3. Sektor Lainnya 55.19 55.05 Perumusan Masalah

42 Tabel 1 Perkembangan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2002 – 2004. SektorSubsektor 2002 2003 2004 1. Pertanian

33.25 34.21 34.68

- Tanaman Pangan 13.64 13.68 13.79 - Tanaman Perkebunan 6.94 7.95 8.68 - Kehutanan 5.95 5.56 5.07 - Peternakan 3.87 4.21 4.32 - Perikanan 2.85 2.81 2.82

2. Industri Pengolahan 10.68 10.60

10.28 3. Sektor Lainnya

56.08 55.19 55.05

Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2004 . Tabel 2. Populasi dan Rumah Tangga Pemelihara RTP ternak sapi di Kabupaten Lima Puluh Kota No Tahun Jml Populasi Ekor RTP KK 1 2002 44.167 17.720 2 2003 53.216 23.108 3 2004 56.789 23.557 4 2005 58.590 25.624 Sumber : Data Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota 2002 - 2005 . Komoditi ini telah mampu mengekspor produksinya berupa ternak sapi hidup ke luar kabupaten bahkan luar provinsi. Daerah pemasaran yang paling potensial adalah Provinsi tetangga yaitu Riau dan Jambi. Dari segi potensi untuk lokasi pengembangan sapi potong, Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai ketersediaan lahan yang masih luas. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wlayah RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2000, alokasi ruang bagi pengembangan peternakan sapi potong sangat sedikit dan hanya terbatas pada kecamatan-kecamatan tertentu. Mengamati perkembangan usaha dan pertambahan populasi ternak sapi potong dalam empat tahun terakhir, pada kenyataannya kegiatan peternakan sapi potong telah menyebar di beberapa kecamatan lain yang tidak diprioritaskan pada RTRW. Berpijak dari keadaan tersebut maka diperlukan suatu pengalokasian ruang yang baru untuk pengembangan ternak sapi potong yang sekarang menjadi komoditi unggulan karena mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan telah mempunyai pasar tersendiri, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten. 43 Penyebaran dan pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Lima Puluh Kota, jelas membutuhkan ruang yang pasti untuk kegiatan usaha secara berkelanjutan, sehingga dibutuhkan penataan sedemikian rupa untuk terciptanya kondisi usaha peternakan yang efisien, baik dalam praproduksi, produksi maupun pascaproduksi. Adanya alokasi ruang yang jelas, dapat menjadi dasar pembentukan kawasan yang tujuan dan manfaatnya lebih mampu menyentuh masyarakat peternak untuk meningkatkan usahanya ke arah yang lebih baik.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam penyusunan tata ruang bagi kawasan peternakan di Kabupaten Lima Puluh Kota selama ini masih mengacu pada tradisi dan budaya masyarakat dalam mengembangkan ternak, sehingga kawasan yang ditetapkan berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan yang sudah ada tanpa mempertimbangkan aspek ekonomis dan potensi wilayah bagi penggunaan yang paling optimal. Pada kasus-kasus tertentu perkembangan dalam sistem pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Lima Puluh Kota masih menghadapi ketidakpastian usaha, baik secara teknis dan ekonomis maupun secara hukum. Hal ini salah satunya disebabkan oleh belum tersedianya data tentang kesesuaian ekologis dan rekomendasi lahan bagi pengembangan berbagai komoditi peternakan selama ini. Informasi tentang peternakan dan penunjangnya masih terbatas pada data statistik, yang masih belum memberikan arti banyak dalam menunjang strategi pengembangan peternakan itu sendiri. Evaluasi terhadap potensi wilayah untuk penyebaran dan pengembangan peternakan merupakan salah satu langkah untuk penyediaan informasi dasar yang penting bagi perencanaan yang konsepsional dan berwawasan masa depan, sehingga tercipta kawasan peternakan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Berhubung ternak sapi potong merupakan salah satu usaha peternakan yang potensial di Kabupaten Lima Puluh Kota, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap potensi wilayah yang sesuai bagi penyebaran dan pengembangannya, sehingga lahan dan sumberdaya lainnya yang ada dapat dimanfaatkan untuk memberikan produksi yang optimal. 44 Perencanaan untuk lokasi pengembangan ternak sapi di Kabupaten Lima Puluh Kota sangat diperlukan untuk menjamin tata ruang khusus yang lebih komprehensif dan menjamin kepastian dan keamanan dalam berusaha. Untuk itu diperlukan suatu analisis terhadap potensi wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota bagi pengembangan usaha peternakan sapi potong yang dapat digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam menetapkan kawasan pengembangan sapi potong serta dapat digunakan oleh masyarakat yang bergerak di bidang usaha ini.

1.3. Tujuan Penelitian