Ternak Sapi Potong TINJAUAN PUSTAKA

51 oleh kelembagaan dan jaringan kelembagaan yang berakses ke hulu dan ke hilir Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal 2004.

2.2. Ternak Sapi Potong

Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan sumber protein hewani yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan penting artinya dalam kehidupan masyarakat. Seekor atau sekelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya Sugeng 1998. Pada tahun 2003, populasi sapi potong di Indonesia sekitar 11 395 688 ekor, dengan tingkat pertumbuhan populasi sekitar 1,08. Idealnya populasi sapi minimal 15.27 untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dari populasi sapi tersebut, 45–50 adalah sapi asli Indonesia yang berpotensi untuk dikembangkan, sapi Bali termasuk jenis sapi terbanyak, diikuti sapi Madura, dan sisanya terdiri dari sapi Ongole, Peranakan Ongole PO, Brahman Cross, dan persilangan sapi lokal dengan sapi impor Simmental, Limousin, Hereford, dan lain-lain Riady 2004. Walaupun tanah dan iklim di Pulau Sumatera bervariasi antar daerah, namun umumnya didominasi oleh iklim basah yang cocok untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau secara intensif. Apabila kondisi yang kondusif untuk usaha peternakan sapi dan kerbau diperoleh, diperkirakan bahwa Pulau Sumatera mampu memenuhi sebagian besar dari kebutuhan konsumsi daging dalam negeri yang saat ini masih diimpor dari luar negeri. Kebutuhan akan penelitian ternak sapi dan kerbau di masa mendatang perlu diarahkan untuk meningkatkan produktivitas ternak pada berbagai agro-ekosistem dominan yang beragam di Pulau Sumatera Bamualim dan RB Wirdahayati 2004. Di Provinsi Sumatera Barat pengurangan populasi sapi potong lebih besar dari penambahannya. Pada tahun 2004 jumlah populasi sapi pada awalnya adalah 597 294 ekor, pengeluaran sebanyak 22 500 ekor, pemasukan 15 000 ekor dan pemotongan 60 647 ekor Ditjennak 2005. Pengeluaran terutama ke provinsi 52 tetangga dan daerah lainnya, selebihnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan lokal. Kebijakan pemerintah untuk penanggulangan keadaan tersebut dengan melakukan beberapa langkah operasional, diantaranya penambahan indukbibit, penyelamatan ternak sapi betina produktif dari pemotongan, penanganan gangguan reproduksi, intensifikasi pelaksanaan Inseminasi Buatan IB, intensifikasi kawin alam distribusi pejantan unggul, pengembangan kelembagaan peternak dan penumbuhan kawasan usaha peternakan. Hal ini juga untuk mencapai Swasembada Daging 2010 dengan melaksanakan beberapa strategi, diantaranya pembuatan pusat pembibitan dan bakalan berbasis pastura dan integrasi dengan tanaman, revitalisasi kelembagaan dan sumberdaya masyarakat fungsional di lapangan, perbaikan dan pengadaan infrastruktur penunjang, dukungan finansial yang realistis dan kebijakan pengembangan pewilayahan sapi potong Faisal 2006.

2.3. Hijauan Makanan Ternak Sapi Potong