2.3.4 Dampak Broken Home
Menurut  Nurmalasari  dalam  www.atriel.wordpress.com  diakses  pada  19 Desember  2010,  dampak  yang  disebabkan  keluarga  yang  broken  home  bagi
perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1 Psychological  disorder  yaitu  anak  memiliki  kecenderungan  agresif,
introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis , dan lain-lain
2 Academic  problem  yaitu  kecenderungan  menjadi  pemalas  dan
motivasi berprestasi rendah
3
Behavioral  problem  yaitu  kecenderungan  melakukan  perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap
lingkungan,  bersikap  destruktif  terhadap  diri  dan  lingkungannya merokok, minum-minuman keras, judi dan free sex
Melihat pendapat diatas, tentunya broken home  lebih banyak memberikan dampak  negatif  daripada  positifnya  bagi  perkembangan  anak.  Walaupun  begitu,
tidak semua anak akan terjebak dalam dampak –dampak negatif dari broken home tersebut.  Anak  yang  memilliki  konsep  diri  dan  pertahanan  yang  baik  tentunya
akan  dapat  mengatasi  dan  menghadapi  keadaan  tersebut  dengan  baik  pula  tanpa terjerumus kedalam dampak-dampak yang diakibatkan oleh broken home.
2.4 Konseling Realita
Berkaitan  dengan  konseling  realita,  akan  diuraikan  beberapa  hal  yang meliputi:  1  Konsep  Dasar  Konseling  Realita,  2  Pandangan  Tentang  Manusia,
3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar, 4 Perilaku Menyimpang  Individu, 5 Tujuan Konseling Realita, 6 Prosedur Konseling Realita dan 7 Teknik Konseling.
2.4.1 Konsep Dasar Konseling Realita
Glasser Corey, 2007: 263 menjelaskan bahwa:
Terapi  realita  adalah  suatu  sistem  yang  difokuskan  pada  tingkah  laku sekarang.
Terapis berfungsi
sebagai guru
dan model
serta mengkonfrontasikan  klien  dengan  cara-cara  yang  bisa  membantu  klien
menghadapi  kenyataan dan  memenuhi  kebutuhan-kebutuhan  dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain.
Inti  terapi  realitas  adalah  penerimaan  tanggung  jawab  pribadi  sebagai suatu  identitas  keberhasilan.  Hal  serupa  juga  diungkapkan  oleh  Latipun  2008:
155 bahwa:
Konseling  realita  adalah  pendekatan  yang  berdasarkan  pada  anggapan tentang  adanya  suatu  kebutuhan  psikologis  pada  seluruh  kehidupannya,
kebutuhan  akan  identitas  diri,  yaitu  kebutuhan  untuk  merasa  unik, terpisah, dan berbeda dengan orang lain.
Pandangan  terapi  realita  menyatakan  bahwa  individu-individu  bisa mengubah  cara  hidup,  perasaan  dan  tingkah  lakunya,  maka  mereka  pun  bisa
mengubah  identitasnya  yang  bergantung  pada  perubahan  tingkah  laku.  Jelas bahwa konseling  realita  dibangun  atas dasar  asumsi  bahwa manusia  adalah  yang
menentukan  dirinya  sendiri,  memiliki  tanggung  jawab  untuk  menerima konsekuensi-konsekuensi  dan  tingkah  lakunya  sendiri  dan  menjadi  apa  yang
ditetapkannya.
2.4.2 Pandangan Tentang Manusia
Pandangan  tentang  manusia  menurut  Corey  2007:  265  mencakup pernyataan bahwa  “suatu kekuatan pertumbuhan mendorong kita untuk berusaha
mencapai suatu identitas keberhasilan”. Sedangkan hakekat manusia menurut Latipun 2008: 154-155 yaitu:
1 Perilaku manusia didorong oleh usaha untuk menemukan  kebutuhan
dasarnya baik fisiologis maupun psikologis 2
Jika  individu  frustasi  karena  gagal  memperoleh  kepuasan  atas  tidak terpenuhi  kebutuhan-kebutuhannya  dia  akan  mengembangkan
identitas  kegagalan.  Sebaliknya  jika  berhasil  memperoleh  kepuasan
dalam  memenuhi  kebutuhannya  maka  akan  mengembangkan identitas keberhasilan
3 Individu  pada  dasarnya  memiliki  kemampuan  untuk  mengubah
identitasnya  dari  identitas  kegagalan  ke  identitas  keberhasilan. Individu  yang  bersangkutan  adalah  pihak  yang  mampu  mengubah
dirinya sendiri
4 Faktor  tanggung  jawab  adalah  sangat  penting  pada  manusia.  Orang
yang  berusaha  memperoleh  kepuasan  mencapai  success  identity menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab
5 Faktor  penilaian  individu  tentang  dirinya  sangat  penting  untuk
menentukan apakah dirinya termasuk memiliki identitas keberhasilan atau kegagalan
Berdasarkan pendapat
diatas, perilaku
manusia didorong
oleh kebutuhannya.
Jika kebutuhannya
terpenuhi maka
seseorang akan
mengembangkan  identitas  berhasil  dan  sebaliknya  jika  gagal  memenuhi kebutuhannya  maka  seseorang  akan  mengembangkan  identitas  gagal.  Pada
penelitian ini, identitas gagal ditunjukkan dengan perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa broken home.
2.4.3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar