dan lava intermedier. Oleh sebab itu, pH tanah di Kabupaten Lima Puluh Kota pada umumnya bersifat masam. Jenis tanah yang umumnya dijumpai pada grup
ini adalah Dystrandepts, Hydrandepts, Tropaquepts dan Dystropepts. Tanah ini umumnya sudah berkembang, berpenampang dalam dengan drainase baik.
Tropaquepts di jalur sungailembah berdrainase agak terhambat dan terhambat.
Grup Karst termasuk daerah tinggi, didominasi oleh batu kapur keras dan secara umum keadaan reliefnya tidak teratur, dengan bahan penutupnya adalah tuf
masam. Jenis tanah utamanya adalah Eutropepts dan Dystropepts, yang merupakan tanah yang sudah berkembang, berpenampang dalam, tekstur halus
sampai agak halus, kandungan bahan organik rendah sampai sedang, drainase baik sampai agak cepat, kesuburan tanah rendah sampai sedang. Faktor penghambat
utama dari daerah ini adalah lereng curam, erosi dan batuan di permukaan. Grup lain dari tanah-tanah yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah
grup perbukitan Hilly terdiri dari bukit-bukit kecil dan besar masing-masing dengan perbedaan ketinggian 10-50 atau 50-300 meter, serta tersusun oleh batuan
sedimen dan batuan volkanik yang telah mengalami pelipatan kuat dan erosi, sehingga bentuk kerucut volkan aslinya tidak tampak jelas. Ketinggian tempatnya
berkisar antara 1–500 meter di atas permukaan laut. Grup pegunungan Mountain dan plato merupakan bagian dari kawasan
Bukit Barisan yang perbedaan ketinggian antar puncaknya lebih dari 300 meter.
4.6. Keragaan Peternakan Sapi Potong
Pada subsektor peternakan, usaha peternakan yang paling menonjol di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah ternak besar sapi dan kerbau dan ternak
unggas ayam burasras petelur dan itik. Pada saat ini sentra peternakan besar dikembangkan di wilayah bagian selatan yaitu di Kecamatan Luak, Lareh Sago
Halaban dan Kecamatan Harau, sementara sentra ternak unggas dikembangkan dan banyak terdapat di wilayah utara yaitu Kecamatan Gunuang Omeh, Suliki,
Guguak, Mungka dan Payakumbuh. Khusus untuk peternakan sapi selalu mengalami peningkatan populasi dari
tahun ke tahun, dengan laju pertumbuhan 3.69, seperti terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Perkembangan populasi sapi Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2000-2005
Umur 2000
ekor 2001
ekor 2002
ekor 2003
ekor 2004
ekor 2005
ekor Laju
Pertumbuhan › 2,5
11 429 9 291
11 042 13 177
14 081 17 201
3.69 1-1,5
16 001 13 007
15 458 18 447
19 713 19 084
3.69 1
18 287 14 865
17 667 21 083
22 530 22 305
3.69 Jumlah
45 717 37 163
44 167 52 707
56 324 58 590
3.69 Sumber : Disnakkan Kabupaten Lima Puluh Kota 2005.
Usaha peternakan sapi di Kabupaten Lima Puluh Kota pada umumnya dilaksanakan dengan sistem kandang, karena lahan padang penggembalaan yang
memadai tidak tersedia. Hijauan makanan ternak berupa rumput unggul umumnya sudah ditanam sendiri oleh peternak, sebagian besar dicampur dengan tanaman
pertanian di kebun, ladangtegalan atau sawah mereka. Teknis budidaya dan manajemen beternak sapi sudah diterapkan dengan cukup baik, terlihat dari pakan
yang diberikan, pemilihan bibit yang lebih cenderung dengan sistem Inseminasi Buatan dan pengetahuan tentang kesehatan ternak. Kelembagaan peternak juga
sudah berkembang, dengan membentuk kelompok petani peternak. Kelompok ini ada yang berkembang menjadi koperasi atau wadah yang dapat menyalurkan
kebutuhan sarana produksi peternakan. Saat ini di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lima Puluh Kota tercatat sebanyak 45 kelompok peternak
sapi potong pada 13 kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Menurut Neraca Bahan Makanan NBM Kabupaten Lima Puluh Kota
tahun 2005, dari populasi ternak sapi potong pada tahun 2005 seperti pada Tabel 10, diperoleh produksi dagingnya 546 903 kg dengan jumlah konsumsi lokal 436
429 kg, sedangkan sisanya untuk ekspor. Tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebesar 1.93 kgkapitatahun, masih jauh dari
pola pangan harapan yaitu 10.1 kgkapitatahun Disnakkan Kabupaten Lima Puluh Kota 2006.
Selain melakukan ekspor ternak sapi ke luar daerah, Kabupaten Lima Puluh Kota juga melakukan impor ternak sapi bibit baik pejantan unggul atau
betina produktif. Pada tahun 2005 tercatat pemasukan ternak sapi dari luar daerah sebesar 568 ekor. Pemasukan
ternak ini bertujuan untuk perbaikan genetik sapi Kabupaten Lima Puluh Kota, sehingga diperoleh ternak sapi potong berkualitas.