c. Informasi lebih rinci tentang sumber-sumber atau jenis-jenis hibah;
d. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan pada lembar muka laporan keuangan. e.
Jenis hibah, apakah berupa uang, barang ataupun jasa.
3.2. Belanja Hibah Murni
A. Definisi Belanja Hibah Murni
Belanja hibah murni adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uangbarang atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan
negaradaerah, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh entitas pelaporan yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
B. Kriteria Belanja Hibah Murni
Untuk membatasi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai belanja hibah murni, pengeluaran belanja hibah harus memiliki kriteria berikut ini:
1. Penerima hibah adalah negara lain, organisasi internasional, pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan perusahaan negaradaerah
2. Tidak dimaksudkan untuk diminta kembali;
3. Tidak bersifat wajib atau tidak mengikat bagi pemberi hibah;
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemberi dan penerima hibah;
5. Tidak ada timbal balikbalasan secara langsung yang harus dilakukan oleh
penerima hibah;
6. Digunakan sesuai dengan naskah perjanjian; dan
7. Bersifat satu kali danatau dapat ditetapkan kembali.
C. Jenis dan Klasifikasi Belanja Hibah Murni
Jenis belanja hibah terdiri dari: a. Dalam bentuk devisa luar negeri;
b. Dalam bentuk rupiah dalam negeri;
Belanja hibah diklasifikasikan menurut pihak yang menerima hibah, yaitu: a. Belanja hibah kepada pemerintah atau pemerintah lainnya
Misalnya hibah dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah Daerah atau sebaliknya. Hibah kepada Pemda dapat bersumber dari pendapatan pada
APBN, pinjaman luar negeri, dan hibah luar negeri, dan merupakan bagian dari hubungan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Belanja
hibah juga dapat diberikan kepada pemerintah negara lain.
b. Belanja hibah kepada perusahaan negaradaerah; c. Belanja hibah kepada organisasi internasional.
D. Mekanisme Belanja Hibah Murni
Meknisme pendapatan hibah murni adalah sebagai berikut: 16
a. Dimasukkan dalam dokumen anggaran entitas pelaporan yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
b. Belanja Hibah masuk dalam pengelolaan Bendaharawan Umum NegaraDaerah.
E. Akuntansi Belanja Hibah Murni 1. Pengakuan Belanja Hibah Basis Kas Menuju Akrual
Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 Lampiran II.03 PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Paragraf 31, pencatatan belanja hibah dengan
basis kas menuju akrual diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum NegaraDaerah.
Belanja hibah pada basis kas menuju akrual disajikan di LRA.
Ilustrasi
a.
Pemerintah Pusat Jurnal untuk mencatat realisasi belanja hibah pada Pemerintah Pusat
Sistem Akuntansi Hibah Pengelola Hibah adalah sebagai berikut: DR
Belanja Hibah xxx
CR Piutang dari Kas Umum Negara
xxx Pada saat yang sama Kas Umum Negara juga mencatat belanja hibah
tersebut dengan jurnal: DR
Belanja Hibah xxx
CR Kas di Kas Umum Negara
xxx
b.
Pemerintah Daerah Belanja Hibah pada Pemerintah Daerah dikeluarkan langsung oleh
Bendaharawan Umum Daerah, dan dicatat dengan jurnal: DR
Belanja Hibah xxx
CR Kas di Kas Umum Daerah
xxx
2. Pengakuan Belanja Hibah Basis Akrual
Pengakuan beban pada akuntansi berbasis akrual terjadi pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa. Beban hibah berbasis akrual diakui pada saat timbunya kewajiban hibah:
Beban hibah pada akuntansi berbasis akrual disajikan di Laporan Operasional. Selain disajikan di Laporan Operasional, belanja hibah juga tetap harus disajikan di
Laporan Realisasi Anggaran dengan menggunakan basis kas, hal tersebut karena Laporan Realisasi Anggaran merupakan statutary report.
Ilustrasi:
17
a. Pencatatan di LRA