Masalah Dual Penyelesaian Masalah Pelangsiran Unit Kereta Penumpang pada Stasiun Kereta Api dengan Menggunakan Teknik Pembangkitan Kolom

dijadikan variabel basis artinya menjadi solusi taknol pada suatu pemrograman linear.

2.1.2 Penyelesaian Pemrograman Linear dengan Algoritme Simpleks

Solusi suatu pemrograman linear dapat diketahui optimal atau tidak untuk PL tersebut melalui algoritme sebagai berikut: • Tes Keoptimalan Vektor 1 − = B T B c y dihitung, kemudian dapat dihitung pula nilai biaya tereduksi N T T T y c c N N − = ˆ . Jika ≥ T N cˆ maka solusi yang diperoleh adalah solusi optimal. Jika T N cˆ maka dipilih variabel x t yang memenuhi ˆ t c sebagai variabel- masuk yaitu variabel x t yang akan masuk ke dalam basis. • Langkah tertentu t Hitung t t A B A 1 ˆ − = , yaitu koefisien kendala yang berhubungan dengan variabel- masuk ke t. Indeks s ditentukan pada kolom kendala yang berhubungan dengan variabel- masuk yang memenuhi = t s s a b , ˆ m i ≤ ≤ 1 min         ; ˆ , , t i t i i a a b . Memilih indeks dengan cara tersebut disebut dengan uji nisbah minimum minimum ratio test. Variabel yang menjadi variabel-keluar variabel yang akan keluar dari basis dan digantikan oleh variabel-masuk dan pivot entry adalah variabel yang berpadanan dengan t s a , ˆ . Jika ˆ , ≤ t i a , m i ≤ ≤ 1 untuk semua i, maka masalah PL disebut takterbatas . • Pivot Matriks basis B dan vektor basis x B diperbaiki, kemudian dilanjutkan ke tes keoptimalan. Berikut contoh penggunaan algoritme simpleks: Contoh 2 Misalkan diberikan PL 4 seperti pada Contoh 1, maka dengan menggunakan algoritme simpleks akan diperoleh solusi: , 6 , 8 , 5 5 4 3 2 1 = = = = = x x x x x dengan 34 − = z lihat Lampiran 1.

2.2 Masalah Dual

Setiap masalah pemrograman linear memiliki padanan, yaitu masalah lain yang disebut pemrograman linear dual. Pemrograman linearnya sendiri disebut masalah primal. Misalkan diberikan masalah primal: Minimumkan x c T = z terhadap b x ≥ A ≥ x . 8 Masalah dual dari 8 adalah Maksimumkan y b T = w terhadap c y ≤ T A ≥ y . 9 Jika masalah primal memiliki n variabel dan m kendala, maka masalah dual akan memiliki m variabel dan n kendala. Koefisien fungsi objektif masalah primal merupakan nilai sisi kanan pada masalah dual, begitu pula sebaliknya. Jika masalah primal merupakan masalah minimisasi maka masalah dual merupakan masalah maksimisasi. Solusi optimal dari masalah dual merupakan pengali simpleks pada masalah primal. Pada kondisi optimal, solusi dari masalah dual dan masalah primal akan menghasilkan nilai fungsi objektif yang sama. Hal ini disebutkan dalam Teorema Dualitas Kuat, namun sebelumnya perlu diperkenalkan pula Teorema Dualitas Lemah yang akan digunakan untuk membuktikan Teorema Dualitas Kuat. Teorema 1 Teorema Dualitas Lemah Misalkan diberikan pemrograman linear primal dan masalah dualnya. Misalkan x adalah solusi fisibel untuk masalah primal dalam bentuk standarnya dan misalkan y solusi fisibel untuk masalah dual, maka nilai fungsi objektif dari masalah primal selalu lebih besar atau sama dengan nilai fungsi objektif dari masalah dual. Bukti : lihat Nash Sofer, 1996. Salah satu akibat langsung dari Teorema Dualitas Lemah digunakan untuk membuktikan Teorema Dualitas Kuat. Hal ini disebutkan dalam Akibat 1 berikut: Akibat 1 Jika x adalah solusi fisibel untuk masalah primal, y adalah solusi fisibel untuk masalah dual, dan x c y b T T = , maka x dan y adalah solusi optimal berturut-turut untuk masalah primal dan dual. Teorema 2 Teorema Dualitas Kuat Misalkan diberikan pemrograman linear primal dan masalah dualnya. Jika salah satu dari masalah primal atau masalah dual tersebut memiliki solusi optimal, maka masalah lainnya juga memiliki solusi optimal dan nilai fungsi objektif optimalnya adalah sama. Bukti : Misalkan diasumsikan bahwa masalah primal dalam bentuk standar dan mempunyai solusi x yang merupakan solusi basis fisibel optimal. Misalkan x dapat dinyatakan sebagai vektor     = N B x x x , dengan x B adalah vektor variabel basis dan x N adalah vektor variabel nonbasis. Selain itu, seperti telah dijelaskan sebelumnya matriks A dapat dinyatakan sebagai N B A = dan matriks koefisien pada fungsi objektif c dapat dinyatakan sebagai     = N B c c c . Karena B adalah matriks taksingular, maka B memiliki invers sehingga x B dapat dinyatakan sebagai b x B 1 − = B . Dari tes keoptimalan pada algoritme simpleks diketahui pula, jika solusi x optimal maka biaya tereduksinya adalah N B ≥ − − 1 T B T N c c atau T N T B c c ≤ − N B 1 Misalkan y adalah vektor dari pengali simpleks yang berhubungan dengan solusi basis fisibel, dengan B c y T − = B atau . 1 − = B T B T c y Akan ditunjukkan bahwa: 1 Nilai dari fungsi objektif masalah primal dan dual adalah sama, yaitu x c y b T T = , dan 2 y adalah optimal untuk masalah dual. Bukti: 1 Sebelumnya akan diperiksa terlebih dahulu kefisibelan dari y : A T y N B B 1 − = T B c N B 1 − = T B T B c c ≤ T N T B c c ..dari = T c . Sehingga c y ≤ T A dan y fisibel untuk masalah dual, kemudian dihitung nilai objektif untuk masalah primal z dan dual w: b c x c x c T B B T B T 1 − = = = B z z w = = = = − b c b y y b T B T T 1 B . Jadi y adalah fisibel untuk masalah dual dan nilai fungsi objektif solusi optimal dari masalah primal dan dual mempunyai nilai yang sama. 2 Berdasarkan Akibat 1 dan x c y b T T = maka y adalah solusi optimal untuk masalah dual. Bukti dari Teorema Dualitas Kuat menghasilkan solusi optimal dual. Misalkan     = N B x x x , N B A = , dan     = N B c c c maka nilai optimal dari variabel dual diberikan oleh vektor pengali simpleks B c y T − = B . Dari bukti teorema dualitas kuat terlihat bahwa kondisi primal optimal N B ≥ − − 1 T B T N c c adalah ekivalen dengan kondisi fisibel dual c y ≤ T A atau A ≥ − y c T . Jadi vektor dari biaya tereduksi cˆ adalah variabel slack dual y c c T A − = ˆ . Contoh 3 Misalkan diberikan pemrograman linear primal sebagai berikut: Minimumkan 5 4 3 2 1 5 7 9 7 5 x x x x x z + + + + = terhadap 1 2 1 ≥ + x x 1 4 3 1 ≥ + + x x x 1 4 3 2 ≥ + + x x x 1 5 1 ≥ + x x 1 3 2 ≥ + x x 1 5 4 3 ≥ + + x x x 1 4 ≥ x ≥ i x , untuk { } 5 , 4 , 3 , 2 , 1 = i . Masalah dual dari masalah tersebut adalah sebagai berikut: Maksimumkan 7 6 5 4 3 2 1 y y y y y y y w + + + + + + = terhadap 5 4 2 1 ≤ + + y y y 7 5 3 1 ≤ + + y y y 9 6 5 3 2 ≤ + + + y y y y 7 7 6 3 2 ≤ + + + y y y y 5 6 4 ≤ + y y ≥ i y , untuk { } 7 , 6 , 5 , 4 , 3 , 2 , 1 = i . Dengan menggunakan LINDO 6.1, diperoleh solusi dari masalah primal sebagai berikut: , 1 4 2 1 = = = x x x 5 3 = = x x dengan nilai fungsi objektifnya 19 = z lihat Lampiran 2. Nilai pengali simpleks untuk masing-masing kendala adalah sebagai berikut: 7 , 5 , 7 5 4 6 3 2 1 = = = = = = = y y y y y y y dengan y i adalah nilai pengali simpleks kendala ke -i. Solusi dari masalah dual tersebut juga dapat dicari menggunakan LINDO 6.1 yang menghasilkan solusi: 7 , 5 , 7 5 4 6 3 2 1 = = = = = = = y y y y y y y dengan nilai fungsi objektif w = 19 lihat Lampiran 2. Dari penghitungan tersebut, nilai pengali simpleks masalah primal sama dengan optimal dari masalah dual dan fungsi objektif dari masalah primal dan dual mempunyai nilai yang sama seperti yang dinyatakan Teorema 2.

2.3 Pemrograman Linear Bilangan Bulat