42 Tabel 1 Perkembangan distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku
tahun 2002 – 2004.
SektorSubsektor 2002 2003 2004 1. Pertanian
33.25 34.21 34.68
- Tanaman Pangan 13.64
13.68 13.79
- Tanaman Perkebunan 6.94
7.95 8.68
- Kehutanan 5.95
5.56 5.07
- Peternakan 3.87
4.21 4.32
- Perikanan 2.85
2.81 2.82
2. Industri Pengolahan 10.68 10.60
10.28 3. Sektor Lainnya
56.08 55.19 55.05
Sumber : BPS Kabupaten Lima Puluh Kota 2004
. Tabel 2. Populasi dan Rumah Tangga Pemelihara RTP ternak sapi
di Kabupaten Lima Puluh Kota
No Tahun
Jml Populasi Ekor
RTP KK
1 2002 44.167
17.720 2 2003
53.216 23.108
3 2004 56.789
23.557 4 2005
58.590 25.624
Sumber : Data Statistik Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota 2002 - 2005
.
Komoditi ini telah mampu mengekspor produksinya berupa ternak sapi hidup ke luar kabupaten bahkan luar provinsi. Daerah pemasaran yang paling
potensial adalah Provinsi tetangga yaitu Riau dan Jambi. Dari segi potensi untuk lokasi pengembangan sapi potong, Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai
ketersediaan lahan yang masih luas. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wlayah RTRW Kabupaten Lima
Puluh Kota Tahun 2000, alokasi ruang bagi pengembangan peternakan sapi potong sangat sedikit dan hanya terbatas pada kecamatan-kecamatan tertentu.
Mengamati perkembangan usaha dan pertambahan populasi ternak sapi potong dalam empat tahun terakhir, pada kenyataannya kegiatan peternakan sapi potong
telah menyebar di beberapa kecamatan lain yang tidak diprioritaskan pada RTRW.
Berpijak dari keadaan tersebut maka diperlukan suatu pengalokasian ruang yang baru untuk pengembangan ternak sapi potong yang sekarang menjadi
komoditi unggulan karena mampu menghasilkan produksi yang tinggi dan telah mempunyai pasar tersendiri, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan
sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten.
43 Penyebaran dan pengembangan ternak sapi potong di Kabupaten Lima
Puluh Kota, jelas membutuhkan ruang yang pasti untuk kegiatan usaha secara berkelanjutan, sehingga dibutuhkan penataan sedemikian rupa untuk terciptanya
kondisi usaha peternakan yang efisien, baik dalam praproduksi, produksi maupun pascaproduksi. Adanya alokasi ruang yang jelas, dapat menjadi dasar
pembentukan kawasan yang tujuan dan manfaatnya lebih mampu menyentuh masyarakat peternak untuk meningkatkan usahanya ke arah yang lebih baik.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam penyusunan tata ruang bagi kawasan peternakan di Kabupaten Lima Puluh Kota selama ini masih mengacu pada tradisi dan budaya masyarakat
dalam mengembangkan ternak, sehingga kawasan yang ditetapkan berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan yang sudah ada tanpa mempertimbangkan aspek
ekonomis dan potensi wilayah bagi penggunaan yang paling optimal. Pada kasus-kasus tertentu perkembangan dalam sistem pengembangan
ternak sapi potong di Kabupaten Lima Puluh Kota masih menghadapi ketidakpastian usaha, baik secara teknis dan ekonomis maupun secara hukum. Hal
ini salah satunya disebabkan oleh belum tersedianya data tentang kesesuaian ekologis dan rekomendasi lahan bagi pengembangan berbagai komoditi
peternakan selama ini. Informasi tentang peternakan dan penunjangnya masih terbatas pada data statistik, yang masih belum memberikan arti banyak dalam
menunjang strategi pengembangan peternakan itu sendiri. Evaluasi terhadap potensi wilayah untuk penyebaran dan pengembangan
peternakan merupakan salah satu langkah untuk penyediaan informasi dasar yang penting bagi perencanaan yang konsepsional dan berwawasan masa depan,
sehingga tercipta kawasan peternakan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Berhubung ternak sapi potong merupakan salah satu usaha peternakan yang potensial di Kabupaten Lima Puluh Kota, maka diperlukan suatu evaluasi
terhadap potensi wilayah yang sesuai bagi penyebaran dan pengembangannya, sehingga lahan dan sumberdaya lainnya yang ada dapat dimanfaatkan untuk
memberikan produksi yang optimal.
44 Perencanaan untuk lokasi pengembangan ternak sapi di Kabupaten Lima
Puluh Kota sangat diperlukan untuk menjamin tata ruang khusus yang lebih komprehensif dan menjamin kepastian dan keamanan dalam berusaha. Untuk itu
diperlukan suatu analisis terhadap potensi wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota bagi pengembangan usaha peternakan sapi potong yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi Pemerintah Daerah dalam menetapkan kawasan pengembangan sapi potong serta dapat digunakan oleh masyarakat yang bergerak di bidang usaha ini.
1.3. Tujuan Penelitian