pemerintah No.19tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, (c) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI,SMP/MTs, SMA/MA.Yang terdapat pada dasar hukum tersebut, sarana prasarana di sekolah diatur menjadi 3 pokok bahasan, yaitu lahan, bangunan, dan kelengkapan sarana prasarana sekolah.

2.1.3

Prinsip-Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana

Dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan maksimal. Menurut Bafadal (2014:5-6) prinsip- prinsip tersebut adalah (1) Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh opersonel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah, (2) Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaian juga harus hati-hati


(28)

agar mengurangi pemborosan, (3) Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, intruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang berwenang, (4) Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan prasarana di sekolah harus didelegasikan kepada personel sekolah yang mampu tanggung jawab. Apabila melibatkan banyak personel sekolah dalam manajemenya, perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personel sekolah, (5) Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.

Sedangkan menurut Hunt Pierce dalam Barnawi dan Arifin (2012:82-83), prinsip-prinsip dasar dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut (1) Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambarkan cita dan citra masyarakat seperti halnya yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan, (2) Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dan dengan pertimbangan suatu tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat, (3) Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya karakter mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di waktu belajar, bekerja, dan bermain sesuai dengan bakat mereka masing-masing, (4) Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah serta alat-alatnya hendaknya disesuaikan dengan kepentingan serta


(29)

kegunaan atau manfaat bagi anak-anak/murid-murid dan guru-guru, (5) Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif, melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi bangunan dan perlengkapannya, (6) Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk mengenal, baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakan dengan tepat fungsi bangunan dan perlengkapannya, (7) Sebagai penanggung jawab harus mampu memelihara dan menggunakan bangunan dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, keamanan, kebahagiaan, dan keindahan serta kemajuan dari sekolah dan masyarakat, (8) Sebagai penanggung jawab sekolah bukan hanya mengetahui kekayaan sekolah yang dipercayakan kepadanya, melainkan harus memperhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya.

Dari beberapa prinsip tersebut dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana sekolah sengaja di adakan untuk menunjang terlaksananya proses belajar mengajar secara maksimal, karena kualitas sarana dan prasarana merupakan simbol kualitas pendidikan yang ada di sekolah tersebut. Sarana dan prasarana merupakan tanggung jawab kepala sekolah.

2.1.4 Hakikat Fasilitas dan Sarana Pendidikan

Fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda ataupun uang. Jadi, fasilitas dapat disamakan dengan sarana.Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan


(30)

menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar,mengajar seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur , efektif dan efisien.

Menurut Bafadal (2014:2) “Sarana pendidikan adalah semua perangkatan peralatan,bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah”. Benda-benda pendidikan tersebut dapat digolongkan sebagai berikut dalam Heryati dan Muhsin (2014:197-198):

(1) Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM dibagi menjadi dua yaitu berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan) dan berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap PBM

(2) Ditinjau dari jenisnya terdapat dua jenis yang pertama, fasilitas fisik atau fasilitas material, yaitu segala sesuatu yang berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan PBM, seperti komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya.Kedua fasilitas nonfisik, yaitu sesuatu yang bukan benda mati, atau kurang dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peran untuk memudahkan atau melancarkan suatu usaha, seperti manusia, jasa, uang.

(3) Ditinjau dari sifat barangnya terdapat beberapa jenis, Pertama, barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.Kedua, barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak


(31)

berfungsi lagi,seperti kapur tulis, tinta, kertas, sepidol, penghapus, sapu dan sebagainya. (keputusan mentri keuangan nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971). Ketiga, barang tidak habis pakai, yaitu barang-barang yang dapat dipakai berulang-ulang serta tidak susut volumenya ketika digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan, dan sebagainya.Keempat, barang tidak bergerak, yaitu barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak dapat dipindahkan, seperti tanah, bangunan/gedung, menara air, dan sebagainya.

2.1.5

Fungsi Peran Fasilitas dan Sarana Pendidikan

Dilihat dari fungsinya atau peranannya, sarana pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 seperti dalam Arikunto dan Yuliana (2014:274) Alat Pelajaran, adalah semua benda yang dapat digunakan secara langsung oleh guru maupun siswa dalam proses belajar mengajar. Buku tulis, gambar-gambar, alat-alat tulis ataupun alat-alat-alat-alat praktek semua termasuk dalam lingkup pelajaran. Alat Peraga, adalah semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan dari yang paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat mempermudah pemberian pengertian kepada siswa. Dengan pengetian ini, maka alat pelajaran dapat termasuk ruang lingkup alat peraga, tapi belum tentu alat pelajaran itu merupakan alat peraga. Media Pendidikan, adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pendidkan, tetapi dapat juga sebagai


(32)

pengganti peranan guru.Menurut klasifikasi indera yang digunakan ada 3 jenis media yaitu:

(1) Media audio, media untuk pendengaran (media pendengar) (2) Media visual, media untuk penglihatan (media tampak)

(3) Media audio-visual, media untuk pendengaran dan penglihatan.

2.1.6

Standar Minimum Sarana Pendidikan

Sarana atau fasilitas pendidikan memiliki standar seperti dalam Barnawi dan Arifin (2012:106-169):

(1) Ruang Kelas

Ruang kelas dilengkapi sarana sebagai berikut:

(a) 1 buah kursi/peserta didik, kursi harus kuat, stabil dan mudah dipindahkan oleh siswa. Ukuran sesuai dengan kelompok usia siswa dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik,minimum dibedakan desainya antara kelas 1-3 dan kelas 4-6. Desain dudukan dan sandaran membuat siswa nyaman belajar.

(b) Meja peserta didik 1 buah/peserta didik. Meja harus kuat, stabil, dan mudah dipindah oleh siswa. Ukuran sesuai dengan kelompok usia siswa dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik,minimum dibedakan untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6. Desain memungkinkan kaki siswa masuk dengan leluasa kebawah meja.

(c) Kursi guru 1 buah/guru. Kursi harus kuat, stabil dan mudah dipindahkan. (d) Meja guru 1buah /guru. Meja harus kuat,stabil dan mudah dipindahkan.


(33)

(e) Lemari 1 buah/ruang. Ukuran memadai untuk menyimpan perlengkapan yang diperlukan kelas. Tertutup dan dapat dikunci.

(f) Rak hasil karya siswa 1 buah /ruang. Ukuran memadai untuk meletakan hasil karya seluruh siswa yang ada di kelas. Dapat berupa rak terbuka atau lemari.

(g) Papan panjang 1 buah/ruang. Ukuran minimum 60 cm x 120 cm. (h) Alat Peraga sesuai dengan daftar sarana laboratorium IPA

(i) Papan tulis 1 buah/ruang. Ukuran minimum 90cm x 200cm. Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh siswa melihatnya dengan jelas. (j) Tempat sampah 1 buah/ruang.

(k) Tempat cuci tangan 1 buah/ruang. (l) Jam dinding 1 buah/ruang.

(m)Soket listrik 1 buah/ruang. (2) Ruang Perpustakaan

Ketentuan sarana perpustakaan yaitu:

(a) Buku teks pelajaran 1 eksemplar/mata pelajaran/siswa, ditambah 2 eksemplar/mata pelajaran/sekolah. Termasuk dalam daftar buku yang ditetapkan oleh Mendiknas dan daftar buku teks muatan lokal yang ditetapkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.

(b) Buku panduan pendidikan 1 eksemplar/mata pelajaran/guru mata pelajaran yang bersangkutan, ditambah 1 eksemplar/mata pelajaran/sekolah.

(c) Buku pengayaan 840 judul/sekolah, terdiri dari 60% non-fiksi dan 40% fiksi.


(34)

(d) Buku referensi 10judul/sekolah. Sekurang-kurangnya meliputi Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus Bahasa Inggris, Ensiklopedi, buku statistik daerah, buku telepon, kitab undang-undang dan peraturan, dan kitab suci. (e) Sumber belajar lain 10 judul/sekolah.

(f) Rak buku 1set/sekolah. (g) Rak majalah 1 buah/sekolah. (h) Rak surat kabar 1 buah/sekolah. (i) Meja baca 10 buah/sekolah. (j) Kursi baca 10 buah/sekolah. (k) Kursi kerja 1buah/petugas.

(l) Meja kerja/sirkulasi 1 buah /petugas. (m)Lemari katalog 1 buah/sekolah. (n) Lemari 1 buah/sekolah.

(o) Papan pengumuman 1 buah /sekolah. Ukuran minimum 1meter (p) Meja multimedia 1 buah/sekolah.

(q) Peralatan multimedia 1 set/sekolah. (r) Buku inventaris 1 buah/sekolah. (s) Tempat sampah 1 buah/ruang. (t) Seket listrik 1 buah/ruang. (u) Jam dinding 1 buah/ruang. (3) Laboratorium IPA

Setiap satuan pendidikan dilengkapi sarana laboratorium IPA seperti: (a) Lemari 1 buah/sekolah.


(35)

(b) Model kerangka manusia 1 buah/sekolah. (c) Model tubuh manusia 1buah /sekolah. (d) Globe 1 buah/sekolah.

(e) Model tata surya 1 buah/sekolah. (f) Kaca pembesar 6 buah/sekolah. (g) Cermin datar 6 buah/sekolah. (h) Cermin cekung 6 buah/sekolah. (i) Cermin cembung 6 buah/sekolah. (j) Lensa datar 6 buah/sekolah. (k) Lensa cekung 6 buah/sekolah. (l) Lensa cembung 6 buah/sekolah. (m)Magnet batang 6 buah/sekolah.

(n) Poster IPA, terdiri dari metamorfosis, hewan langka, hewan dilindungi, tanaman khas Indonesia, contoh ekosistem, dan sitem-sistem pernafasan hewan, 1 set/sekolah. Jelas terbaca dan berwarna, ukuran minimum A1. (4) Ruang Pimpinan

Ruang pimpinan dilengkapi sarana berikut: (a) Kursi pemimpin 1 buah /ruang.

(b) Meja pemimpin 1 buah /ruang. (c) Kursi dan meja tamu 1 set/ruang. (d) Lemari 1 buah/ruang.

(e) Papan statistik 1 buah/ruang. (f) Simbol kenegaraan 1 set/ruang.


(36)

(g) Tempat sampah 1 buah /ruang. (h) Mesin ketik/komputer 1 set/sekolah. (i) Filing cabinet 1 buah/sekolah. (j) Brankas 1 buah/sekolah. (k) Jam dinding 1 buah/ruang. (5) Ruang Guru

(a) Kursi kerja 1 buah/guru. (b) Meja kerja 1 buah/guru.

(c) Lemari 1 buah/guru atau 1 buah yang digunakan bersama oleh semua guru.

(d) Papan statistik 1 buah/sekolah. (e) Papan pengumuman 1 buah/sekolah. (f) Perlengkapan Lain

(g) Tempat sampah 1 buah/ruang. (h) Tempat cuci tangan 1 buah/ruang. (i) Jam dinding 1 buah/ruang.

(j) Penanda waktu 1 buah/sekolah. (6) Tempat Beribadah

(a) Lemari/rak 1 buah/tempat ibadah.

(b) Perlengkapan ibadah disesuaikan dengan kebutuhan (c) Jam dinding 1 buah/tempat ibadah.

(7) Ruang UKS


(37)

(b) Lemari 1 buah/ruang, dapat dikunci. (c) Meja 1 buah/ruang.

(d) Kursi 2 buah/ruang.

(e) Catatan peserta didik 1 set/ruang. (f) Perlengkapan p3k 1 set/ruang. (g) Tandu 1 buah/ruang.

(h) Selimut 1 buah/ruang. (i) Tensimeter 1 buah /ruang. (j) Termometer 1 buah/ruang. (k) Timbangan badan 1 buah/ruang. (l) Pengukur tinggi badan 1 buah/ruang. (m)Tempat sampah 1 buah/ruang. (n) Tempat cuci tangan 1 buah/ruang. (o) Jam dinding 1 buah/ruang.

(8) Jamban

(a) Kloset jongkok 1 buah/ruang. Saluran berbentuk leher angsa.

(b) Tempat air 1 buah/ruang. Volume minimum 200 liter. Berisi air bersih. (c) Gayung 1 buah/ruang.

(d) Gantungan pakaian 1 buah/ruang. (e) Tempat sampah 1 buah/ruang, (9) Gudang

(a) Lemari 1 buah/ruang. (b) Rak 1 buah/ruang.


(38)

(10)Tempat bermain atau berolahraga (a) Tiang bendera 1buah/sekolah. (b) Bendera 1 buah/sekolah.

(c) Peralatan bola voli 1 set/sekolah. (d) Peralatan sepakbola 1 set/sekolah. (e) Peralatan senam 1 set/sekolah. (f) Peralatan atletik 1 set/sekolah. (g) Peralatan seni budaya 1 set/sekolah. (h) Peralatan keterampilan 1 set/sekolah. (i) Pengeras suara 1 set/sekolah.

(j) Tape recorder 1 buah/sekolah.

2.1.7

Hakikat Motivasi Belajar

(1) Pengertian Motivasi Belajar

Sesuai dengan buku Prawira (2014:319) Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang diberi dorongan tersebut dapat bergerak. A.W. Bernard memberikan pengertian motivasi sebagai fenomena yang dapat dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kearah tujuan-tujuan tertentu.

Menurut Mc. Donal dalam Sadirman (2009: 73-75) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya


(39)

felling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting.

(a) Bahwa motivasi itu mewakili terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi didalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

(b) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentuan tingkh laku manusia.

(c) Motivasi akan dirangsangkarena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi munculnya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut dengan kebutuhan.

Dengan adanya ketiga elemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua itu didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.Motivasi juga dapat dikatakan


(40)

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga kegiatan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan” karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakan siswa untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan banyak mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar.

(2) Fungsi motivasi belajar

Dalam kegiatan belajar diperlukan adanya motivasi. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Dalam Sardiman A.M. (2009 : 85) Ada tiga fungsi motivasi:

(a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalan hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

(b) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.


(41)

(c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi tujuan dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Selain itu ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prsetasi yang baik. Intensitas motivasi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

(3) Ciri-Ciri Motivasi

Menurut Sardiman A.M. (2013:83) motivasi yang ada di dalam diri setiap orang memiliki ciri-ciri:

(a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

(b) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). (c) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah. (d) Lebih senang bekerja sendiri.

(e) Cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin. (f) Dapat mempertahankan pendapatnya.

(g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. (h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri diatas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi itu akan sangat


(42)

penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan soal, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak dalam sesuatu yang retinitis dan mekanis. Siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa juga harus peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahanya. Hal tersebut harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

(4) Faktor-faktor motivasi belajar

Motivasi belajar menurut Dimyati dan Mujiono dalam Lukman Sunadi (2013:5) terdapat beberapa faktor yaitu (a) cita-cita atau aspirasi siswa (b) kemampuan belajar (c) kondisi jasmani dan rohani siswa (d) kondisi lingkungan kelas (e) unsur-unsur dinamis belajar (f) upaya guru dalam membelajarkan siswa.Beberapa faktor tersebut dapat mempengaruhi adanya motivasi pada diri siswa, dengan adanya motivasi belajar yang timbul maka proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan dinilai dapat maksimal.

2.1.8

Strategi Motivasi Belajar

Pembelajaran hendaknya mampu meningkatkan motivasi intrinsik siswa sebanyak mungkin. Hal ini sejalan dalam Rifa’i dan Anni (2011: 186-187) bahwa pendidik harus mampu menarik minat dan meningkatkan hasrat


(43)

ingin tahu siswa terhadap materi yang disajikan. Untuk mencapai kearah itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan pendidik dalam meningktkan motivasi instrinsik siswa.

(1) Membangkitkan minat belajar

Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting, untuk itu tunjukanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi mereka. Demikian juga tujuan pembelajaran yang penting adalah membenagkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai pelajaran yang akan datang, karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan motivasi intrinsik siswa tentang materi pembelajaran yang disajiakn oleh pendidik. Cara lain yang dapat dilakukan adalah memberi pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari dan bagaimana cara mempelajarinya. (2) Mendorong rasa ingin tahu

Pendidik yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu siswa didalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus, diskoveri, inkuiri, diskusi, curah pendapat dan sebagainya merupakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu siswa.

(3) Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik

Motivasi instrinsik untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan materi pembelajaran yang menarik dan juga menggunakan variasi metode pembelajaran. Misalnya untuk membangkitkan minat belajar siswa


(44)

dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, bermain peran, dan lainya.

(4) Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar

Prinsip yang mendasar dari motvasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain. Oleh karena itu pendidik hendaknya mendorong dan membantu siswa agar merumuskan dan mencapai tujuan belajarnya sendiri.

Menurut Majid (2013:321-325) dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran memaparkan beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk memotivasi siswa didalam kelas.

(1) Gunakan metode dan kegiatan yang beragam

Melakukan hal yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan dan menurunkan semangat belajar. Siswa yang bosan cenderung akan mengganggu proses belajar. Variasi akan membuat siswa tetap konsentrasi dan termotivasi. Sesekali mencoba sesuatu yang berbeda dengan menggunakan metode belajar yang bervariasi didalam kelas.

(2) Jadikan siswa peserta aktif

Pada usia muda sebaiknyak diisi dengan melakukan kegiatan, berkreasi, menulis, berpetualang, mendesain, menciptakan sesuatu, dan menyelesaikan suatu masalah. Jangan jadikan siswa peserta pasif di kelas karena dapat menurunkan minat dan mengurangi rasa keingintahuanya. Gunakanlah metode


(45)

belajar yang aktif dengan memberikan siswa tugas berupa simulasi pengelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. (3) Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai

Buatlah proses belajar yang cocok dengan siswa dan sesuai minat mereka sehingga menarik karena mereka dapat melihat tujuan dari belajar. Buatlah tugas yang menantang dan realistis. Realistis dalam pengertian bahwa standar tugas cukup berbobot untuk memotivasi siswa dalam menyelesaikan tugas sebaik mungkin, tetapi tidak terlalu sulit agar jangan banyak siswa yang gagal dan berakibat turunya semangat untuk belajar.

(4) Ciptakan suasana kelas yang kondusif

Kelas yang aman tidak mendikte dan cenderung mendukung siswa untuk berusaha dan belajar sesuai minatnya akan menumbuhkan motivasi untuk belajar. Apabila siswa belajar disuatu kelas yang menghargai dan menghormati mereka dan tidak hanya memandang kemampuan akademis mereka, mereka cenderung terdorong untuk terus mengikuti proses belajar. (5) Berikan tugas secara proporsional

Jangan hanya berorientasi pada nilai dan beri penekanan pada penguasaan materi. Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan dengan nilai. Hal tersebut dapat menurunkan semangat siswa yang kurang mampu memenuhi stanadr dan berakibat siswa yang bersangkutan merasa dirinya gagal


(46)

(6) Libatkan diri anda untuk membantu siswa mencapai hasil mereka.

Arahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar, jangan hanya terpaku pada hasil ujian atau tugas. Bantulah siswa dalam mencapai tujuan pribadinya dan terus pantau perkembang

(7) Berikan petunjuk pada siswa agar sukses dalam belajar

Jangan membiarkan siswa berjuang sendiri dalam belajar. Sampaikan kepada mereka apa yang perlu dilakukan.

(8) Hindari kompetensi antarpribadi

Kompetisi dapat menimbulkan kekhawatiran yang bisa berdampak buruk bagi proses belajar dan sebagian siswa akan cenderung bertindak curang. Kurngi peluang dan kecenderungan untuk membandingkan satu siswa dengan yang lainya dan menciptakan perpecahan diantara siswa.

(9) Berikan masukan

Berikan masukan kepada siswa dalam mengerjakan tugas mereka. Gunakan kata-kata yang positif dalam memberikan komentar. Para siswa akan lebih termotivasi terhadap kata-kata positif dibandingkan dengan ungkapan negatif. Komentar positif akan membangun kepercayaan diri.

(10)Hargai kesuksesan dan keteladanan

Hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan performa rendah yang ditunjukan kepada siswa. Akan lebih baik bila menggunakan apresepsi bagi siswa yang menunjukkan kelakuan dan kinerja yangbaik. Ungkapan positif dan dorongan sukses bagi siswa anda merupakan penggerak yang sangat berpengaruh dan memberikan aspirasi bagi siswa yang lain untuk berprestasi.


(47)

(11) Antusias dalam mengajar

Antusiasme seorang guru dalam mengajar merupakan faktor yang penting untuk menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Bila terlihat bosan adn kurang antusias, para siswa akan menunjukkan hal serupa. Upayakan untuk selalu tampil baik, percaya diri dan antusias didepan kelas.

(12)Tentukan standar yang tinggi (tetapi realistis) bagi seluruh siswa

Standar yang diharapkan oleh para guru terhadap siswanya memiliki dampak yang signifikan terhadap performa dan kepercayaan diri siswa.

(13) Pemberian penghargaan untuk memotivasi

Pemberian penghargaan seperti nilai, hadiah, dan sebagainya, mungkin efektif bagi siswa, tetapi metode ini harus digunakan secara hati-hati karena berpotensi menciptakan kompetensi.

(14) Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas

Buatlah aktifitas yang melibatkan siswa di dalam kelas. Hal ini akan membagi pengetahuan, gagasan dan penyelesaian tugas-tugas individu siswa dengan seluruh siswa di kelas tersebut.

(15) Hindari penggunaan ancaman

Jangan mengancam siswa dengan kekerasan, hukuman ataupu nilai rendah. Bagi sebagian siswa ancaman untuk memberi nilai rendah mungkin efektif, tetapi hal itu dapat memicu siswa untuk mengambil jalan pintas.

(16) Hindarilah komentar buruk

Gunakan komentar yang positif dan perilaku yang baik. Banyak siswa yang percaya diri akan performa dan kemampuan mereka. Jangan buat pernyataan


(48)

yang negatif kepada para siswa di kelas anda berkaitan dengan perilaku dan kemampuan mereka. Apabila tidak hati-hati kepercayaan diri mereka akan jatuh.

(17) Kenali minat siswa

Para siswa mungkin berada didalam satu kelas, tetapi mereka mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Pahamilah siswa, bagaimana tanggapan mereka terhadap materi dan apa minat, cita-cita, harapan, dan kekhawatiran mereka.

(18) Peduli dengan siswa

Para siswa akan menunjukkan minat dan motivasi pada para guru yang memiliki perhatian. Perhatian bahwa guru memandang para siswa sebagai layaknya manusia normal dan perhatikan bahwa mereka mendapatkan proses pembelajaran dan bukan hanya sekedar nilai karena hal tersebut tercermin pada kemampuan seorang guru.

2.1.9

Indikator Pengukuran Motivasi Belajar

Pengukuran motivasi belajar menurut Makmun (2009:40) dapat dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa indikatornya, antara lain:

(1) Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)

(2) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

(3) Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.

(4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

(5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.


(49)

(6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target,dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

(7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)

(8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan

2.2

Hasil Penelitian yang Relevan

Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah kajian tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya:

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Yulianti Anjayani (2013) dengan judul “Pengaruh Fasilitas Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Produktif Atministrasi Perkantoran SMK Negeri 3 Bandung”. Penelitian ini menggunakan metode explanatory survey. Pendekatan yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik angket. Analisis data menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif atministrasi perkantoran SMK Negeri 3 Bandung.

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Haryadi Pakpahan (2012) dengan judul “pengaruh fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa di SMK Raksana 2 Medan Tahun Ajaran 2012/2013”. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan metode statistik regresi linear ganda yang diperoleh Ŷ = 13,365 +0,784X + 0,324X . Hal ini menunjukkan bahwa nilai Y dipengaruhi X dan X . Untuk menguji hipotesis,


(50)

digunakan uji “F” pada tarafsignifikan 95% atau alpha 0,05 dengan hasil 20,539 dengan demikian Fdibandingkan dengan F yaitu 20,539 > 3,115. Hasil penelitian menyatakanterdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar dan lingkunganbelajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X Administrasi Perkantoran SMKRaksana 2 Medan T.P. 2012/2013.

(3) Penelitian yang dilakukan oleh Lukman Sunadi (2013) dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar dan Pemanfaatan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS di SMA Muhamadiyah 2 Surabaya”, metode penelitian ini menggunakan Asosiatif dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda, uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang terdiri dari uji t dan uji F. Secara stimultan ada pengaruh antara motivasi belajar dan pemanfaatan fasilitas belajar terhadap prestasi belajar, dapat dilihat dari hasil analisis Fhitung 3,974306 > 3,12.

(4) Penelitian yang dilakukan oleh Andaru Werdayanti (2003) yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Guru dalam Proses Belajar Mengajar di Kelas dan Fasilitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa”, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan 2 analisis data yaitu analisis deskriptif presentase dan regresi berganda, hasil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh antara guru dalam proses mengajar di kelas dan fasilitas belajar terhadap motivasi belajar siswa kelas X SMA N 1 Sukorejo Kendal diterima sebesar 41,20%.


(51)

(5) Penelitian yang dilakukan oleh Mathias Angger Yudistira dan Sri Rum Giyarsih (2012) yang berjudul “ Pengaruh Keberadaan Fasilitas Pendidikan Terhadap Pola Keruangan Lahan Terbangun”, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sensus dan survai, selanjutnya di olah mengunakan penampalan kemudian di analisis menggunakan teknik diskriptif-eksplanasi. Hasil dari penelitian ini yaitu fasilitas pendidikan yang memberikan pengaruh terhadap pola keruangan lahan terbangun di kecamatan Depok adalah fasilitas pendidikan jenjang SMA dan Perguruan tinggi.

(6) Penelitian yang dilakukan oleh Arum Mulia Sari (2014) yang berjudul “Pengaruh Minat dan Fasilitas Belajar terhadap Motivasi dan Implikasinya terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi”. Metode penelitian yang digunakan yaitu survey explanatory. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah path analysis yaitu model yang digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Hasil penelitian yang dilakukan membuktikan pengaruh minat belajar terhadap motivasi sebesar 35,2%, pengaruh fasilitas belajar terhadap motivasi sebesar 17,8%, pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar sebesar 15,2%, pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar sebesar 58,5%, pengaruh motivasi terhadap hasil belajar sebesar 20,9%.

(7) Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Raflian Giantera (2013) yang berjudul “Pengaruh Fasilitas Belajar Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar


(52)

Siswa Mata Pelajaran Peralatan Kantor Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Cokroaminoto 1 Banjarnegara”. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif persentase dan analisis regresi berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis regresi linier berganda diperoleh persamaan: Y = 38,519 + 0,541X1 + 0,249X2Uji F yang diperoleh Fhitung = 60,005, sehingga H3 diterima. Secara parsial (uji t) fasilitas belajar (X1) diperoleh thitung = 5,445, sehingga H1diterima. Variabel motivasi belajar (X2) diperoleh thitung= 2,847, sehingga H2diterima. Secara simultan (R2) fasilitas belajardan motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa sebesar 69,40%.Simpulan penelitian ini adalah fasilitas belajar dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar baik secara simultan maupun parsial.

(8) Penelitian yang dilakukan oleh Ria Risty Rahmawati (2013) yang berjudul “Hubungan Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif korelasional. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hipotesis pertama “Ada hubungan positif yang signifikan antara Fasilitas Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013, diterima”. Hal ini dapat dilihat dari analisis data yang menunjukkan nilai (r) sebesar 0,545 dan (ρ) = 0,000. Hipotesis kedua “Ada hubungan positif yang signifikan antara Lingkungan


(53)

Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan nilai (r) sebesar 0,559 dan (ρ) = 0,000. Hipotesis ketiga “Ada hubungan positif yang signifikan secara bersama-sama Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan data (r) sebesar 0,448 dan (ρ) = 0,000.

(9) Penelitian yang dilakukan oleh Cynthia Uline dari San Diego State University, California, USA dan Megan Tschannen-Moran dari The College of William and Mary, Williamsburg, Virginia, USA (2007) yang berjudul The wall speak: the interplay of quality facilities, a school climate and student achievement “Dinding berbicara: pengaruh fasilitas berkualitas, iklim sekolah

dan prestasi siswa”, dengan hasil penelitian Results confirmed a link between the quality of school facilities and student achievementin English and mathematics. As well, quality facilities were significantly positively related to threeschool climate variables. Finally, results confirmed the hypothesis that school climate plays amediating role in the relationship between facility quality and student achievement.Originality/value– As we face fundamental issues of equity across schools and districts, leadersstruggle to convince taxpayers of the need to invest in replacing and/or renovating inadequatefacilities. Deeper understandings of the complicated interplay between the physical and socialenvironments of school, and how these


(54)

dynamics influence student outcomes, may help educatorsbuild a compelling case“ Hasil menunjukkan terdapat sebuah hubungan antara fasilitas sekolah berkualitas dengan prestasi siswa dalam bahasa inggris dan matematika. Sebaiknya fasilitas berkualitas memiliki signifikasi positif yang dihubungkan dengan variabel ke 3 yaitu iklim sekolah. Akhirnya, hasil menunjukkan hipotesis bahwa iklim sekolah bermain menengahi sebuah peran dalam hubungan antara fasilitas berkualitas dengan prestasi belajar”.

(10)Penelitian yang dilakukan oleh Tina Heafner dari University of North Carolina, Charlotte (2004) yang berjudul School Facility Conditions and Student Academic Achievement “Kondisi Fasilitas Sekolah dan Prestasi

Akademik Siswa” hasil penelitian Analyses show that class size reduction leads to higher student achievement.” Hasil analisis menunjukkan bahwa pengurangan ukuran kelas mengarah ke yang lebih tinggisiswa berprestasi.”

Penelitian-penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Penelitian yang akan dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh antara fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V SDse-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh fasilitas belajar di sekoalah terhadap motivasi belajar siswa.

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan pada jenjang sekolah dasar. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitian expost facto. Penelitian ini


(55)

menggunakan variabel fasilitas belajar, dan motivasi belajar siswa dengan sasaran siswa kelas V Sekolah Dasar se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

2.3

Kerangka Berpikir

Keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dari belajar ditentukan oleh beberapa komponen pendukungnya. Diantara sekian banyak komponen yang mendukung keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya yaitu motivasi belajar siswa. Oleh karena itu siswa harus senantiasa diberikan dorongan atau motivasi. Motivasi belajar siswa berkaitan erat dengan fasilitas belajar siswa itu sendiri. Fasilitas belajar yang lengkap penting pengaruhnya terhadap motivasi belajar salah satunya adalah fasilitas belajar di sekolah. Fasilitas belajar di sekolah merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah.Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian tentang pengaruh fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi, seperti pada diagram berikut ini :

= Diteliti = Tidak Diteliti

Gambar 2.1 Pola Kerangka Berpikir

Fasilitas Belajar

Fasilitas Belajar di Sekolah (X)

Fasilitas Belajar di Kelas Fasilitas Belajar di Luar

Kelas


(56)

2.4

Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiono (2011: 99) “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

Ha :Terdapat pengaruh fasilitas belajar dikelas terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

H0 :Tidak terdapat pengaruh fasilitas belajar di kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD se-Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.


(57)

43

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono 2013: 3). Metode penelitian digunakan untuk memahami dan memecahkan masalah pada suatu penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian kausal komparatif (ex post facto). Gay dalam Emzir (2014: 119) menjelaskan bahwa “Penelitian kausal komparatif (ex post facto) adalah penelitian dimana peneliti berusaha menentukan penyebab atau alasan, untuk keberadaan perbedaan dalam perilaku atau status dalam kelompok individu”.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kausal komparatif dengan pendekatan kuantitatif. Kerlinger dalam Emzir (2014: 119) menjelaskan bahwa “penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut pada dasarnya tidak dapat dimanipulasi”. Kemudian Sugiyono (2013: 11) menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kausal komparatif kuantitatif karena dalam pelaksanaanya peneliti mencari pengaruh antar variabel yang dianalisis menggunakan metode statistik yang sesuai.


(58)

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi. Model analisis regresi dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa variabel-variabel yang diteliti memiliki hubungan yang fungsional. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Penelitian ini meneliti tentang pengaruh fasilitas belajar di sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas V SD Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan:

X : Fasilitas Belajar Y : Motivasi belajar siswa

3.2

Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Sugiyono (2013: 119) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo yang berjumlah 142 siswa.


(59)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1. SD N Megulungkidul 23 siswa

2. SD N Megulunglor 33 siswa

3. SD N Munggangsari 5 siswa

4. SD N Sepathi 12 siswa

5. SD N 1 Prapaglor 17 siswa

6. SD N 2 Prapaglor 12 siswa

7. SD N Sawangan 12 siswa

8. SD N Somogede 28 siswa

Jumlah Semua Siswa 142 siswa

Sumber: Data studi pendahuluan SD Negeri di Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

3.2.2 Sampel

Sugiyono (2013: 120) menjelaskan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sampel harus bersifat representatif (mewakili), karena apa yang dipelajari dalam sampel akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu, agar sampel yang diambil dapat representatif maka perlu dilakukan teknik sampling. Menurut Sugiyono (2013: 121) “teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel”.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

probability sampling dengan jenis simple random sampling. Menurut Sugiyono (2013: 122) “probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang


(60)

memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan simple random sampling merupakan “cara pengambilan anggota sampel dari populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Penelitian ini menggunakan simple random sampling karena setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk menjadi anggota sampel yang pengambilannya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Dalam pengambilan jumlah sampel peneliti menggunakan tabel Issac and Michael dengan taraf kesalahan 5%.Telah diketahui jumlah populasi yaitu 142 siswa maka dengan melihat tabel Isac and Michael jumlah anggota sampel sebanyak 105 siswa.

Dalam penelitian ini, sampel yang akan diambil berupa sampel proporsi karena populasi di setiap sekolah berbeda. Arikunto (2013: 182) berpendapat bahwa “ada kalanya banyaknya subjek yang terdapat pada setiap wilayah tidak sama. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding (proporsional) dengan banyaknya subjek pada masing-masing wilayah”. Pengambilan sampel tiap sekolah menggunakan rumus sebagai berikut:

ni = x n Keterangan:

ni : sampel setiap sekolah n : jumlah sampel seluruhnya Ni : populasi setiap sekolah


(61)

N : jumlah populasi seluruhnya Riduwan (2013: 18)

Perhitungan pengambilan sampel setiap sekolah dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Sampel Penelitian Tiap Wilayah

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi

Proporsi Sampel

1. SD N Megulungkidul 23 23/142 x 105 = 17,0 17 2. SD N Megulunglor 33 33/142 x 105=24,40 25 3. SD N Munggangsari 5 5/142x 105= 3,69 4

4. SD N Sepathi 12 12/142 x 105 = 8,87 9

5. SD N 1 Prapaglor 17 17/142 x 105= 12,57 13 6. SD N 2 Prapaglor 12 12/142 x 105= 8,87 9 7. SD N Sawangan 12 12/142 x 105 = 8,87 9 8. SD N Somogede 28 28/142 x 105 = 20,70 21

Jumlah 142 107

Sugiyono (2013: 133) berpendapat bahwa apabila dalam perhitungan sampel menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya dibulatkan ke atas agar sampel yang diambil lebih aman. Oleh karena itu sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 107.

3.3

Variabel dan Definisi Operasional Variabel

3.3.1 Variebel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 63) “veriabel penelitian adalah suatu atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain


(62)

atau suatu objek dengan objek yang lain. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu: variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat

(dependent variabel).

3.3.1.1Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2013: 64) “variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu fasilitas belajar di sekolah (X)

3.3.1.2Variabel Terikat

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono 2013: 64). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar siswa (Y).

Gambar 3.2 Diagram Variabel Penelitian

Diagram tersebut menunjukkan bahwa fasilitas belajar di sekolah (X) sebagai variabel bebas serta motivasi belajar (Y) sebagai variabel terikat. Bahwa fasilitas belajar di sekolah mempengaruhi motivasi belajar siswa.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional digunakan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan pembaca terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian, sehingga diharapkan dapat menghindari kekeliruan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

Fasilitas Belajar diSekolah (X)

Motivasi Belajar (Y)


(63)

3.3.2.1Variabel fasilitas belajar (x)

Fasilitas dalam Heryati dan Muhsin (2014: 196) diartikan sebagai sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda ataupun uang. Fasilitas disekolah meliputi beberapa hal, namun disini peneliti hanya akan meneliti fasilitas didalam kelas karena fasilitasini dinilai berpengaruh langsung terhadap motivasi belajar siswa.

Sarana atau fasilitas pendidikan memiliki standar seperti dalam Barnawi dan Arifin (2012:106-169), Ruang kelas dilengkapi sarana sebagai berikut:

(1) 1 buah kursi/peserta didik, kursi harus kuat, stabil dan mudah dipindahkan oleh siswa. Ukuran sesuai dengan kelompok usia siswa dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik,minimum dibedakan desainya antara kelas 1-3 dan kelas 4-6. Desain dudukan dan sandaran membuat siswa nyaman belajar.

(2) Meja peserta didik 1 buah/peserta didik. Meja harus kuat, stabil, dan mudah dipindah oleh siswa. Ukuran sesuai dengan kelompok usia siswa dan mendukung pembentukan postur tubuh yang baik,minimum dibedakan untuk kelas 1-3 dan kelas 4-6. Desain memungkinkan kaki siswa masuk dengan leluasa kebawah meja.

(3) Kursi guru 1 buah/guru. Kursi harus kuat, stabil dan mudah dipindahkan. (4) Meja guru 1buah/guru. Meja harus kuat,stabil dan mudah dipindahkan.


(64)

(5) Lemari 1 buah/ruang. Ukuran memadai untuk menyimpan perlengkapan yang diperlukan kelas. Tertutup dan dapat dikunci.

(6) Rak hasil karya siswa 1 buah /ruang. Ukuran memadai untuk meletakan hasil karya seluruh siswa yang ada di kelas. Dapat berupa rak terbuka atau lemari. (7) Papan panjang 1 buah/ruang. Ukuran minimum 60 cm x 120 cm.

(8) Alat Peraga sesuai dengan daftar sarana laboratorium IPA

(9) Papan tulis 1 buah/ruang. Ukuran minimum 90cm x 200cm. Ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh siswa melihatnya dengan jelas.

(10)Tempat sampah 1 buah/ruang. (11)Tempat cuci tangan 1 buah/ruang. (12)Jam dinding 1 buah/ruang.

(13)Soket listrik 1 buah/ruang.

Dari pendapat dan juga adanya standar pada fasilitas belajar, secara operasional fasilitas belajar dalam penelitian ini adalah respon siswa kelas V SD Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo terhadap fasilitas yang ada di dalam kelas sesuai dengan standar fasilitas dari pemerintah.

3.3.2.2Variabel Motivasi Belajar (Y)

Prawira (2011: 320) menyatakan secara lebih khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu segala sesuatu yang ditunjukkan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi. Jadi Motivasi dalam penelitian ini


(65)

merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri siswa untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka secara operasional motivasi belajar dalam penelitian ini adalah respon siswa kelas V SD Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri siswa agar tumbuh dorongan untuk belajar dan tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai, yang diungkap melalui instrumen angket menurut Makmun (2009:40) yaitu:

(1) Durasinya kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)

(2) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu tertentu)

(3) Persistensinya (ketetapan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan. (4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan

dan kesulitan untuk mencapai tujuan.

(5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.

(6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran atau target,dan idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.

(7) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau output yang dicapai dari kegiatannya (berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak)


(66)

(67)

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Riduwan (2012: 37) menjelaskan bahwa “teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuisioner (angket) dan dokumentasi.

3.4.1 Angket atau Kuesioner

Menurut Sugiyono (2013: 192) “kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Lebih lanjut Sugiyono (2013: 193) menjelaskan bahwa angket cocok digunakan apa bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di beberapa wilayah.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban, kemudian reponden memilih jawabannya. Angket yang disebarkan digunakan untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Fasilitas Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di Dabin IV Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo.

3.4.2 Dokumentasi

Menurut Arikunto (2013: 274) dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Riduwan (2012: 43) “dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang


(1)

(2)

(3)

(4)

156

SD N Megulunglor


(5)

157

SD N Sepathi

SD N 1 Prapaglor


(6)

158


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEDISIPLINAN DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE DABIN I KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

3 28 277

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DABIN IV KECAMATAN KAJENKABUPATEN PEKALONGAN

6 33 191

PENGARUH KEDISIPLINAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR SE DAERAH BINAAN R.A. KARTINI KECAMATAN KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO

84 491 117

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DIDAERAH BINAAN I KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

12 121 210

PENGARUH KUALIFIKASI AKADEMIK TERHADAP KINERJA GURU SD DABIN I DAN IV KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

2 21 166

KONTRIBUSI MANAJEMEN KELAS MOTIVASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR Kontribusi Manajemen Kelas, Motivasi dan Lingkungan terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Dabin III Kecamatan Godong.

0 2 16

PENDAHULUAN Kontribusi Manajemen Kelas, Motivasi dan Lingkungan terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Dabin III Kecamatan Godong.

0 2 6

KONTRIBUSI MANAJEMEN KELAS MOTIVASI DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH Kontribusi Manajemen Kelas, Motivasi dan Lingkungan terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Dabin III Kecamatan Godong.

0 2 18

PENGARUH POSITIVE REINFORCEMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN BUTUH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 1 225

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR DABIN I KECAMATAN SRUWENG KABUPATEN KEBUMEN

2 6 61