BAB 2 PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian bab 2 dikemukakan perspektif teori, kajian pustaka dan kerangka berpikir. Pada bagian perspektif teori akan dikemukakan teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian ini. Pada bagian kajian pustaka dikemukakan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan, serta
kerangka berpikir dilakukannya penelitian ini.
2.1 Perspektif Teori
Perspektif teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Perspektif teori merupakan istilah lain dari kajian teori. Menurut Bungin
2014: 278, perspektif teori menyajikan teori yang digunakan sebagai perspektif baik dalam membantu merumuskan kembali fokus kajian penelitian maupun
dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Perspektif teori pada penelitian ini membahas pengertian bahasa, fungsi bahasa,
sejarah dan fungsi bahasa Indonesia, Bahasa Tegal, pengertian kedwibahasaan, interferensi, interferensi gramatikal, dan karangan. Penjelasan selengkapnya
sebagai berikut.
2.1.1 Pengertian Bahasa
Menurut Kridalaksana 1997 dalam Rosdiana 2012: 1.4 “Bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
12
diri”. Chaer 2010: 11 mengatakan “bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat
dikaidahkan”. Keraf 2004: 2 mengartikan “Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal bunyi ujaran yang
bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata”.
Bahasa memiliki sifat yang arbitrer atau manasuka, artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya sifatnya tidak wajib. Chaer 2010: 13
menjelaskan mengenai bukti kearbitreran bahasa, misalnya konsep setumpuk kertas bercetak dan berjilid, dalam bahasa Indonesia disebut [buku] dan [kitab].
Untuk konsep besarnya tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal dalam bahasa Indonesia disebut [kurus], [langsing]
, [ramping], dan [kerempeng]”. Keraf 2004: 3 juga menyatakan hal serupa mengenai sif
at bahasa yang arbitrer “makna sebuah kata tergantung dari konvensi kesepakatan masyarakat bahasa yang
bersangkutan. Apakah sebuah benda yang digunakan untuk duduk dinamakan bangku, kursi, atau chair itu tergantung dari kesepakatan anggota masyarakat
masing-masing. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa
adalah satu sistem yang bersifat sistematis, berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan bersifat arbitrer. Bahasa digunakan oleh manusia
untuk berkomunikasi baik lewat tulisan maupun lisan, melalui bahasa manusia dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bahasa mencakup dua bidang, yang
pertama yaitu bunyi vokal bunyi ujaran, yang kedua yaitu makna. Bunyi vokal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia tersebut merupakan getaran
13