Interferensi Morfologi dan Leksikal

14 akar berinfiks {-em-, el-, -er-,-m-}: tali-temali, sinar-seminar, getar-geletar, sambung-sinambung. Chaer, 2008: 182-189. Interferensi dalam bidang morfologi dari bahasa daerah ke BI dapat terjadi apabila morfologi bahasa daerah memepengaruhi morfologi BI dan menyebabkan penyimpangan. Bisa berupa penyerapan afiks dan penghilangan afiks. Menurut Chaer 2010: 123 interferensi morfologi terdapat dalam pembentukan kata dengan afiks. Dalam hal ini pembentukan kata BJ berpengaruh terhadap pembentukan kata BI baku. Dengan demikian bentuk kata bahasa Indonesia menjadi kata tidak baku. Contoh dari interferensi ini adalah penggunaan bentuk- bentuk kata seperti ketabrak, kekecilan, kemahalan. Imbuhan yang digunakan berasal dari bahasa Jawa dan dialek Jakarta. Bentuk yang baku adalah tertabrak, terlalu kecil, terlalu mahal. Selain interferensi morfologi, interferensi yang menjadi pembahasan dalam penelitian yakni interferensi leksikal. Menurut Hermaji 2011: 85 interefernsi leksikal adalah pengaruh kata dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Contoh dari interferensi leksikal yaitu: - “you harus datang besok” - “dia telah memiliki email”

2.1.8 Pengertian Karangan

Karangan merupakan salah satu keterampilan siswa yang dihasilkan dari keterampilan menulis siswa. Menurut Pratiwi 2008: 6.37 “Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan ”. Menurut Finoza 2004: 192 “Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan 24 merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk mengulas topik atau tema tertentu”. Menurut Rosdiana 2018: 3.18 karangan disebut juga dengan wacana, yaitu satuan bahasa tertinggi dan terbesar. Dalam karangan terdapat konteks, topik, kohesi dan koherensi. Kohesi adalah adanya keterkaitan antarkalimat. Koherensi adalah adanya keterkaitan antara ide-ide atau gagasan kalimat. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan karangan adalah hasil tulis untuk mengungkapkan atau menyampaikan gagasan kepada pembaca untuk dipahami. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea. Membuat karangan atau mengarang adalah kegiatan menulis dengan merangkai kata, frasa, kalimat dan alinea yang dipadukan dengan topik tertentu. Dalam praktiknya, kegiatan mengarang terbagi menjadi dua yaitu 1 mengarang fiksi dan 2 mengarang nonfiksi. Setiap penulis mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan tujuan karangan yang ditulisnya. Terdapat beberapa tipe karangan berdasarkan cara penyajian atau tujuan penulis. Bentuk karangan yang digunakan jika seseorang akan menyampaikan informasi berupa berita tentunya berbeda dengan bentuk karangan yang digunakan jika akan menyampaikan suatu imbauan. Menurut Pratiwi 2008: 6.38, berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya, tipe karangan ada lima yaitu: 1 deskripsi pelukisan, 2 narasi pengisahan, 3 eksposisi pemaparan, 4 argumentasi pembahasan, 5 persuasi pengajakan. Menurut Semi 1990 dalam Kusumaningsih, dkk 72: 2013 jenis karangan dikembangkan dalam 4 bentuk yaitu 1 narasi, 2 eksposisi, 3 deskripsi, 4 argumentasi. Menurut Rosdiana 2012: 3.19 berdasarkan tujuan berkomunikasi, karangan dibagi menjadi 5 25 bentuk,yakni 1 argumentasi, 2 persuasi, 3 eksposisi, 4 deskripsi, 5 narasi. Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada karangan narasi yaitu karangan yang disebut sebagai cerita.

2.1.9 Pengertian Karangan Narasi

Secara sederhana narasi dikenal sebagai cerita. Menurut Pratiwi 2008: 6.42, narasi berasal dari narration adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Rosdiana 2012: 3.22 mengatakan, “Narasi adalah karangan yang berisi unsur- unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku, dan peristiwa”. Novi 2009: 32 mengatakan “Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu”. Menurut Semi 1990 dalam Kusumaningsih 2013: 73 sebagai suatu cerita, narasi bermaksud memberitahukan apa yang diketahui dan dialami penulis kepada pembaca atau pendengar agar dapat merasakan, sehingga dapat menimbulkan kesan. Pada suatu karangan narasi terdapat pelaku, waktu dan alur yang saling berkaitan. Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan karangan narasi adalah karangan berbentuk cerita atau kisahan sesuai perkembangan dari waktu ke waktu yang disusun secara sistematis.

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian. Dalam kajian pustaka ini dikemukakan 10 penelitian yang pernah 26 dilakukan dan memiliki konteks masalah yang serupa. Sepuluh penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 1 Interferensi Fonologi, Morfologi, dan Leksikal Dalam Komunikasi Formal Mahasiswa Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga oleh Darini. S 2011. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkap bentuk-bentuk interferensi yang terjadi dalam komunikasi formal mahasiswa di Universitas Airlangga. Hasil penelitian menunjukkan, mahasiswa sastra Indonesia yang telah mempunyai bekal keterampilan berbahasa Indonesia masih kerap melakukan interferensi dalam proses komunikasi formal. Interferensi dalam penelitian tersebut dibedakan menjadi tiga tataran, yaitu fonologi, morfologi dan leksikal. 2 Interferensi Bahasa Indonesia ke dalam Pemakaian Bahasa Inggris Wacana Tulis Siswa Di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo oleh Mustikaswati 2010. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk interferensi bahasa Indonesia ke dalam pemakaian bahasa inggris wacana tulis siswa SMA, dan untuk mengetehui faktor yang melatarbelakangi, hingga upaya untuk menanggulangi interferensi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya bentuk-bentuk interferensi yaitu penggunaan frasa nomina, terdiri dari nomina diikuti nomina, nomina diikuti adjektiva, penggunaan kata keterangan tempat dan cara serta penggunaan kalimat. 3 Interferensi Morfologi Bahasa Jawa Terhadap Bahasa Indonesia Tulis Murid kelas VI Sekolah Dasar di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Hastono 2000. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan gejala-gejala interferensi yang muncul pada bahasa 27