2.6 Kesejahteraan Keluarga
Secara harfiah kesejahteraan keluarga merupakan gabungan antara dua kata yaitu kesejahteraan dan keluarga, dimana memiliki arti bahwa :
kesejahteraan adalah terpenuhinya kebutuhan hidup dan keluarga adalah satuan unit sosial terkecil didalam masyarakat yang terdiri dari orang tua
dan anak. Bicara mengenai kesejahteraan keluarga tidak bisa berhenti sampai disitu saja, sebab selain diartikan secara harfiah melainkan
didalamnya mengandung unsur-unsur yang nantinya akan membentuk makna dari gabungan dua kata tersebut yaitu kesejahteraan keluarga.
Keluarga bisa dikatakan sejahtera apabila segala kebutuhan keluarga sudah tercukupi dan untuk mencukupi kebutuhan tersebut perlu adanya
suatu usaha dari seseorang untuk menghasilkan sesuatu, yang dinamakan bekerja.
Bekerja adalah melakukan kegiatan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan
selama paling sedikit satu jam dalam satu minggu yang lalu. Waktu bekerja tersebut harus berurutan dan tidak terputus Konsep “ Labour Force” dalam
Barthos, 1990: 17. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembangunan
adalah pelaksana pembangunan itu sendiri, yaitu para pekerja khususnya dan seluruh penduduk Indonesia pada umumnya. Melihat strukturnya
dikatakan masih muda atau sebagian besar penduduk Indonesia berusia muda dan perbandingan penduduk pria dan wanita adalah 1 : 3 .
Mengingat hanya orang dewasa yang bisa bekerja dan pada umumnya dalam satu keluarga hanya ada satu orang yang bekerja, berarti
bahwa untuk setiap orang bekerja harus menanggung beban hidup dari anggota keluarga yang cukup besar. Makin besar yang orang yang harus
ditanggung oleh setiap orang yang bekerja, makin rendah kesejahteraan penduduk.
Pendidikan orang Indonesia secara umum masih rendah, dimana 87,61 hanya menamatkan tingkat SD dan tidak tamat. Hal ini
menimbulkan permasalahan yang utama, yaitu mengenai mutu pendidikan, selain itu orang Indonesia mempunyai variasi tinggi.
Pendidikan orang perkotaan lebih tinggi dari orang desa. Pendidikan orang yang bekerja antar sektor, bervariasi cukup tinggi. Pendidikan petani
yang merupakan pekerja terbesar di Indonesia adalah paling rendah. Pendidikan laki-laki lebih tinggi dari pendidikan perempuan Barthos, 1990
: 16. Melihat mutu pendidikan negara kita yang masih tergolong rendah
nampaknya jika tidak diatasi kan membawa dampak buruk bagi terwujudnya kesejahteraan keluarga. Untuk itu perlu adanya usaha dari
pemerintah untuk mencari jalan agar dengan pendidikan yang semacam ini dapat tetap bekerja dengan gaji yang tinggi, guna mencukupi kebutuhan
rumah tangga demi tercapainya suatu kesejahteraan keluarga. Untuk menangani masalah tersebut akhirnya pemerintah indonesia
mengeluarkan kebijakan berupa kerja sama dengan negara-negara yang
sedang berkembang dibidang ketenaga kerjaan. Sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam PROPENAS dan PROPEDA, maka pengiriman
tenaga kerja keluar negeri mendapat perhatian utama dan menjadi salah satu program yang penting dalam penanganan masalah ketenaga kerjaan baik
diindonesia maupun dinegara-negara berkembang. Pertumbuhan yang tinggi dan besarnya jumlah penduduk dinegara-
negara yang sedang berkembang, terutama diindonesia dan rendahnya pertumbuhan penduduk di negara-negara industri maju menimbulkan suatu
peluang besar bagi masing-masing pihak negara-negara tersebut untuk saling memenuhi ketuhannya. Bagi negara yang sedang berkembang,
besarnya jumlah penduduk dengan pertumbuhan yang tiggi bukan saja sebagai aset untuk pembangunan nasional, tetapi dapat pula dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan negara maju yang kekurangan tenaga kerja. Dinegara-negara industri Eropa, termasuk Eropa timur dan AS
sangat kekurangan tenaga kerja, disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang rendah dan struktur umur penduduk merupakan piramid yang terbalik.
Oleh karena itu negara-negara industri maju tersebut dapat dijadikan sebagai pasar tenaga kerja yang sangat potensial bagi negara-negara yang sedang
berkembang, terutama Indonesia yang jumlah penduduknya menempati urutan nomor 5 didunia.
Selain itu dengan bekerja diluar negeri dapat meningkatkan pendapatan tenaga kerja. Salah satu motivasi tenaga kerja untuk bekerja ke
luar negeri adalah upah yang relatif besar dibanding yang upah bekerja
diIndonesia. Dengan penghasilan yang cukup besar tersebut maka dimungkinkan adanya penempatan modal keluarga yang secara potensial
dapat diarahkan untuk pembiayaan usaha-usaha mandiri selanjutnya. Selain itu dengan upah tinggi dapat meningkatkan pemasukan devisa bagi neraca
pembayaran negara. Hal ini disebabkan karena nilai kurs dollar lebih tinggi dari kurs rupiah. Barthos, 1990 : 72-73. Faktor-faktor diataslah yang
menjadi alasan banyaknya warga negara indonesia tertarik untuk mengadu nasib di negeri orang, dan dalam hal ini para wanitapun tak mau kalah
dengan laki-laki, yang rela meninggalkan keluarganya demi terciptanya peningkatan kesejahteraan keluarga. Seperti yang terjadi di Desa Krengseng
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
2.7 Kemitraan Antara Suami Dan Istri