4.1.4 Perilaku Para Suami Yang Ditinggal Merantau Dalam Keluaga dan Masyarakat.
Perilaku Para Suami Dalam Keluarga Menurut penuturan dari Ibu H. Rozanah selaku Kepala Desa
Krengseng, tanggal 12 November 2004, mengenai masalah perilaku suami yang ditinggal merantau oleh istri dalam keluarga maupun masyarakat.
Pertanyaan : Menurut pendapat ibu bagaimanakah perilaku suami yang ditinggal merantau oleh istri?
Jawaban : 1
“ Salah satu faktor pendorong terbesar yang menyebabkan para istri memutuskan untuk bekerja sebagai TKW yaitu merubah taraf hidup
keluarga yang tadinya miskin menjadi lebih baik. Hampir keseluruhan dari keluarga TKW adalah berasal dari keluarga yang tidak mampu
atau miskin, dan hal itulah mengapa mereka memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan mengabaikan tugas dan tanggung
jawabnya sebagi seorang ibu. Jadi mau tidak mau Ia harus bertukar tugas dan tanggung jawabnya dengan suami, yang seharusnya
menyandang gelar sebagai kepala keluarga yang berkewajiban untuk menafkahi keluarga. Sedangkan Para suami yang harus menggantikan
posisi istri tentu dengan tugas-tugasnya sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak, mengurus rumah dan lain-lain. Hal
inilah yang natinya dapat memunculkan perilaku yang hampir mirip dengan seorang perempuan. Dan menurut saya hal itu sangat
membahayakan jika hal itu dibiarkan terus menerus maka kemungkinan buruk yang akan terjadi yaitu jika istrinya pulang nanti
maka ia akan merasa istrinya akan menjadi pesaing bagi dirinnya didalam rumahnya sendiri”.
2 “Para suami yang ditinggal merantau oleh para istri lebih emosional
dalam menghadapi masalah keluarga terutama kepada anak pada saat istrinya tidak ada dirumah. Sedang pada saat istri pulang ia akan
lebih bersikap sabar dan bijaksana. Hal ini semua karena dengan melaksanakan tugas istri yang sudah terlalu capai dan kadang juga
sikap anak yang sulit diatur, sebab anak yang mulai beranjak dewasa dan kesulitan menghadapi sikap bandel si anak”
3 Merasa tidak betah dirumah dan kadang lebih sering menghabiskan
waktu di luar rumah. Akibatnya suasana rumah menjadi sepi. Sesama anggota keluarga jarang berkumpul, jarang bercengkerama dan
berkomunikasi. Sebagai kelanjutan dari itu semua keserasian sebuah keluarga terasa hilang. Disamping itu ia mudah tersinggung dengan
dengan kecurigaan pada anak-anaknya yang kadang seolah-olah mengawasi perbuatannya dan tidak mau menanggapi saran dan kritik
dari anaknya. Ini semua menjadikan hubungan diantara mereka semakin jauh Sumber: wawancara dengan Ibu Rozanah tanggal 12
November 2004
4.1.5 Perilaku Para Suami Yang Ditinggal Merantau Dalam Masyarakat