Penerimaan hibah yang didorong oleh kepentingan donor

anggaran bersangkutan. Pada kenyataannya, kondisi ideal tersebut sering tidak dapat terpenuhi, di mana terdapat berbagai pendapatan hibah yang ternyata tidak diperkirakan sebelumnya namun terjadi realisasinya terutama setelah APBNAPBD atau APBN-PAPBD-P ditetapkan. Penerimaan hibah yang Off Budget tersebut dapat dipastikan juga berada di luar pengelolaan BUNBUD Off Treasury. Dalam hal ini penerimaan hibah tersebut baik berupa uangbarang danatau jasa, mekanisme penerimaan dan pengelolaan hibahnya tidak melalui Kementerian Keuangan selaku BUN atau instansi pada pemerintah daerah yang mempunyai fungsi perbendaharaan BUD, melainkan langsung diterima dan dikelola oleh Kementerian NegaraLembaga atau instansi teknis di daerah. Hal tersebut tidak sesuai dengan Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara yang menyatakan bahwa: Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai ketentuan UU tentang APBN. Penerimaan hibah langsung dari donor dalam bentuk uang yang off budget dan off Treasury di beberapa Kementerian NegaraLembaga dan pemerintah daerah ini menyebabkan munculnya rekening-rekening pemerintah penampung dana hibah yang bertebaran di berbagai instansi pemerintah. Hal ini tidak sesuai dengan Pasal 8 ayat 1 dan 2 dan Pasal 9 ayat 2 UU No.12004 yang mengamanatkan Menteri Keuangan selaku BUN dan Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD PPKD selaku BUD untuk melaksanakan tugas kebendaharaan antara lain menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga dalam pengelolaannya serta Pasal 22 ayat 1 UU No.12004 yang menyatakan bahwa Menteri Keuangan selaku BUN berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah.

1.3.2 Penerimaan hibah yang didorong oleh kepentingan donor

Para pemberi hibah donor sering menawarkan pemberian hibah kepada suatu entitas lain dengan berbagai persyaratan tertentu yang mengikat apabila si penerima ingin mendapatkan hibah. Hal ini bisa dalam bentuk persyaratan politis, ekonomi dan aspek lainnya. Sering dijumpai donor akan memberikan hibah untuk satu kegiatan tertentu saja yang terkait dengan kepentingan donor. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan semangat dari Pakta Jakarta Commitment yang merupakan bentuk kesepahaman antara Indonesia dan Negara- negara donor. Dalam Poin II.a Pakta Jakarta Commitment dinyatakan bahwa mitra pembangunan Indonesia berkomitmen untuk menyediakan bantuan pembangunan mereka berdasarkan permintaan negara penerima. Selanjutnya lebih tegas lagi dalam Poin II.b dinyatakan bahwa pemerintah dan mitra pembangunannya akan beralih dari pendekatan proyek menjadi pendekatan berdasarkan program yang mendukung program pemerintah dan berhubungan dengan prioritas dari Bappenas, Kementerian Keuangan dan Kementerian teknis terkait. Pemerintah dan mitranya akan bekerja sama untuk mendukung kesesuaiannya dengan sistem pemerintahan terutama dengan sistem pelaporan pemerintah. Hal ini mengamanatkan bahwa seharusnya negara donor dalam memberikan hibahnya harus menyelaraskan dengan program prioritas nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah ke dalam program prioritas masing-masing Kementerian NegaraLembaga. 1.3.3 Pengelolaan penerimaan hibah yang masih beragam di beberapa Kementerian NegaraLembaga dan Pemerintah Daerah. 3 Secara umum pola pengelolaan penerimaan hibah yang dilakukan oleh Kementerian NegaraLembaga dan daerah yang belum mengikuti mekanisme APBNAPBD saat ini antara lain adalah sebagai berikut: a. Penerimaan hibah berupa uang dari Luar Negeri yang langsung diberikan kepada Kementerian NegaraLembaga atau kepada Pemerintah Daerah tanpa melalui BUNBUD. Contoh dalam hal ini, Bappenas mengkoordinasikan penerimaan hibah dari negara donor yang mekanisme transfer dananya langsung dari pemberi hibah ke rekening Bappeda KabupatenKota. Selanjutnya Bappeda KabupatenKota mentransfer langsung ke rekening Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD terkait yang kemudian digunakan langsung untuk membiayai kegiatan-kegiatannya. Pada tingkat propinsi, negara pemberi hibah mentransfer langsung dana hibah ke SKPD terkait. Kesepakatan penerimaan hibah ini ditandatangani oleh pemberi hibah dengan Bappenas, Kementerian Dalam Negeri dan Gubernur. Contoh lain pada Kementerian Kesehatan c.q Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan selaku principal recipient yaitu dana hibah masuk ke rekening Kementerian Kesehatan dan selanjutnya disalurkan ke Dinas Kesehatan Propinsi selaku sub recipient. Rekening di Kementerian Kesehatan untuk menampung dana hibah dari donor tersebut dikelola secara terpisah dan bukan merupakan rekening Bendahara Penerimaan maupun rekening Bendahara Pengeluaran. Demikian juga Rekening di Pemerintah Daerah untuk menampung dana hibah, dikelola secara terpisah dan bukan merupakan bagian dari Kas Umum Daerah. b. Hibah berupa barang yang dapat berupa aset tetap bangunan, kendaraan, alat-alat kesehatan, komputer dan sebagainya maupun aset lancarbarang habis pakai vaksin, makanan, kelambu, obat-obatan dan sebagainya, yang langsung diterima oleh Kementerian NegaraLembagaPemerintah Daerah tanpa dilaporkan kepada BUNBUD. Hibah berupa barang tersebut tidak dicatat dengan alasan bahwa status kepemilikan yang belum jelas tidak adanya Berita Acara Serah Terima dan kesulitan untuk mencantumkan nilai hibah karena tidak didukung oleh dokumen yang lengkap atau tidak adanya kesepakatan atas nilai barang yang akan dihibahkan antara pemberi dan penerima hibah. Contoh untuk hal ini banyak terjadi pada Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias yang banyak menerima hibah dalam bentuk kendaraan, peralatan berat dan mesin-mesin untuk membantu pemulihan Aceh pasca tsunami serta penerusan hibah tersebut kepada pemerintah daerah, atau di Kementerian Kesehatan yang menerima hibah dari Red-Cross International berupa serum dan vaksin untuk digunakan dalam rangka kegiatan imunisasi. c. Hibah berupa jasa yang diperoleh oleh satuan kerja instansi pusat maupun SKPD yang dapat berupa kegiatan pelatihan, sosialisasi, workshop dan seminar, serta technical assistance. Hal ini banyak yang tidak disajikan dan diungkapkan dengan alasan kesulitan untuk melakukan pencatatan karena tidak adanya dokumen pendukung untuk menilai berapa jumlah nominal penerimaan hibah berupa jasa dimaksud dan seringkali penerima manfaat langsungnya adalah masyarakat umum. 1.3.4 Belum tertibnya pelaksanaan aturan tentang pengeluaranbelanja hibah yang dilakukan oleh pemerintah pusatpemerintah daerah. 4 UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 22, 23 dan 24 menyebutkan bahwa pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman danatau hibah kepada pemerintah daerah, pemerintahlembaga asing, perusahaan negaradaerah danatau sebaliknya. Selanjutnya UU nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 33 menyatakan bahwa pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerahBUMNBUMD sesuai dengan yang tercantum dalam UU APBN. Lampiran PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian NegaraLembaga mengelompokkan pengeluaran hibah ke dalam belanja hibah. Namun demikian masih ditemui praktik atas transaksi hibah yang belum sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti adanya belanja hibah yang dialokasikan dari jenis belanja lain belanja lain-lain. 1.3.5 Pengaruh Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 10 tentang Akuntansi Belanja Bantuan Sosial terhadap pelaksanaan belanja hibah Dengan terbitnya Buletin teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 10 tentang Akuntansi Belanja Bantuan Sosial telah memberikan definisi dan batasan yang sangat jelas dan berpengaruh terhadap tugas pemerintahan dalam melayani masyarakat terkait dengan pemberian bantuan sosial. Pengaruh yang signifikan terjadi pada pelaksanaan tugas pemerintah dalam pemberian bantuan yang selama ini dikategorikan block grant dan disalurkan melalui belanja bantuan sosial. Block grant yang dapat disalurkan melalui belanja bantuan sosial harus memiliki kriteria sebagaimana diatur dalam buletin teknis di atas, sedangkan kenyataannya masih banyak bantuan yang wajib dipenuhi oleh pemerintah, namun tidak dapat dipenuhi karena tidak memenuhi kriteria belanja bantuan sosial.

1.4. Tujuan dan Ruang Lingkup Buletin Teknis Hibah