Analisis Regresi Peramalan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bawang Merah di

Tabel 6. Nilai MSE Metode Peramalan Times Series Pada Harga Bawang Merah di Kota Bandung No Metode MAPE MAE MSE MSE Terkecil 1 Trend Quadratik 9.62757 709.369 1177370 8 2 Single Exponential Smoothing 6 434 407334 4 3 Double Exponential Smoothing 6 450 439134 5 4 Winters Aditif 6 412 342050 2 5 Winter Multiplikatif 5 394 309745 1 6 Dekomposisi Aditif 11 814 1123491 7 7 Dekomposisi Multiplikatif 11 807 1104035 6 8 SARIMA 1,1,01,0,0 16 390071 3 Hasil pengolahan dengan metode winter multiplikatif Lampiran 5 menunjukkan bahwa peramalan harga bawang merah di kota Bandung berfluktuatif, pada periode November 2006 sampai Juni 2007 menunjukkan adanya peningkatan sedangkan pada bulan Juli 2007 sampai Oktober 2007 mengalami penurunan. Harga bawang merah terendah di kota Bandung terjadi pada periode ke 69 September 2007 yaitu sebesar Rp 5331,80kg, sedangkan puncak harga tertinggi terjadi pada periode ke 66 Juni 2007 yaitu sebesar Rp 6744,52kg.

5.2.3. Analisis Regresi

Berdasarkan Tabel 7 atau output komputer pada Lampiran 15, bahwa variabel yang mempengaruhi harga bawang merah secara nyata pada taraf nyata 5 persen di kota Bandung adalah harga di Pasar Induk Kramat Jati PIKJ, apabila terjadi kenaikan harga bawang merah sebesar Rp 1kg di PIKJ maka harga bawang merah di kota Bandung akan naik sebesar Rp 0,44351kg. Hal ini dipengaruhi karena tingkat permintaan yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati dimana faktor lain cateris paribus. Lag harga bawang merah, dimana harga bulan sekarang lebih besar dibandingkan harga bulan lalu sebesar Rp 0,51091kg. Secara umum harga bulan lalu sangat berpengaruh terhadap pembentukan harga di masa datang. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara nyata adalah harga bawang merah di tingkat produsen, pasokan bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati dan dummy hari besar keagamaan. Tabel 7. Hasil Analisis Model Regresi Linier Berganda Harga Bawang Merah di Kota Bandung Variabel Koefisien SE Koefisien T Hitung P-Value VIF Konstanta 1270,0 591,1 2,15 0,036 Harga Produsen 0,00220 0,08394 0,03 0,979 1,4 Harga di PIKJ 0,44351 0,04919 9,02 0,000 2,2 Pasokan ke PIKJ -0,02017 0,08752 -0,23 0,819 1,1 Lag Harga 0,51091 0,05630 9,07 0,000 1,8 Dummy 96,4 155,3 0,62 0,538 1,1 R-Sq = 91,3 R-Sq adj = 90,4 F Hitung = 106,61 P-Value = 0,000 Durbin-Watson statistic = 1.49 Keterangan: = Signifikan pada taraf nyata 5 Evaluasi model regresi harga bawang merah di kota Bandung dapat dilihat pada Lampiran15. Pertama, untuk mengetahui uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson sebesar 1,49 berada pada selang dl d du atau 4-du d 4-dl du1,41; dl=1,77, berdasarkan hipotesis penelitian hal ini tidak dapat disimpulkan. Kedua, uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factors VIF pada Tabel 7, dimana semua variabel menghasilkan nilai VIF yang lebih kecil dari 10, sehingga tidak terjadi masalah multikolinearitas. Ketiga, asumsi heteroskedastisitas diperiksa dengan menggunakan uji Breusch- Pagan . Dari hasil output Lampiran 15 dapat dilihat bahwa nilai P-Value yaitu sebesar 0,488 lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Serta nilai LM test sebesar 4,62 lebih kecil dari nilai chi square 2 pada taraf nyata 5 persen yaitu 11,07. Hal ini menunjukkan bahwa nilai residual dari model regresi harga bawang merah Gambar 7. Plot Data Harga Bawang Merah di Kota Semarang Januari 2002 – Oktober 2006 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Janu ar i Ap ri l Jul i Ok to b e r Janu ar i Ap ri l Jul i Ok to b e r Janu ar i Ap ri l Jul i Ok to b e r Janu ar i Ap ri l Jul i Ok to b e r Janu ar i Ap ri l Jul i Ok to b e r Bulan Ha rg a R p k g Sem arang di kota Bandung tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Keempat, untuk mengetahui uji kenormalan dapat dilihat dari grafik Kolmogorov-Smirnov Lampiran 15. Titik residual yang tergambar dalam grafik tersebut segaris dan P-Value sebesar 0,15 lebih besar dari taraf nyata 5 persen, yang berarti residual model harga bawang merah di kota Bandung terdistribusi normal. Nilai R-Sq sebesar 91,3 persen menunjukkan nilai koefisien determinasi yang berarti bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model dapat menerangkan keragaman harga bawang merah di Kota Bandung sebesar 91,3 persen. Sisanya yaitu 8,7 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai P-Value pada uji F sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata yaitu 5 persen. Sehingga model yang dihasilkan cukup baik, hal ini menunjukkan bahwa secara serentak variabel bebas dalam model secara signifikan berpengaruh terhadap harga bawang merah di kota Bandung.

5.3. Harga dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bawang Merah di