Faktor-faktor Pembentuk Sikap Sikap

saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Dari berbagai definisi yang telah diuraiakn di atas, dapat disimpulkan beberapa hal tentang sikap, seperti dibawah ini Sobur, 2003:361: a Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berfikir, berpersepsi dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. b Sikap bukanlah sekedar rekaman masa lampau, namun juga menentukan apakah seseorang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, mementukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan serta menyampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. c Sikap relative lebih menetap. d Sikap mengandung aspek evaluative, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. e Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. f Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. g Sikap tidak berarti sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk dan dapat dipelajari.

2. Faktor-faktor Pembentuk Sikap

Pada dasarnya sikap tidak bisa dilihat secara langsung. Guna mengetahui sikap seseorang terhadap objek tertentu, kita harus melihatnya melalui komponen sikap, yaitu pengetahuan kognitif, perasaan afektif, dan perilakunya konatif. Komponen-komponen inilah yang membentuk struktur sikap. Oleh karena itu pembentukan sikap tidak akan terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja Gerungan, 2009:166. Pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok inilah yang dapat mengubah atau membentuk sikap yang baru, karena sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan individu yang bersangkutan Walgito, 2003:115. Secara garis besar faktor pembentukan atau perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor individu intern dan faktor dari luar ekstern. Faktor individu berkaitan dengan apa yang ada dalam diri seseorang untuk menanggapi pengaruh dari luar serta menentukan apakah pengaruh tersebut dapat diterima atau tidak Walgito, 2003:117. Faktor dari luar berkaitan dengan pembentukan atau pengubahan sikap merupakan stimulus yang berasal dari luar diri individu dan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dalam arti ada hubungan atau interaksi yang terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok. Secara tidak langsung dapat terjadi melalui komunikasi, misalkan melalui media massa baik cetak amupun elektronik Walgito, 2003:118. Selain faktor di atas, ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli yaitu : Rosenberg dan Festinger, dimana Rosenberg mengungkapkan adanya hubungan yang konsisten antara komponen afektif dan komponen kognitif, yang berarti apabila seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap sesuatu objek, maka indeks kognitifnya juga akan tinggi, demikian sebaliknya apabila seseorang mempunyai sikap yang negatif terhadap sesuatu objek, maka indeks kognitifnya juga akan rendah Walgito, 2003:119. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang baik atau tinggi seseorang terhadap suatu hal akan memberikan sikap yang positif seseorang terhadap hal tesebut. Pendapat Rosenberg yang lain yaitu jika kita ingin mengubah sikap seseorang maka hal pertama yang kita lakukan adalah mengubah komponen kognitifnya pengetahuan sehingga komponen afektifnya akan berubah, yang pada akhirnya akan berubah pula sikapnya Walgito, 2003:119. Pendapat Festinger mengenai pembentukan atau pengubahan sikap terjadi kemiripan dengan pendapat Rosenberg yang ke dua, yaitu menurut Festinger pembentukan dan pengubahan sikap dapat dilakukan melalui komponen kognitif, yaitu dengan memberikan pengetahuan, pendapat, sikap atau hal-hal lain, sehingga dengan materi tersebut akan berubahlah komponen kognitifnya, dan ini akan mengubah komponen afektifnya sehingga sikap akan berubah Walgito, 2003:121. Seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap dapat dibentuk atau diubah dengan penguatan komponen kognitif pengetahuan, serta terdapat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan sikap orang tersebut terhadap suatu objek.

E. Cinta Tanah Air